Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 13 Juli 2011

Mantan Terindah


Oleh @sriariastini

"Apa yang kau pilih sekarang ?"
"Untuk saat ini, pekerjaan jadi prioritasku karena awal bulan nanti akan ada penilaian"
Ragu ku ketik kalimat itu pada area obrolan kami. Aku tahu apa konsekuensinya setelah tulisan itu terkirim, benar saja tak sampai semenit terdengar suara yg menandakan pesan baru
"Stay away from me !"
Benar seperti dugaanku, kalimat itu muncul, tanpa terasa air mataku membasahi pipi dan tak ada komunikasi lagi setelahnya. Aku tak tahu salah atau benar keputusanku menulis kalimat itu. Sebuah kalimat yang akhirnya memisahkanku dengannya.
Ingatanku melayang pada tahun-tahun kami bersama, lima tahun bukan waktu yang singkat untuk kami melalui semuanya. Banyak halangan dan rintangan yang kami lalui bersama. Sejak awal kami tahu hubungan ini akan menemui banayak masalah. Terlalu terlihat perbedaan yang ada dan aku merasa mampu melewatinya.
Menginjak tahun ketiga hubungan kami semakin kuat, saling mendukung menghadapi suatu kesalahan yang kami buat dan kami merasa saling melindungi dan semakin menyanyangi. Meskipun sikapnya sedikit temperamental, tapi aku tahu dia sangat menyayangiku.
"Apa yang kau dapatkan selain kehilangan orang yang kau sayang dengan kesibukanmu sekarang ini ?"
Pertanyaan itu seperti menusukku. Kurenungi lagi,beberapa bulan ini aku terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan, terlalu asyik dengan diriku sendiri. Meskipun aku merasa tetap memperhatikannya, namun ternyata dia tak merasakan hadirku disampingnya "hanya badanmu yang disini, entah apa yang kau pikirkan" sering dia menegurku seperti itu. Saat itu masih bisa kuselamaatkan hubungan kami. Mungkin bukan aku yang berusaha tapi dia yang sangat menerimaku dengan segala macam aktifitas. Tak juga kusadari hal itu telah melukai hubungan kami.
Semakin kutenggelam dalm kesibukanku, semakin luas hatinya menerimaku.
Akhirnya hati yang meluas itu meluap juga karena terlalu sering kuisi dengan keegoisanku, semuanya tumpah dalam kemarahan yang memang pantas ditujukan untukku.
"Sudah kubilang kau akan kehilangan orang yang kau sayang"
"Sering kukatakan aku tidak suka dengan perempuan yang terlalu mengejar karir"
Bertubi-tubi kemarahannya mengisi area obrolanku
Tak ada gunanya lagi membela diri, tak guna lagi mengajukan argumen pembenaran-pembenaran, dia benar-benar marah
"Kutanyakan sekarang kau pilih pekerjaanmu atau aku ?"
Beberapa kali pertanyaan yang sama muncul di monitorku, aku bingung, disatu sisi aku tak mau kehilangan dia, satu sisi lagi aku terlanjur mencintai pekerjaanku dan menjadikannya prioritas saat ini.
"Untuk saat ini, pekerjaan jadi prioritasku karena awal bulan nanti akan ada penilaian"
Satu kalimat yang mengantarku berpisah dengannya telah terkirim. Aku tahu kami berdua menangis karena kalimat itu, kalimat yang aku ataupun dia tidak harapkan sama sekali.
Kalimat yang menghancurkan semua pengorbanan selama lima tahun.
"Jika nanti kau bahagia dengan yang lain, ketahuilah bahwa tak ada yang bisa mengalahkan bagaimana indahnya aku mencintai dan menyayangimu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!