Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Sabtu, 26 Februari 2011

Risky

Oleh Ninda Syahfi (@nindasyahfi)


Hampir sembilan bulan aku dan Risky menderita sakit hati. Aku terluka karena Risky, sahabat lelaki, memperkosaku. Berawal dari penolakanku atas cintanya, lalu berujung ide aneh, memperkosa agar bisa menikahiku. Dangkal! Aku berjanji tidak akan menikah dengannya, apapun yang terjadi. Hal ini membuat Risky juga merasakan luka yang sama. Risky bukan suamiku, dan tidak akan pernah menjadi suamiku. Maaf Risky, lukamu tidak akan pernah terobati.

Ruang Kebidanan.

Hening. Hanya ada aku dan Risky. Setelah suster menyuntikkan beberapa cairan, rasa sakit di perutku berkurang. Aku lemah. Bagaimana nasib bayiku jika aku selemah ini? Bisakah aku berjuang membantunya datang ke dunia? Aku menangis, menggenggam kuat tangan Risky yang duduk tenang di sampingku. Tidak hentinya membisikkan shalawat di telingaku. Suster datang, bersiap melakukan proses ini. Beruntung Risky diperbolehkan menemaniku. Dari jarak jauh. Tidak masalah, terpenting aku tidak sendiri di ruangan ini. Setengah jam berjuang, bayi cantikku lahir. Sempurna. Rasa sakitku sekejap hilang, dihapus oleh tangisan merdu, aku tahu suara itu memanggilku. Inisiasi dini, hal yang harus dilakukan setelah melahirkan, menguji dan melatih keseimbangan daya pikir bayi, awal aku melihat cantiknya bibit Risky. Mirip sekali. Kebencianku membuat si cantik ini mirip sekali dengan ayahnya. Bukan. Mirip karena memang benar dia ayahnya. Masih belum percaya, manusia kecil ini yang selama sembilan bulan menempati perutku. Terima kasih, Tuhan, lukaku terobati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!