Anak itu sedang tertidur di kamar orang tuanya. Begitu lelap dan sepi, sehingga tiada yang percaya bahwa tiap harinya anak sekecil itu sudah dicekoki teriakan oleh Ibunya, seseorang yang seharusnya mengajarkan anak lelaki itu kelemahlembutan agar kelak tidak semena-mena terhadap wanita.
Damai rasanya memandangi mata anak itu tertutup, seperti tanpa beban.
Ayahnya yang masuk ke dalam kamar dengan bunyi pintu yang begitu ringkih tidak membuat anak itu lantas terbangun dari mimpinya yang sekiranya indah. Lama Ayahnya menatap lekat tubuh dan hati kecil yang ada di dalam tubuh kecil itu. Kemudian Ayahnya berkata,
“kelak engkau akan mengerti hidup ini, lebih dari Ayah, Nak!”
Ayahnya merasa kasihan melihat anaknya yang mungil, yang bahkan lilin di kue ulang tahunnya belum berjumlah 3 buah, sudah harus mengalami hal yang mungkin jarang dikecap oleh anak seusianya. Anak itulah yang membuat Ayahnya bisa bertahan. Bekerja membanting tulang, dan kadang membanting perasaan saat majikannya berteriak-teriak menghina dan meremehkannya.
Ayahnya kuat, karena dia telah mempunyai tekad. Tekad yang sangat sederhana, tetapi begitu rumit untuk dijalankan. Tekad untuk membahagiakan anaknya. Dikecupnya kepala anaknya, sambil tetap memegang tekad itu, kuat, di dalam hatinya, di dalam hati seorang Ayah.
Cerpen tentang seseorang
10082010: 01.27
Saat ilham terkuak
tema father&son emang selalu punya potensi untuk dieksploitasi. biasanya sih, konflik justru muncul antara anak laki dengan ayahnya.
BalasHapustulisan ini menarik karena sedikit-banyak tidak seperti itu
kalo boleh saran, masih bisa dikembangin/diperkuat.
misalnya, apa yg benar-benar bikin sang ayah terpacu? siksa dari ibu anak itu kah?
nice idea
iya, hubungan ibu-ayahnya belum kerasa.
BalasHapustp ini menyentuh sekaliii :')
makasih bgt buat sarannya..
BalasHapussebisa mungkin nanti kalau buat cerita lagi,,,lebih dikembangin!
:D
baiklah..
BalasHapusitu jadi PR saya...
hihi!