oleh : Duwie dwi
Gw bertemu dengan dia tanggal 9 di bulan ke sepuluh. Saat itu dia adalah guru baru di sekolah gw. Dia mengajar olahraga menggantikan Pak Yudha yang sedang di rawat di rumah sakit karena kecelakan motor.
Gw adalah anak cewek seperti pada umumnya. Tidak menyukai olahraga. Dan gw sering sekali membolos pelajaran olah raga. Dan tentu saja dia kerepotan mencari gw setiap kali pelajaran olahraga. Anehnya, dia tidak pernah menghukum atau melaporkan perbuatan gw pada guru BP.
Suatu waktu di saat gw ingin kabur lagi, dia sudah menahan gw. Dia menggenggam erat tangan gw dan menarik gw ke lapangan basket indoor di belakang gedung sekolah. Sesampainya di sana, ia berdiri di depan pintu agar gw tidak kabur lagi, dan dia menjatuhkan segerobak bola ke arah gw. Gw pun menjerit kesal.
"apa-apan sih?!"
"kamu yang apa-apaan. Kabur setiap pelajaran saya. Absen kamu kosong sama sekali, saya ga bisa kasih laporan ke kepsek jadinya." Ucap dia dengan tenang namun terdengar sekali dari kata-katanya kalau dia kesal dengan gw.
"aaah, jadi itu. So??"
"…."
"hmm… Pak…."
"bahkan nama saya saja kamu ngga tahu." Dia melipat tangannya di dadanya yang bidang.
Dan baru gw sadari kalau dia masih sangat muda untuk jadi guru. Mungkin umurnya masih 26an. Wajahnya juga tidak jelek. Bisa di bilang wajahnya yang paling tampan dari semua guru yang ada. Kulitnya masih tergolong putih untuk seorang guru olahraga yang setiap hari berjemur di bawah panasnya matahari.
"yaaah.. whatever.."
"Ryo Darmawan. Nama saya Ryo."
"oke Pak Ryo, jadi, gw harus melakukan apa ya?"
"orang tua kamu ngga pernah ngajarin sopan santun ya? Bicara sama guru pake 'gw-elu'. Sama sekali ga pantes."
Gw sangat sensitive kalo ada orang bawa-bawa orang tua gw. Buat gw mereka yang ga tau apa-apa ga seharusnya bawa-bawa orang tua gue.
Reflex, gw mengambil sebuah bola-entah itu bola basket atau bola voli atau mungkin bola sepak-dan melemparkannya sekuat tenaga ke arah nya. Dan dengan sukses mengenai dadanya.
Dia terjatuh berlutut dan mengaduh kesakitan.
Gw menghampirinya dan berjongkok di depannya.
"jangan bawa-bawa orang tua gue. Kalo lu mau gw ikut pelajaran elu. It's ok. Minggu depan gw akan masuk pelajaran lu. Tapi jangan pernah sekali-sekali sebut tentang orang tua gw lagi."
Setelah bicara begitu gw keluar. Emosi gw meningkat. Tahu apa dia tentang orang tua gue. Cih! Ngga ada yang ngerti tentang keadaan gue. Mereka semua cuma tahu kalau gw hidup enak serba kecukupan. Gw ini broken home! Dan apakah ada yang peduli?? Ngga tuh. Dan gw cukup happy kok hidup kayak gini. Yang penting ga ada yang ganggu gw. Titik.
Minggu depannya gw ga bolos lagi dari pelajaran olahraga. Gw tetep absen meskipun gw ga ikutan olahraga apapun. Sepanjang pelajaran gw hanya duduk di bawah pohon untuk ngadem.
Ryo menghampiri gw dan ikutan duduk di sebelah gw.
"maaf yah. Saya ga maksud nyinggung kamu minggu kemaren."
"ga usah di bahas. Ga penting." Gw langsung memotong cepat.
"boleh saya tahu kenapa kamu bolos pelajaran saya??"
"simple. Gw ga suka panas-panasan."
"tapi ini kan masih pagi. Mataharinya sehat buat kulit."
"gw tetep ga suka panas. Mau sehat atau ngga. Ga ada bedanya buat gw."
"anak gadis itu bukannya mau kulitnya terawat yah?"
