Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!
Tampilkan postingan dengan label Ulang tahun. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ulang tahun. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 Agustus 2011

Pencuri Hari Ulang Tahun



Oleh: @dhanarun

Aku bisa mendengar bagaimana jam itu berdetak tanpa suara. Detik demi detik berlalu meninggalkan semua yang telah berlalu menjadi masa lalu. Ini masih jam 10 malam di hari rabu. Masih tersisa sekitar dua jam lagi menuju hari ulang tahunku besok. Tapi aku merasa ulang tahunku sudah berlalu kemaren lusa dan itu adalah hari ulang tahun paling menyedihkan yang pernah aku alami.
Well, seperti yang ku jelaskan diatas, ulang tahunku sebenarnya hari kamis besok. Lalu siapa yang berulang tahun di hari senin kemaren? Oh itu ulang tahunnya Dira, teman sekelasku sekaligus . . hm, pacarku. Ulang tahunnya tepat sekali dengan dimulainya ujian semester untuk para mahasiswa tingkat dua.
 
“Kamu mau apa buat ulang tahun?” itu pertanyaan yang ku lemparkan pada hari senin yang lalu-lalu.
“Nothing” tanpa diam sejenak atau menerawang memikirkan suatu benda, dia langsung menjawabnya dengan singkat.
“Seriusan?” aku bertanya lagi dengan penuh harap. Aku ingin jadi seorang pacar yang sempurna yang membuat ulang tahun dia terasa sesempurna mungkin.
“Emang kalo aku minta Ferrari, kamu mau ngasih?” disaat yang cukup serius seperti ini, dia malah bercanda
“Um, ng-ngg-nggak juga sih . .” aku menjawabnya ragu. Apa betul dia mau benda itu? Dia bukan tipe cowok yang suka barang mewah.
“ Nah kan, nggak usah ngasih kado segala. Nggak kan ada yang inget koq sama ultah aku”
“Aku inget koq” jawabku cepat “Dari sebelum kita jadian, aku udah nyari tau ultah kamu di Facebook dan nggak nyangka Cuma beda beberapa hari gitu sama ultah aku”
“ Oh ya?” aku mengangguk dengan semangat “ Kalo gitu kamu mau apa buat ultah nanti?”
“ Kalo aku ngomong aku mau Eiffel tower, emang kamu mau ngasih?” aku menantangnya balik.
“ Hmm, mau lah”
That’s it! Itu yang bikin aku jatuh cinta sama dia. Dia begitu pintar bikin mood aku seneng. Rada gombal sih, tapi tak apalah.
 
Tengah malam tinggal setengah jam lagi. Aku tak mau berharap tapi tetap saja mataku tertuju pada hpku di ujung meja sana. Apa dia masih sudi buat nelpon aku, jadi orang pertama yang ngucapin ulang tahun buat aku sementara aku sendiri bukan orang pertama yang ngucapin ke dia? Aku merasa tak pantas mendapatkan telepon itu tapi hati ini terkait oleh pengharapan yang sangat besar.
Dia nggak mungkin rela bergadang demi aku ditengah rasa kesalnya sama aku. Betapa kesalnya dia sampai dikelaspun dia tak menegur aku. Raut mukanya yang dingin dan datar jadi pemandanganku dari pagi hingga sore.
“Kamu ngasih apa buat Dira?” Tanya teman disebelah
“ Hmm . .” sebenarnya aku sudah menyiapkan sebuah kado. Bukan Ferrari seperti yang dia minta. Hanya sepotong polo shirt hitam. Karena aku suka saat dia mengenakan warna hitam, terlihat lebih . . ganteng dan aku ingin menghentikan ocehan Puri, the queen bee yang mengomentari kemeja biru dia yang bisa eksis tiga hari dalam seminggu.
Aku ingin yang terbaik buat dia, tapi aku nggak mau ngelukain ego dia juga. Akhirnya polo shirt itu tersimpan di dasar lemariku sampai sekarang. Melihatnya begitu menyakitkan.
“Dia nggak mau dikasih kado katanya” jawabku sambil mencoba tersenyum.
“ Oooh . .” Autum mengangguk “ Tapi kamu nelpon dia pas jam 12 teng, kan?”
Perutku sakit bukan main mendengar hal itu. Sebagai orang yang sudah tau ulang tahunya dari dua semester yang lalu, aku malah ketiduran disaat seharusnya nelpon dia dan jadi orang pertama yang ngucapin. Padahal alarm sudah dipasang tapi ketika aku bangun, yang kulihat adalah jam tiga pagi.
Aku berusaha mengetik sms dengan susah payah. Tak disangka dia membalasnya dengan cepat. Saat kutanya ‘koq bisa blsnya cepet? Gak tidur kah?’ dia menjawab ‘Nggak, tadi abis ada yg nelpon’.
Aku pengen mati rasanya.
Dan hari senin itu adalah hari terpanjang yang pernah aku alami.
 
