#writingsession, tema: dongeng ttg musik
oleh: Maria Sekundanti
Beginilah rupa Negeri Sepiano. Dari jauh terbentang rerumputan hijau yang indah berhiaskan bunga-bunga liar berwarna-warni di sekitarnya. Di sana banyak sekali pepohonan rindang yang tumbuh dengan teratur. Ada yang besar dan kokoh, ada juga yang kecil dan lucu. Sesekali mereka berayun-ayun mengikuti irama angin yang bertiup seolah mengajaknya berdansa. Di salah satu sudut hutan, terdapat danau mungil yang tenang, sesekali beriak jika ada dedauan yang jatuh ke kepermukaannya. Dari airnya yang bening memantul langit biru terang. Wah… sungguh indah! Eh, tunggu dulu… mengapa negeri ini tampak sepi sekali ya? kemana para penghuninya?
Sementara itu, tampak dari kejauhan Peri Nada dan Peri Irama melewati negeri itu. Mereka terbang mengelilingi hutan dan danau lalu menuju ke hamparan rumput hijau dan hinggap di salah satu bunga violces berwarna jingga.
“Irama, apa nama tempat ini ya?”
“Menurut radar petunjukku, nama tempat ini adalah… Sepiano, Nada.”
“Hah??!! Se-pi-a-no? Bagaimana mungkin ada nama menyedihkan seperti itu dalam negeri dongeng?”
“Entahlah, Nada… Mungkin itu bisa menjelaskan mengapa tempat ini begitu sepi dan tak punya semangat”
“Benar, kamu benar… Kalau begitu, ayo kita cari tahu.” Ujar Peri Nada sambil terbang menuju danau.
Mereka mendekat. Melihat di balik batang pohon yang patah itu ada sepasang tupai yang wajahnya selalu murung dan bersungut-sungut. Musie dan Lirie namanya. Lalu kedua peri itupun menghampiri ketika mereka sedang mengumpulkan kenari dengan cepat dan berhati-hati. Mussie berjingkat-jingkat memunguti kenari lalu melemparnya kepada yang Lirie. Lirie kemudian menyusun kenari-kenari itu dalam keranjang agar mudah di bawa. Peri Irama lalu terbang menuju Lirie dan hinggap di kenari yang di bawanya.
“Uuum… hallo…”
“Aaaaarrrrgggggghhh……” Lirie terkejut sampai jatuh terjungkal dan keranjang kenarinya berserakan.
“Si-si-siapa ka-kamu?” Tanya Lirie gugup. Mussie juga sudah bersamanya sedetik setelah teriakan Lirie yang mengejutkan itu.
“Namaku NADA… lalalala……”
“Dan akuuu…. dududu.. IRAMA… trililili….” Kata para peri itu sambil terbang berputar-putar di antara mereka dan bernyanyi.
Mussie dan Liriepun tersenyum kagum pada merdunya suara peri dan tarian ajaibnya.
“Woooow…. Kalian indah sekali. Dari mana kalian berasal?” Tanya Mussie.
“Kami berasal dari Negeri Laguawan. Kami sedang dalam perjalanan pulang dan menemukan tempat ini. Kalau boleh kami bertanya, mengapa negeri kalian sepi sekali?”
“Yah… begitulah negeri ini. Sepi dan membosankan. Konon katanya negeri kami ini ditaklukan oleh penyihir jahat bernama Murungino dan ia melarang semua penghuni untuk beraktifitas bersama dan membuat keributan. Jangankan ribut, bicara satu sama lain saja dilarang.” Jelas Mussie sedih.
“Ooh… kasihan sekali kalian. Padahal seharusnya negeri dongeng menjadi tempat menyenangkan untuk kita semua” hibur Peri Nada melihat Mussie dan Lirie yang tertunduk sedih.
“Aha!! Aku punya ide. Bagaimana kalau sekarang kita kumpulkan semua penghuni dan ajari mereka bernyanyi?” ucap Peri Irama bersemangat
“Benar…!! Aku setuju. Bernyanyi selalu membuat kita merasa lebih baik dan bisa melupakan sepi.” Imbuh Peri Nada
“Uuumm… Apakah memang begitu menariknya?” Tanya Lirie ragu-ragu
“Ayo kita coba saja..!!” Ajak Peri Nada. Dan mereka berpegangan tangan sambil membentuk lingkaran sambil bernyanyi…
Bila gundahku datang, aku bernyanyi…
Bila sepiku hinggap, semakin keras aku bernyanyi…
Tralala Trilili…
Bahagianya hati ini… Ayo teman, mari bernyanyi…
Mussie dan Lirie tampak bersemangat sekali. Mereka melompat kesana kemari. Berputar-putar. Berlari-lari. Tak kenal lelah. Mereka terus bernyanyi sambil bergerak begitu dan begini.
Tak berapa lama, para penghuni hutan itu berkumpul di sana ingin tau keramaian apa yang terjadi. Menyenangkan sepertinya.
“Hey…!! Apa yang kalian lakukan??!!” Tanya Melodi si Beruang madu. Suaranya yang menggelegar mengagetkan, sampai mereka berhenti bernyanyi.
“Eee… ka-kami sedang bernyanyi, Lodi… Peri ini, Nada dan Irama, yang mengajari kami” jawab Mussie
“Kaaaaaak….. Tampaknya menyenangkan sekali. Apakah kami boleh bergabung?” Tanya Gege si Gagak
“Tentu saja boleh, teman-teman.” Ucap Peri Irama
“Tapi aku tak bisa bernyanyi, apalagi sambil menari-nari” kata Gege
“Iya, badanku yang besar ini juga menghalangi gerakku” kata Melodi
“Tidak ada yang bisa menghalangi musik dalam hati kita, teman…” jawab Peri Nada, lanjutnya “Coba kalian tutup mata. Dengarkan suara di sekitar kita. Ada riak danau… ada burung berkicau… ada pohon yang tertiup angin… semuanya menyatu bagai harmoni kan..??”
Mereka mengangguk sambil tersenyum
“Nah sekarang kita mulai memasukan liriknya sesuka hati… cobalah…!!”
Dan merekapun mulai bernyanyi dan bertepuk tangan membuat musiknya menjadi lebih hidup…
Bila gundahku datang, aku bernyanyi…
Bila sepiku hinggap, semakin keras aku bernyanyi…
Tralala Trilili…
Bahagianya hati ini… Ayo teman, mari bernyanyi…
Semua tampak gembira dan bersemangat. Dan sejak saat itu, semua penghuni Negeri Sepiano sepakat untuk mengubah namanya menjadi Negeri Musicaceria, agar kita semua selalu ingat bahwa musik ada di mana-mana dan tentunya bisa membawa keceriaan. :)
Blog untuk memajang hasil karya partisipan #WritingSession yang diadakan setiap jam 9 malam di @writingsession. Karena tidak ada yang bisa menghentikan kita untuk berkarya, bahkan waktu dan tempat.
Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!
Lucuu! Namanya kreatif banget, jadi inget cerita dongeng waktu kecil yang dibacain sama mama. Aku selalu cinta dongeng!
BalasHapusKreatif memilih nama untuk tokoh dongengnya. Namun akan lebih baik lagi jika disisipkan nilai nilai kehidupan. Supaya dongeng mengenai kebahagiaan dan keceriaan ini bisa diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Tetaplah bermimpi dan berkhayal :) kemudian tetaplah menulis.
BalasHapus