"elu itu guru olahraga atau guru kecantikan sih??"
Ryo tergelak mendengar respon gw. Dan gw menatapnya bingung. Dia bangkit berdiri dan menepuk bahu gw pelan. "ayo bangun. Pelajarannya udah mau selesai."
Minggu-minggu berikutnya gw mulai mau mengikuti pelajaran dia. Sampai akhirnya…
***
Ryo memasuki rumahnya dan langsung menghempaskan tubuhnya di sofa. Ia menghela nafas panjang. Sejak ia menerima tawaran untuk menjadi guru di sebuah sekolah swasta, ia sudah bisa menebak kalau pasti ada saja kejadian seperti ini. Bertemu dengan murid-murid yang nakal, teguran dari guru-guru yang mengatakan kalau ia kurang tegas dan sebagainya.
Dia sendiri tidak menyukai penekanan. Makanya setiap pelajaran ia memberikan kebebasan pada murid-muridnya. Selama kebebasan itu tidak negative, ia tidak akan melarang.
Dan ia di buat setengah mati menahan sabar oleh seorang siswi yang menurutnya tidak cantik tapi juga tidak jelek. Dan anehnya, ia selalu tertarik dengan siswi ini, karena sang siswi memberikannya aura yang berbeda.
Sudah 1 bulan ia memperhatikan siswi ini, selain karena siswi ini sering kabur dari pelajarannya, si siswi ini juga bersikap seenaknya. Seperti tidak ada orang lain di sekitarnya.
Bayangannya terpecah karena pintu rumahnya di ketuk oleh seseorang. Dan terdengar suara hujan deras dari depan. Ia cepat-cepat membuka pintu rumahnya dan memastikan siapa orang yang datang ke rumahnya hujan-hujan begini.
Dan ia lebih terkejut lagi ketika melihat si siswi itu berdiri basah kuyup di depan rumahnya. Matanya merah—entah karena terkena tetesan air hujan atau menangis. Ia segera merangkul siswi itu dan membawanya masuk. Dengan cepat ia menyiapkan baju ganti dan handuk. Kemudian ia membuatkan segelas susu coklat panas untuk si siswi.
Ryo tersenyum saat melihat piyamanya yang biasa pas di tubuhnya menjadi kebesaran di tubuh siswi itu.
"kamu… dari mana tahu rumah saya?"
Siswi itu tidak menjawab. Ia malah berkata, "pada akhirnya mereka cerai juga. Sialan… kenapa ga dari dulu aja… sudah selama ini nyiksa gw dan mereka baru memberikan gw kebebasan sekarang. Brengsek!!"
Ryo kaget mendengar perkataan siswi ini. Dan ia mengambil kesimpulan sendiri kalau siswi ini masalahnya tidak kecil dan ia baru menyadari kenapa siswi ini begitu marah dengan kata-katanya di lapangan waktu itu.
"kamu…."
"nama gw Deana. Bahkan elu sendiri belom pernah manggil nama gw. Ga ada yang pernah inget sama gw. Semuanya manggil gw dengan 'eh'. Hahahahah…. Sebegitu mudahnya gw ga di anggap yah…"
Jantung Ryo serasa berhenti berdetak. Ia baru menyadarinya, kalau ia bahkan tidak tahu nama muridnya yang satu ini. Ia terlalu asik mengamati anak ini saja.
"sa-saya…"
"biasa aja lagi. Gw mah udah kebal di gituin orang. Dilupain, ditingalin, ga di anggep.. apa lagi lah namanya.. gw emang seperti itu kok."
"bukan begitu…"
Siswi ini memotong lagi. "udaah laaah.. ga usah ngelak. Hmm.. ngomong-ngomong kenapa gw bisa ke sini yah….." setelah berkata begitu air matanya menetes lagi tanpa henti.
Ryo kesal dengan dirinya sendiri. Ia masih kaget dengan kehadiran anak ini dan kata-katanya yang seolah-olah bukan masalah dirinya sendiri. Anak ini berkata tanpa reaksi.
Ryo menarik dagu anak ini dan menciumnya sekilas. Kemudian ia memeluk anak ini.
