Oleh: Farida Susanty (lovedbywords.tumblr.com)
Dia memeluk tanganku di dadanya, kering, dingin, gemetar.
Apa kamu akan ingat aku nanti? katanya.
Tentu saja, kataku.
Apa kamu melakukan ini karena kamu membenciku? bisiknya di telingaku.
Aku menggeleng. Tentu saja tidak, bisikku ke telinganya.
Kudengar napasnya yang memburu, kurasakan napasnya di leherku. Dia memelukku lagi. Kupikir semua hal telah pergi. Tapi terdengar suara lain selain kami. Suara keras beritme yang terus mendekat, seperti takdir yang tidak mungkin terlewat. Dia memeluk tanganku lebih erat. Lonceng berbunyi, dia harus pergi.
Uang yang kamu dapat dari menjualku, kasih semua ke ibu, bisiknya.
Aku mengangguk. Kuelus kepalanya. Dia masih sangat pendek. Dia belum tumbuh. Dia masih bisa lebih tinggi dari ini. Dia masih bisa lebih cantik. Dia selalu cantik untukku. Tapi untuk orang-orang itu?
Dia menarik tasnya ke bahunya, kemudian berjalan menjauhiku. Matanya menutup. Dia tidak ingin melihatku.
Kukejar dia. Kugenggam lagi tangannya.
Dengar, bisikku. Apapun yang terjadi, ini bukan karena aku membencimu. Ini hanya bisnis. Tolong jangan membenciku.
Dia tertawa.
Aku mengerti, katanya. Aku sangat mengerti.
Dia pergi, sedikit berlari. Mengacung-acungkan tangannya. Aku menarik napas dan membiarkan diriku dikuasai angin pagi. Sepi.
Blog untuk memajang hasil karya partisipan #WritingSession yang diadakan setiap jam 9 malam di @writingsession. Karena tidak ada yang bisa menghentikan kita untuk berkarya, bahkan waktu dan tempat.
Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!
Tampilkan postingan dengan label bisnis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bisnis. Tampilkan semua postingan
Senin, 02 Mei 2011
Langganan:
Postingan (Atom)