Bentar. Jam berapa ini? Aku malah ketiduran saking sedihnya mengingat hari senin itu. Udah jam satu pagi sekarang. Dengan kepala yang masih berputar-putar, aku bangun dan meraih hp di meja belajarku. Ada 10 pesan baru yang masuk. Pertama dari teman baikku di SMP lalu yang kedua adalah . . Dira!
‘Selamat ulang tahun, Alana . .
Maaf aku nggak bisa nemenin kamu hari ini.
Ada acara keluarga dan aku harus balik ke rumah’
Sedih tapi aku merasa pantas mendapatkan semua itu. Aku terlalu egois ingin mendapatkan semua yang sempurna di hari ulang tahunku ini. Terlalu egois tanpa menyadari ada orang lain yang juga berulang tahun di luar sana.
Aku terlalu sedih untuk membaca sms lainnya. Ku baringkan badanku lagi dan terlelap dengan segera.
 
Jam tujuh pagi di hari kamis, hari ulang tahunku. Mama mengetuk kamarku dan berteriak kalo ada seseorang didepan sana yang mencariku. Dia bilang itu Dira.
“ Bohong!” aku terteriak dengan suara yang masih serak. Mama aku terlalu sibuk untuk mendengar teriakanku.
Ku paksakan bangun dan turun ke bawah, berjalan dengan lemas menuju ruang tamu. Dan benar saja, sudah ada cowok yang sibuk menyalakan dua buah lilin diatas kue black forest.
“ Dira?” Dira terlihat sama kagetnya dengan aku “ Tapi kan kamu, kamu harusnya . . kenapa . . disini dan itu kue . . “
Dia bangkit dan tersenyum. Senyumnya begitu tulus sehingga aku merasa makin bersalah dengan apa yang aku lakukan padanya. Aku masih tak mau percaya dengan apa yang ada dihadapanku sekarang “ Aku udah nyuri hari ulang tahun kamu, aku udah ancurin sampe . .”
“ Itu ulang tahun aku. Sedangkan ini hari ulang tahun kamu. Aku mau yang sesempurna dan sebaik mungkin buat kamu”
“  Tapi kan . . .”
“ Udah, lupain aja hari senin itu” dia mengibaskan tangannya seakan itu hanya masalah kecil “ Selamat ulang tahun, Alana . .”
Aku, Alana,  telah mendapatkan pelajaran yang begitu berharga dari seseorang yang begitu hebat. Tak perlu bersikap buruk untuk membalas perbuatan buruk seseorang. Rasanya hati ini tak hentinya bersyukur mempunyai Dira sebagai pacar.

REVERSE

Oleh: Farida S


Kurasakan jari-jari menyentuh kulitku yang terekspos ke udara. Mengembalikanku ke dunia nyata. Aku terhenyak. Membuka mata.

"Ada apa?" ujarku, pelan. Tersenyum padanya.

Gadis kecil itu, dengan gaun tidur putihnya, mendekatkan wajahnya ke wajahku. "Malam ini ulangtahun Ayah," katanya.

Ah, ya. Ah, ya, tentu saja.

Aku menatap tanganku. Semakin parah. Kerut-kerut itu telah menghilang, digantikan oleh kulit yang kencang dan liat. Kutatap cermin di sebelah lemari baju, di seberang tempat tidurku. Kutatap wajahku yang semakin tegas, dengan kulit yang tidak tertarik gravitasi.