"tenang. Ada saya di sini. Kamu ga sendirian lagi."
Anak ini tidak memberikan respon. Ia diam dalam pelukan Ryo. Ia bahkan membenamkan kepalanya di bahu Ryo. Dan Ryo untuk pertama kalinya bersikap seperti ini.
***
Gw memulai hari-hari gw dengan baik. Setelah bokap dan nyokap benar-benar bercerai, gw tinggal sendirian di rumah. Gw ga mau pusing gw di tanggung oleh siapa. Yang penting gw tetep bisa hidup tanpa gangguan lagi.
Sempat terjadi perdebatan, siapa yang akan mengurus gw. Tapi dengan santainya gw jawab, "ga usah di ributin deh, kayak sebelumnya kalian perhatian aja sama gw. Gw mau di suruh tinggal sendirian tanpa kalian juga ga masalah kok." Keren kan jawaban gw. Anak mana yang bisa ngejawab kayak gw di saat kaya gitu??
Kemudian gw benar-benar tinggal sendirian sesuai harapan gw. Kadang gw main ke rumah Ryo kalo lagi bosen. Dan Ryo selalu nerima gw kalo gw lagi uring-uringan. Kita udah cukup dekat. Tapi sebisa mungkin gw ga mau anak sekolah tahu gw deket sama dia. Males jadi bahan gosipan.
Ryo masih tetap dengan sopan ngomong dengan 'saya-kamu' dan gw juga masih tetep ngomong dengan 'gw-elu'. Pelan-pelan gw mulai nyaman ada di sebelah dia. Apalagi setelah waktu itu dia nge-kiss gw. Bayangin aja, gw sama dia kan hubungannya guru dengan murid. Tapi udah terjadi skandal nih. Skandal yang cuma kita berdua yang tahu.
Sudah hampir 4 bulan dia mengajar di sekolah gw. Dan gw sudah hampir 2 bulan dekat dengan dia. Kayak TTM-an gitu. Gw juga ga ngerti kenapa bisa kayak gini. Gw cuma ngejalanin aja.
Malam ini gw berencana ke rumah dia lagi. Pengen nginep. Suntuk di rumah, isinya pelayan gw semua yang setiap jam nanyain gw, "mau makan ga?", "mau buah ga?" , "ada yang perlu di bantu ga?". Padahal gw nya mah lagi nonton. Tapi mereka cerewet banget.
Sesampainya di rumah dia, gw langsung tidur di paha dia. Padahal dia lagi sibuk dengan laptopnya. Tapi gw ga mau tahu. Gw mau di manjain hari ini.
"kamu kenapa lagi?" Tanyanya lembut.
"ngga papa. Bosen aja. Malem ini gw nginep di rumah lu." Kata gw tanpa membuka mata. Gw udah nyaman sambil merem gini.
"eeeh??!"
"gw ga nerima penolakan loh."
Gw merasakan dia tersenyum. Gw membuka mata gw dan benar saja dia sedang tersenyum sama gw. Dia mengusap-usap kepala gw dan ia mencium kening gw.
"ya udah. Tidur aja sekarang." Ryo menyandarkan tubuhnya dan terus mengelus kepala gw sampai gw tidak tahu apa-apa lagi.
***
Sejak hari itu kita makin dekat. Dan hanya 6 bulan dia mengajar di sekolah gw. Setelah itu dia keluar karena Pak Yudha juga sudah sembuh dari sakitnya.
Setelah sekitar 6 bulan kita berhubungan, akhirnya dia melamar gw. Dia mengajak gw bertunangan. Dan tentu saja gw menanggapinya dengan positive. Perlahan gw menjadi pribadi yang lembut setelah berhubungan sama dia.
Setelah gw lulus SMA gw melanjutkan kuliah di tempat Ryo dulu. Gw menjalaninya dengan tulus. Padahal dulu gw ga pernah kepikiran mau lanjut kuliah. Ini semua gara-gara Ryo.
Baru 1tahun gw kuliah dia mengajak gw nikah. Begini katanya,
"aku uda umur 27 tahun sekarang, dan aku uda cukup matang buat menikah. Tergantung kamunya mau atau ngga. Kalau belum siap ga masalah kok, aku tunggu."
