http://pongostephiegmaeus.blogspot.com
Obsessions
Ryu
Dari awal aku melihatnya, aku tahu bahwa ia adalah segalanya untukku. Dan, sungguh ... kehadirannya bagaikan oase di tengah kering kerontangnya kehidupanku. Oase berisi air laut ... yang membuatku terus haus akan dirinya. Aku tidak pernah merasa puas akan dirinya. Aku selalu ingin lebih, lebih dan lebih. Aku yang tadinya lemah dan tidak berdaya, kini merasakan kuat luar biasa yang tidak pernah bisa kubayangkan sebelumnya. Aku bisa menghadapi hal-hal yang tadinya membuatku seperti anak kecil yang hanya bisa menangis sambil meringkuk di pojokan: tekanan dari anak-anak brengsek sekolah yang sering memukuli dan merampas uang jajanku, jeritan dan tamparan dari iblis yang mengaku sebagai penguasa baru di rumahku, omelan-omelan dari guru-guru yang tak pernah bosan mengkritikku dari ujung rambut hingga ujung kaki ...
Semua itu tidak ada apa-apanya lagi sekarang. Berkat dia. Dialah segalanya untukku. Aku tidak akan pernah mau berpisah dengannya. Aku butuh dia dalam diriku, melebur dalam pembuluh darahku, mengalir ke setiap sel dalam tubuhku dan menjadi bagian dalam diriku. Aku tidak bisa hidup tanpa dirinya. Tanpa dia, aku mati.
Dan aku, akan melakukan apa saja demi mendapatkannya. Apa saja.
Rika
Di hadapan cermin, aku menatap wajahku yang sudah tidak karuan. Maskaraku luntur membentuk jejak hitam di sepanjang pipi, lipstikku sudah belepotan, rambutku kusut masai ... ketika aku menggerakkan pergelangan tanganku, aku meringis kesakitan. Ryu sudah keterlaluan kali ini, biasanya ia tidak sesakit ini memuntir pergelangan tanganku. Sepertinya ia kehilangan kendalinya malam ini, ketika ia menyangka aku beramain mata dengan seorang cowok yang berpapasan dengan kami ketika kami sedang jalan di Plaza Indonesia.
Ketika melihat Ryu yang tiba-tiba terdiam dengan rahang yang mengeras, aku sudah merasa ketakutan. Ia akan meledak, aku tahu itu. Ia menunggu sampai kami masuk mobil, menyetir ke daerah yang sepi, dan barulah ia meledak.
“PELACUR!!” teriak Ryu sambil menghantam dashboard mobilnya. “SEKALI LAGI GUE LIAT LOE MAIN MATA SAMA COWOK LAEN, LOE HABIS!! LOE DENGER?!!”
“Ryu, gue enggak ...”
“DIAM!! GUE GAK MAU DENGER SEMUA BULLSHIT LOE, PECUN!! LOE EMANG PECUN!! CEWEK JALANG!! GAK ADA NILAINYA SAMA SEKALI!!”
Aku begitu ketakutan sehingga refleks aku menutup telingaku dengan kedua tangan, berharap semuanya akan lenyap. Tapi itu justru membuat Ryu lebih marah, ia memuntir pergelangan tanganku dan mengguncang-guncang badanku sambil terus berteriak-teriak marah sebelum mengusirku keluar dari mobilnya.
Kalau saja tidak ada taksi yang kebetulan melintas, mungkin besok pagi aku sudah masuk acara berita kriminal sebagai korban perampokan, atau lebih buruk lagi ...
Tenang Rika, semuanya sudah berakhir ... semuanya akan baik-baik saja ... ujarku pada bayanganku. Besok pasti Ryu akan datang ke rumah dan memohon maaf padamu. Ia akan kembali menjadi Ryu-mu. Lusa, setiap murid di sekolah akan terus menatap kalian berdua dengan iri. Terutama padamu, karena berhasil menaklukan Ryu si dingin yang misterius. Itu kan, yang kamu inginkan?
Ingat kata Mami, tidak penting apa yang ada di belakang layar. Yang penting adalah apa yang kamu tampilkan di depan. Siapa yang perduli kalau kamu meminum obat pencahar, urus-urus sampai nyaris pingsan atau memuntahkan lagi makanan yang kamu makan ... yang mereka mau tahu adalah, kamu itu cantik. Kamu itu sempurna. Tidak ada yang perduli bagaimana Ryu memperlakukanmu saat sedang tidak ada orang, yang mereka mau tahu adalah, Ryu menganggapmu segalanya dalam kehidupannya.
Kamu adalah gadis yang sempurna di mata orang. Persetan dengan hal lain! Itu yang penting. Image kesempurnaan.
Sudah, jangan menangis lagi Rika ... sekarang, minum obat penenangmu dan tidurlah ...