"Selamat ulangtahun, Yah, semoga waktu untuk terlahir kembali masih jauh dan aku masih bisa bersama Ayah."

Umurku berkurang satu lagi.

Inspired by: Curious Case of Benjamin Button by F. Scott Fitzgerald

Dua Puluh Tiga




Oleh @leanita88
www.oranje8twilight.wordpress.com




Dua puluh tiga adalah panjangnya waktu yang berlalu. Tentang
perjalanan untuk mencari, mengerti dan kemudian memahami. Dan menulisi
setiap lembar-lembar putih dengan cerita-cerita hidup, juga cerita
hati.

Dua puluh tiga adalah beberapa do'a kecil yang terucap seusai dentang
dua belas kali pada pergantian antara tanggal dua puluh empat dan dua
puluh lima. Do'a untuk satu kehidupan di masa mendatang dan sebuah
perjalanan biru yang tak pernah terbayang.

Dua puluh tiga adalah segelintir penyesalan karena seringnya
menyia-nyiakan waktu. Kesempatan yang terbuang tanpa pernah terbersit
rasa ingin untuk mencoba. Juga sebuah pekerjaan yang tidak kunjung
selesai karena sibuk menunda-nunda.

Dua puluh tiga adalah serangkaian masa depan. Rangkaian gerbong kereta
yang datang dan pergi. Musik-musik gothic, symphonic-metal dan country
yang menemani hingga penghujung subuh. Menunggu pagi yang akan
mengantarkan sebuah kebebasan penuh.

Dua puluh tiga adalah menyadari bahwa ada banyak hal kecil yang bisa
membuatku bahagia. Duduk berlama-lama di hadapan laptop yang menyala,
menatap senja, sepotong brownies dan roti keju, jus leci, secangkir
kopi, mendengarkan musik, membaca buku sastra klasik, rekahan bunga
anggrek, ice cream rasa vanilla, bintang, pagi, sepakbola, Rafael
Nadal, fotografi, memutar DVD pada Sabtu serta... Terlalu banyak
rupanya.

Dua puluh tiga adalah berhenti berharap tentang sebuah perayaan ulang
tahun bersama. Berhenti menunggu sebuah ucapan dari seseorang yang
tidak mungkin lagi kembali.

Dua puluh tiga adalah merajut kembali lembaran mimpi yang belum
terkoyak. Masih sama utuh seperti kali pertama ia bermain dalam pikir.
Museum van Gogh, Dam Square, Amsterdam Arena, Keukenhof Garden,
Volendam juga Oudegracht.

Dua puluh tiga adalah mencoba mengerti, setiap perjalanan yang telah
dan akan dijalani akan selalu memberi arti. Tidak peduli sepahit apa
yang dikecap dan tidak peduli seperih apa, mencoba berhenti menghapus
beberapa kenangan. Menjadikannya sebagai sebuah pembelajaran untuk
satu kehidupan baru di depan.

Dua puluh tiga adalah mengumpulkan sedikit keberanian untuk mengatakan
'tidak'. Memilih menjadi diri sendiri dan megikuti kata hati daripada
sibuk memenuhi ekspektasi orang lain.

Dua puluh tiga adalah kembali mengingat hari-hari tertentu di mana
hal-hal kecil yang terdengar bisa membuatku begitu bahagia, kemudian
menyadari bahwa dengan begini--hanya dengan menjadi diri sendiri
pun--aku sudah merasa dicintai.


Jember, 25 Juli 2011

SELAMAT ULANG TAHUN!


 Oleh Weny Ismunandar


“Jangaaannnn….jangaaann ….letakan! Letakan sekarang juga!”
“Aku mohon jangaaannn , jangaaannn!”
“Buang ! buang jauh – jauh benda itu , singkirkan! Singkirkan!”
“Hati-hati! Ya, begitu , begitu seharusnya, pelan-pelan sayang, pelan-pelan!”
“Tidak!Tidaak! Aku mohon, Tidak! Lempar! Lempaaar benda itu! Lempar dengan segenap tenagamu!”
“Jangan!  Jangan kau genggam lagi , jangan! Jangan kau ambil lagi”
“Oohh Tuhan! Tidak Tuhan, aku mohon tidak sekarang.Jangan saat ini Tuhan, aku mohon”
“Aaarrgghh!  Dengarkan aku sayang, tidak! Jangan!”
“Apa yang kau lakukan ditempat ini? Jangan berbuat bodoh!”
 “Tuhanku, aku tahu aku tidak pantas meminta, tapi aku menghiba kepadamu”

“Apalagi kali ini? Sembah aku dikaki-Mu, tidak pada dia, aku mohon”

“Sungguh, mundurlah, mundur lah sekarang juga!”