Tanpa pikir panjang, gw mengiyakan lagi ajakan dia. Ga perlu pesta. Karena gw ga mau berkumpul sama keluarga gw. Dan Ryo sendiri ngga punya keluarga lagi. Dia sendirian.
Keluarga gw ngga tahu apa-apa soal hubungan gw dengan Ryo. Hanya pembantu-pembantu gw di rumah yang tahu. Dan gw menyuruh mereka untuk ga mengatakan apapun sama bokap nyokap gw.
Setelah menikah, Ryo lebih giat lagi bekerja. Ia ga mau gw kesusahan. Padahal gw ga pernah nuntut apa-apa dari dia. Seandainya dia jadi orang susahpun akan gw tetep sama dia. Tapi ga begitu bagi dia. Dia mau gw dan anaknya nanti hidup bahagia tanpa gangguan.
Setahun kemudian gw merasa kesehatan gw menurun. Gw mual-mual. Dan gw coba cek ke dokter. Dan kata dokter gw hamil. Gw jingkrak-jingkrak kesenengan. GW HAMIL!! Gw akan jadi seorang mama. Ini bener-bener bikin hidup gw berwarna.
Sepulang dari dokter gw langsung pulang ke rumah dan ngasih tahu Ryo kabar gembira ini. Dan dia juga sama hebohnya dengan gw. Bahkan dia lebih heboh lagi. Dia mencium gw dan memeluk erat gw.
"Thank's God." Ucapnya bahagia.
Karena gw dan dia hanya hidup berdua dan ga punya pengalaman sama sekali, akhirnya kita banyak nanya orang tentang kehamilan. Pulang pergi ke kampus gw di jemput dia. Ryo bener-bener menjaga gw dari apapun. Mulai masuk bulan ke 7 gw cuti dari kuliah. Gw sendiri tahu, kalo udah masuk bulan ke 7 itu uda masa hamil tua. Kalo gw nekat, gw takut bayi gw kenapa-kenapa. Dan untungnya sejauh ini kehamilan gw baik-baik saja. Gw berharap nanti gw melahirkan dengan normal.
Kemudian….
Hari kelahiran anak gw pun tiba. Tapi Ryo ga bisa nemenin gw, karena dia ada meeting sama klien. Gw pun merelakannya, karena ini menyangkut karir dia kedepan juga.
Dengan sekuat tenaga gw menahan rasa sakit dan terus berdoa, biar meeting Ryo lancar dan anak gw ini bisa lahir dengan selamat.
1 kekhawatiran gw terlewati. Anak gw lahir dengan selamat dan sehat. Laki-laki. Beratnya 3.75kg dan tingginya 40cm. Wajahnya mirip dengan Ryo. Anak gw menggeliat lucu. Dan gw pikir gw akan memberinya nama Ryo Junior. Hahaha..
Gw menunggu kedatangan Ryo. Sekarang sudah jam 9 malam. Dan harusnya Ryo sudah datang. Gw menunggunya sampai ketiduran dan esok paginya pun Ryo belum datang juga. gw mulai panik dan meminta suster menghubungi kantor Ryo sedangkan gw menghubungi ponsel Ryo.
Hasilnya, tidak ada jawaban.
2 jam kemudian, ponsel gw ada telpon dari nomor yang gw ga kenal. Gw angkat, siapa tahu ada info tentang Ryo.
"halo.."
"selamat siang dengan Ibu Deana??"
"betul. Dari siapa ya?"
"begini, kami dari kepolisian Bogor. Apakah betul Ibu istrinya Pak Ryo??"
Jantung gw berdetak cepat. Polisi? Ada apa ini?? "iya benar. Ada apa yah Pak?"
"begini Ibu. 2 jam yang lalu suami Ibu mendapat kecelakan beruntun yang di sebabkan oleh sebuah truk besar yang oleng. Sampai sekarang tubuh suami Ibu belum kami temukan… apakah…"
Kata-kata polisi itu memudar di otak gw. Ponsel gw terlepas dari genggaman gw. Dan tubuh gw yang memang masih lemas jadi makin lemas setelah mendengar kata-kata polisi itu.