Vero
“Jadi gimana kencan loe semalem sama Ryu-chan?” ujarku tersenyum ceria ketika akhirnya Rika menjawab telfonku.
“Sukses dong ...”
“Udah ciuman belom?”
“Ada deeehh ... hihihi!”
“Aaaahh, Rikaaa! Cieeee ... so sweet banget sih!” aku tertawa keras, kemudian tersenyum licik. “Gue enggak kebayang gimana mukanya si Lily besok pas dia denger hal ini.”
Yess! Akhirnya aku berhasil mendapatkan posisi ‘tangan kanan’ Rika. Aku berseru kegirangan dalam hati. Aku berhasil menyingkirkan Lily si fake-wannabe itu! Sudah lama aku tidak habis pikir kenapa Rika mau berteman dengan si Lily sialan itu. I mean, hellooo ... keliatan banget gitu lho, kalau Lily itu poseur sejati! Gayanya semua nyeplak Rika abis! Copycat! Udah gitu sok-sok asik, mentang-mentang dia udah temenan sama Rika lama ... tapi sekarang liat aja, aku sudah berhasil menghasut Rika buat membenci Lily. Dengan begitu, posisi wakil-queen-bee sudah ada di tanganku.
Lagian nih ya ... si Lily itu PD banget sih, sok-sok naksir sama Ryu! Emang dia enggak ngaca tampangnya dia itu kayak apa? Emang sih, si Lily enggak pernah bilang apa-apa, tapi jangan panggil aku Vero kalau aku tidak bisa mencari celahnya. Aku pernah memergoki mereka berdua lagi mojok di perpustakaan sekolah, sok bisik-bisik begitu. Saat itu, Rika baru mengumumkan kalau dia naksir Ryu dan pasti berhasil mendapatkannya. Kabar itu udah kayak bensin yang disiramkan ke api aja ... dalam sekejap, Rika jadi benci banget sama Lily si ‘backstabber’ itu. Dan aku, dengan senang hati akan membantu Rika menjauhkan Ryu dari Lily!
Enggak sia-sia, sekarang mereka jadian. Dan tampangnya si Lily ketika mengetahui hal itu ... priceless! Coba aja Lily bisa liat seberapa goblok dan menyedihkannya dia... hahahaha! Sampai hari ini aku ingin tertawa mengingatnya. Gimana ya, tampangnya Senin nanti begitu tahu Rika dan Ryu sudah ciuman? Enggak sabar nunggu besok jadinya ... hahaha! Bye-bye Lily ... I am Rika’s new sidekick and you’re just a has-been. Bagi semua anak-anak di sekolah ... sambutlah aku sebagai cewek nomer 2 terpopuler di sekolah!
Kemenangan itu akan jatuh di tanganku ... aku sudah bisa merasakannya. Hahaha!
Lily
“Satu juta, sesuai perjanjian. Hitung aja.”
Aku menyerahkan amplop cokelat yang tebal berisi uang itu ke Ryu yang langsung meraihnya dengan wajah haus. “Makasih, Lily ... makasih banget ...” ujar Ryu. “Gue udah enggak tau lagi harus nyari pertolongan ke mana.”
Aku mengangkat bahu, tersenyum. “It’s MY pleasure, Ryu. Jadi gimana semalam?”
Ryu tersenyum. “Beres. Sesuai yang loe minta. Ini buktinya.” Ryu mengeluarkan HP-nya. Aku mendengar rekaman suara Ryu berteriak-teriak, diselingi suara Rika yang merintih memohon ampun, suara pintu dibanting lalu selesai. Aku tertawa kecil, puas.
“Gue heran, loe kenapa segitu dendamnya sama si Rika sih?” tanya Ryu.
Aku menatapnya tajam. “Karena cewek itu SAKIT, asal loe tau. Dari dulu dia merebut segalanya dari gue, ortu gue selalu membanding-bandingkan gue dengan dia ... mulai dari prestasi, penampilan fisik dan segalanya. Dan loe tau? Dia menikmati semua itu di atas penderitaan gue. Dia selalu menertawakan gue, it’s like ‘ha-ha, you desperate wannabe ... you will NEVER be like me’ setiap kali gue berusaha, setiap kali itu juga dia menjatuhkan gue dengan segala cara. “
Tanganku terkepal di samping tubuh, mataku mulai terasa panas di balik kacamata tebalku. Inilah balasan yang setimpal buat Rika. Rika yang selama ini menjadi hantu di hidupku. Sekarang, dia akan merasakan rasanya menjadi pihak yang kalah dan tidak berdaya.
