oranje8twilight.wordpress.com
Mungkin aku masih bisa menikmati sepotong senyummu, seperti hari ini.
Senyum yang sudah cukup menulariku untuk turut melengkungkan bibir
seharian. Tidak peduli seberat apapun hari kulalui.
Tetapi senyummu terlalu sering bercerita tentang masa lalu.
Membiarkanku mengisi waktu dengan mereguk setiap memorabilia kita.
Yang masih begitu segar kuingat, dulunya kamu sering mengajakku pergi
ke tempat-tempat baru. Menemani kamu berdiri di suatu titik tertentu,
tempat di mana kita bisa melihat seluruh hamparan pemandangan indah
dari sana. Di saat aku seringkali berdiam diri dan menghirup udara
dalam-dalam, kamu sibuk menekan tombol shutter pada kamera di
tanganmu.
Senyummu mengembang saat berhenti sejenak untuk melihat hasil
jepretanmu beberapa menit setelahnya. Kemudian kamu mengulangi hal
sama: menangkap setiap objek yang terlebih dulu ditangkap mata,
memandang cetak digitalnya lalu tersenyum.
Aku tidak mengganggumu. Itu alasan mengapa aku lebih memilih untuk
diam. Kecuali pada satu waktu, saat aku iseng mengambil gambarmu saat
kamu tengah tersenyum tipis dengan kamera hampir menempel di wajahmu.
Saat kamu memergokiku, kamu menyeringai sembari mengacak rambut yang
tak pernah kuikat.
Kita mungkin tidak akan pernah melewati hal yang sama untuk kedua
kalinya. Dan karena itu, ada baiknya kita mengabadikan setiap momen
yang terjadi dalam bentuk apapun. Begitu perkataanmu dulu.
Aku mengiyakan perkataanmu. Kemudian menyimpan fotomu dalam bingkai
yang sama dengan foto kita berdua. Setidaknya, aku telah mengabadikan
senyummu di sana. Menatapnya di saat-saat aku mulai merindukanmu
ketika kamu pergi ke luar kota.
Dan semuanya memang tidak akan terulang lagi, persis seperti katamu.
Tidak ada lagi kamu yang mengajakku pergi ke tempat-tempat baru. Tidak
ada lagi suara jepretan kamera yang kudengar di sela-sela kesibukanku
menelusuri kata-kata dari buku-buku kegemaranku.
Di setiap waktu senggang, saat aku memandangi gambarmu di atas meja
kerja, selalu aku meyakini hal yang sama: kamu mungkin saja lebih dari
kenangan yang tak ingin kuhapus dari lembaran kisahku--juga hatiku.
Yang sekaligus membuatku bersyukur--sekalipun kamu sudah pergi jauh ke
tempat yang tak mungkin kusinggahi sekarang--aku masih bisa melihat
senyummu yang dulu dan menyadari bahwa tidak ada yang berubah dengan
rasaku.
Aku cinta kamu. Sama seperti dulu.
That's why I should say that you are not only in my
photos. Because you always live in my heart.
jika kamu terus menulis seperti ini. . .
BalasHapuskamu akan membunuhku dengan air mata dan kesedihan. .
.>_<. huau...hua..uuu membuatku merindukan seseorang. ..
Mengenai teknik penulisan dan filosofi yang terkandung di dalam cerita ini, tidak ada yang perlu dipertanyakan.
BalasHapusSatu hal yang agak mengganggu adalah, betapa cerita terasa stagnan dari awal sampai akhir.
Bukan stagnan dalam arti tidak bergerak, namun lebih ke arah betapa simpelnya cerita ini sebenarnya, tidak perduli bungkusan luarnya yang cantik dan tersusun rapi.
Bukan berarti jelek, bukan. Namun ada baiknya jika kompleksitas cerita ditingkatkan lagi, karena gaya bahasa penulis sangat mendukung untuk cerita-cerita yang memiliki konflik lebih. Sungguh sayang jika disia-siakan.
Terus menulis! :)
@anon: hehe... maaf =))
BalasHapus@admin: Makasih masukannya. Nanti saya kembangkan lagi. Sekali lagi, makasih. :)