Brengsek!! Pasti polisi itu bercanda kan?? Polisi itu pasti sudah gila. Brengseek!! Bahkan Ryo belom liat anaknya.
Suster yang baru masuk dan melihat gw langsung berteriak panik.
Mereka memastikan kalau memang itu adalah Ryo. Ryo suami gw. Dan gw hanya bisa tertawa… tertawa dalam tangisan gw.
***
5 tahun kemudian
Aku sedang menemani Ryo bermain saat di luar hujan deras. Petir menyambar begitu kencang, dan Ryo memeluk gw dengan tangannya yang mungil.
"ssstt.. ga usah takut. Kan mama di sini."
"mama, papa ke mana sih?? Kok aku ga pernah liat papa?? Temen-temen aku di sekolah pulang selalu di jemput papanya…"
"heei, mama kan udah pernah bilang, papa kamu lagi pergi jauuuuuuh bangeet.. nanti kamu kalo udah gede juga tau kok, papa kamu ke mana."
"papa itu keren yah ma. Aku mau kayak papa kalo uda gede…"
Aku tersenyum lembut pada anakku. Anakku hanya perlu menunggu waktu untuk mengetahui yang sebenarnya. Ia benar-benar mirip dengan ayahnya.
Keesokan harinya di saat aku mau menjemput Ryo kecilku. Aku di kejutkan dengan hal menakutkan lagi. Guru sekolahnya bilang kalau anakku di jemput oleh seorang laki-laki yang mengaku papanya.
Kepanikkanku meningkat. Aku mencarinya di daerah-daerah yang ku ketahui.
Pencarianku terhenti di sebuah taman dekat rumah yang di penuhi dengan pohon-pohon rindang. Aku turun dari mobil dan berjalan perlahan.
Sosok itu. Sosok yang kurindukan selama bertahun-tahun belakangan ini. Mereka… sosok yang begitu indah yang sudah ku impikan.
"Ryyooo…" suaraku bergetar. Dua orang itu menoleh. Kedua Ryo ku menoleh.
Air mataku menetes dengan perlahan. Pandanganku menjadi berkabut. Ryo kecilku berlari dan memelukku. Ia menunjuk Ryo besarku dan berkata,
"papa pulang mah!! Papa pulaang!!"
Aku menggendong anakku dan menghampiri Ryo. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangisku pecah. Dan seperti dulu. Ryo menciumku dan memelukku member kehangatan.
Aku benar-benar merasakan dan menyadarinya betapa indahnya hidupku sekarang.
~THE END~
aaaaaghh!!! keren bgt!!!! touchy damn coooooool!!! i love it sooooooo much!!!! kupikir bkl sad ending, gatauny happy ending.. yipeyyy
BalasHapuskeep up the writing ya Duwie Dwi ;)
-l.j-
okeeeee ceritanya..
BalasHapuskeep writing yaaaa..
:)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuseh maap yg tadi salah....^O^
BalasHapuskeren ceritanya....
tapii....Big Ryo kmana slama 5 thn itu???
l.j: thx a lot..
BalasHapuserika:makasih yah..
gee: hmm.. blm ada bygan sebnrnya, jd tergantung pembaca yg ngebayanginnya..^^
Pada dasarnya tulisannya ngalir, good job on that :) Tapi saran aku, lebih perhatikan tanda baca dan huruf besar kecil biar lebih enak dibaca, dan kalau bisa, karena ini cerpen, fokus ke satu momen, beberapa kejadian saja. Di sini ada terlalu banyak kejadian, jadi kesannya agak nggak fokus ceritanya akan kemana (bertemu, menikah, melahirkan, anaknya diculik). Bisa lebih baik lagi, apalagi tema yang diambilnya menarik, hubungan guru dengan anak broken home. Ini bukan berarti nggak bagus, tapi bisa lebih bagus lagi. Kita sama-sama belajar :) Terus menulis ya!
BalasHapusthx bgt kak farida atas masukannya.
BalasHapusaku emg masih berantakan bgt di tanda baca dan huruf gede kcil.. dan ini emg cerpen pertamaku jdnya msh berantakan.. trus untuk cerpen sebnrnya kepjgan jg yah.. hehe..
sekali lg thx bgt atas kritik dan sarannya..