Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Kamis, 12 Agustus 2010

"Catatan Sang Langit"


Oleh : Khoirunnisa Aulia Noor Haryopranoto
http://ullydancoretan.blogspot.com

Siang itu Keysha berjalan menuruni pantai. Berhenti ia pada suatu titik. Dipandangnya langit dan laut yang sedang bercengkrama di ujung yang entah sebenarnya ada atau tidak itu. srek srek srek . terdengar suara angin menerpa benda. Keysha memalingkan mukanya ke arah sumber suara tadi. Sebuah buku, tergeletak tak jauh dari darinya. Angin membuatnya tertutup. ‘Catatan Sang Langit’ begitulah judul yang tertera. Keysha memungut buku itu, membacanya duduk manis ditepi laut ditemani sang angin yang masih setia pada daun.
                Aku tau sang mentari sangat mencintai laut. Ia pernah katakan betapa bahagia dirinya saat bisa memandang malu dari balik awan. Memandang laut. Walau hanya setengah hari mampu temani laut. Walau kadang tatapannya membuat laut dibenci banyak orang. Begitulah ucap mentari kepada langit. Dan itulah catatan pertama yang Keysha baca dalam buku itu. keysha membalik halaman bukunya. Mentari pernah berbisik padaku, “bisakah kau membuatku dekat dengan laut?” tanya mentari. Aku mengiyakan, ya aku mencoba membantu mereka. Kuganti warna indah biru-ku dengan orange senja. Membuat mentari turun perlahan mendekat pada laut. Bagai bersentuhan namun ternyata terpisah segaris tipis. Ia (mentari) berikan yang terbaik yang ia punya, mungkin agar esok laut masih ingat akan kebaikan dirinya. Setelah mentari berlalu, aku mengubah senja-ku menjadi gelap. Bukan. Bukan karena berganti malam. Tapi karena aku marah. Ya aku marah pada mentari, aku cemburu pada mentari. Ya, aku sadar. Aku –juga- menyukai laut. Esoknya mentari mendekatiku dengan muka berseri tertalu cerah untuk pagi yang cerah. Ia bisikan kata terimakasih kepadaku. Aku diam membisu. Aku muak padanya ingin ku usir dia. Ingin ku ucapkan bahwa aku-pun suka pada laut.”Hai langit ,bisa kah kau lakukan hal yang sama dengan kemarin. Aku belum sempat mengucapkan nama-ku kepada laut” seru mentari. Kemarahanku memuncak aku tak lagi dapat menahan emosiku. “Jangan lagi kau dekati laut!” teriakku “kau takkan pernah berhasil mendapatkannya. Lihatlah dari ujung sana ,kau kan tau siapa yang lebih dekat dengannya!!” bentakku mengusir mentari. Mentari terdiam ,lalu pergi menjauh tak jadi naik tahta. Petang itu ,mentari tak kunjung datang. Hingga sang bulan menyapa desir pantai.
                Keysha berhenti membaca diliriknya jam ditangannya. 4.15 seharusnya ia sudah dirumah kini. Namun perutnya tak dapat berhenti sejenak untuk diisi. Keysha meminta izin pada mamahnya lewat sms
Mah Key pulang telat. Lagi makan.
Sent.
                Sambil menunggu pesanan datang Key kembali membaca buku tadi. Keysha merasa tak asing dengan tulisan yang ada di buku ersebut
                Ini hari ketujuh mentari tidak menampakan batang hidungnya. Langit mulai mencari menntari, bagaimanapun, Langit adalah sahabat mentari. Laut juga mulai bertanya pada langit, kemana wahai sang mentari pergi. Kami bertiga sebenarnya sahabat dari kecil. Suatu senja sehabis hujan menghajar bumi dengan pasukan yang cukup sangat banyak, mentari menghampiri langit. Namun hanya dari belakang dan berbisik pada langit. “maafkan keegoisanku langit,” begitu bisiknya pelan dari balik cirrus  putih yang menggumpal. “aku tahu, aku telah salah mengambil jalan. Kau tak perlu sakit hati, laut jauh lebih bahagia dengannya” jawabku sambil melirik laut dibawah sana. Mentari mengikuti mataku. Aku tahu, ia melihatnya. Mentari dan aku memandang laut bercengkrama tanpa batas dengan pantai. Ya tanpa batas bahkan mereka bersentuhan dibalik ombak itu. Tidak seperti aku dan mentari yang selalu terpisah oleh segaris putih yang transparan itu. Laut telah bahagia dengan pantai, Aku? Mentari? Kami tetap bersahabat dengan laut, meskipun aku tahu dalam hati mentari merasa sakit. Karena aku juga merasa seperti itu.
                Itu cerita terakhir dari buku catatan sang langit, namun Keysha masih penasaran. Dibolak-baliknya buku tersebut hingga selembar foto terjatuh darinya. Diambilnya foto tersebut. Dan- JELEGERRRR bagai tersambar petir, Keysha kaget bukan main. Itu fotonya, diapit oleh Reyhan dan Irsyad di kanan-kirinya. Ada notes kecil yang menempel pada foto tersebut
“cewe yang ada di foto ini namanya Keysha, dan ialah Laut. Sedangkan yang dipojok kanan itu Irsyad, ya ,dialah sang Mentari”
Bagai tersambar petir untuk yang kedua kalinya. Keysha hanya bisa terdiam dan menjatuhkan buku tersebut. Ya itu buku Reyhan, mungkin terjatuh saat bermain di pantai bersamaku tadi. Keysha mengambil Hp-nya di tas, ada sms. Dari Reyhan
Key, kalo nemu buku dipantai tolong bawain tapi kamu jangan baca ya J makasih
Terlambat Rey, aku sudah membaca semuanya. Bisik Keysha dalam hati. Tapi tenang ,aku akan pura-pura tidak tahu semuanya. Sambungnya lagi
                                            

6 komentar:

  1. whew... perumpamaannya bener2 'dheg' banget. mentari, langit dan laut... so close and yet so far... ;) ceritanya bagus banget

    BalasHapus
  2. Cerita berbingkai(ada cerita dlm cerita)yg bagus bgt.Pertama kali baca agak bingung sih, tapi dua-tiga kali jadi ngerti.
    mau tanya dikit,boleh ya?kalau Keysha=laut,Irsyad=mentari,Reyhan=langit.Trus ada kalimat:Mentari dan aku memandang laut bercengkrama tanpa batas dengan pantai. Yg dimaksud pantai siapa ya?maaf,dr tadi baca blm nemu:(
    makasih:)

    BalasHapus
  3. makasih komentarnyaaa ;)
    buat @mnovim maaf kalo bikin bingung, disini emang ga dijelasin siapa itu pantai. tokoh utamanya cuma 3 orang itu. jadi si pantai cuma buat perumpamaan dimana si laut ga milih kedua sahabatnya itu. makasih ya sekali lagiiii :))

    BalasHapus
  4. @aulia:hehe...jadi maap2an.Oh,gitu maksudnya.jadi ngerti sekarang.makasih ya:))

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!