Aku benci Rika dengan seluruh jiwaku. Aku benci dia yang begitu sempurna, selalu dipuja-puja sehingga menjadi begitu congkak di atas semua itu. Rika itu sakit jiwa. Dia senang menjatuhkan orang lain demi kepuasannya. Aku tahu, sebenarnya Rika tidak menginginkan tawaran bea siswa selama enam bulan ke Jepang itu, tapi ia tidak mau kalau aku yang mendapatkannya. Dan ketika akhirnya ia berhasil mengalahkanku dalam peraihan bea siswa itu, dengan santainya ia membatalkan keberangkatannya dengan alasan ‘mau fokus pada karirnya di sinetron remaja’ ... agar semua orang bisa lihat, kalau bea siswa itu sebenarnya tidak berarti untuknya ... tapi toh dengan mudah ia bisa mengalahkan orang-orang yang nyaris putus asa karena menginginkannya. BRENGSEK! CEWEK SAKIT! Dia enggak tau bagaimana sakitnya aku ... terlebih melihat reaksi kedua orangtuaku saat tahu lagi-lagi seorang ‘Rika’ mengalahkanku ... juga sindiran ‘pecundang’ dari kroco-kroco Rika di sekolah yang bergembira melihat kekalahanku ...
Saat itu aku bersumpah dalam hati akan membalas Rika suatu hari nanti. Untunglah ada Ryu. Dalam kebingungan dan ketidakberdayaannya ia menjadi boneka yang sempurna untuk melancarkan misiku. Apalagi ditambah dengan obsesi Rika yang selalu menginginkan semuanya. Aku tidak pernah menyangka semua ini akan berjalan dengan lancar. Hahaha! Tidak masalah aku membobol tabungan dan menjual sebagian perhiasanku ... lihat saja hasilnya: Rika si sempurna kini tidak lebih dari seorang gadis tolol yang tidak berdaya. Puas sekali rasanya setiap kali mendengar Ryu menceritakan bagaimana ia ‘menghajar’ Rika sampai menangis. Aku tinggal terus melihat bagaimana si eks nona sempurna itu berusaha tampak normal di depan orang-orang. Hahahaha ... andai Rika bisa tahu betapa tololnya ia di mataku!
... dan sebentar lagi, tidak hanya di mataku saja!
“Untuk berikutnya, elo mau gue apain lagi dia?” tanya Ryu.
“Gue mau loe bikin dia gak bisa lagi mengangkat muka najisnya itu di depan umum.” Kataku menatap Ryu tajam.
“Maksud loe ... kayak menghajar dia di depan orang lain?” kata Ryu.
“Di depan SEISI SEKOLAH kalau perlu.” Tandasku pasti. Mampus loe, Rika!
Ryu
Akhirnya setelah sekian lama... ia kembali lagi ke kehidupanku. Welcome home, sayangku ... tenang saja, kita tidak akan berpisah terlalu lama sekarang. Aku sudah menemukan cara untuk tetap memilikimu. Setiadknya untuk beberapa waktu ke depan. Ayolah, sayang ... kemarilah ... meleburlah ke dalam diriku... aku sudah begitu haus akan dirimu, sayangku ...
Aku menghirup dalam-dalam bubuk putih yang kutaruh di atas kertas putih. Ahhh ... nikmatnya ... kenikmatan yang hanya kumiliki seorang diri. Dunia di sekitarku lenyap. Tidak ada apa-apa lagi kecuali aku dan bubuk putihku ini.
Sayangku, kita akan terus bersama-sama. Aku tidak akan melepaskanmu, setelah sekarang berhasil mendapatkanmu kembali. Kalau nanti aku tidak punya cukup uang untuk mendapatkanmu, aku pasti akan menemukan bagaimana caranya. Karena aku dan kamu kini adalah bagian yang tidak bisa terpisahkan, sayangku. Aku rela melakukan apa saja demi dirimu. Menghajar satu-dua orang perempuan tolol bukanlah hal yang sulit untukku , tidak selama kamu masih ada dalam darahku.
Kita tidak akan perduli apa yang orang lain pikirkan tentang kita bukan, sayangku? Tidak. Yang penting adalah, aku memilikimu. Kita saling memiliki. Hanya kamu yang terpenting di hidupku, sayangku ... hanya kamu ... bubuk putihku tersayang ...
Teruslah melebur dalam darahku ... teruslah mengaliri setiap sel dalam tubuhku ... aku butuh kamu ... aku butuh kamu ... aku butuh kamu ...
Wow....ini bisa dijadikan bahan dasar utk sebuah kisah science fiction yg lebih panjang dan kompleks. Permainan emosi antar tokoh mengajak kita merenung betapa obsesi menjadi "seseorang" akan menghancurkan hati manusia. Saya tidak akan mengkritik nafas dari cerita ini, benar benar out of the box. Hanya perlu di rapikan lagi paragraf-paragrafnya. Terukan menulis!
BalasHapusthank u :) hehehe ... sip, mudah2an aku bisa terus lebih baik lagi selama writing sessions berikutnya.
BalasHapus