 “Iya betul begitu, baringkan saja badanmu,baringkan. Pejamkan matamu.
  Biar, biarkan airmatamu mengalir, tidak apa-apa biarkanlah, biarkan!
  Keluarkan resahmu! Bebaskan pikiranmu, lepas!
  Benar sayang, betul begitu, itu yang sering kau lakukan.
  Hirup dalam-dalam aroma tubuhmu dalam bantal itu”

“K – A – N – G – E – N  , kangen siapa ?”

“B – U – N – D – A , kau kangen diriku??”

“Aku merasakannya juga.
 Jangan hapus airmatamu, biarkan bulirnya mengalir.
 Jangan  kau seka peluhmu , biar ku tau denyutmu.
 Ya begitu, pejamkan matamu, tak apa sejenak ragamu melayang
 Masuki ruang mimpimu”


 Tak pelak ingin selalu ku dekap erat tubuhmu,
  Merasakan ritma alunan jantungmu
  Biarkan tangismu membasahi dadaku
  Seperti dulu
  Saat ku masih bisa menggenggam erat tanganmu.
  Anakku,
  Nyalakanlah lilinmu, biarkan pijarannya selalu menerangi relung hatimu
  Terimakasihku untuk bunga doamu yang membuatku hidup
  Kuhantarkan keyakinanku padamu
  SELAMAT ULANG TAHUN, ANAKKU SAYANG!

  Aku disini, selalu.
  Disini bersamamu, melihatmu, tumbuh, dari tempatku                                                                                                                                                               
---bunda----

Satu Tahun

Oleh @GabbyLaupa

Dadamu bergerak teratur. Naik turun mengeluarkan dan menghembuskan oksigen untuk tubuh mungilmu. Seperti sesosok malaikat kecil yang baru saja turun dari surga. Cerah dan damai. Selalu kutemukan kedamaian ketika melihat dirimu. Pencerahan muncul ketika berinteraksi denganmu.

Kepalan tanganmu memecah keheningan udara. Menguarkan emosi yang tak bisa kau katakan. Menyentak lamunanku tentang hidup indah yang akan kuberikan. Lima jemari kecil meremas udara. Mencari sesuatu yang solid, namun kau hanya mendapatkan kehampaan.

Ketika kehampaan mengisi sela jemarimu, kelopak matamu dengan lembut membuka. Sepasang manik indah muncul dari balik kelopak, menghiasi wajakmu. Wajah tanpa dosa. Kau menggerakkan tanganmu yang lain, mengusap mata. Bersamaan dengan itu, bibirmu bergerak. Desahan pelan terdengar di telinga. Bagaikan sapaan selamat pagi kepada dunia yang akan bersahabat denganmu nantinya.

Satu tahun bertambah sejak pertama kali aku melihatmu. Satu tahun yang menyenangkan. Satu tahun yang menenangkan. Satu tahun yang tak pernah membosankan untuk diriku dan dirimu. Satu tahun yang penuh tantangan. Satu tahun yang penuh rintangan. Satu tahun adalah sebuah awal untuk diriku dan dirimu memulai segalanya. Untuk tahun-tahun yang akan datang dan selamanya.


Happy 1st anniversary dear Writing Session. 

Party At Pub



Oleh: Yulsi Rahmawati / @yulsi_youllsee

Umur menginjak kepala dua begini, rasanya ingin sedikit rebel. Coba
kalau pesta ulang tahunku nanti di pub. Ya, di pub. Kayaknya asik.
Apalagi setelah melihat video dokumentasi ulang tahun Vina beberapa
bulan lalu di sebuah pub yang terletak di pinggiran kota. Mengundang
beberapa teman kuliah lalu mengadakan pesta kecil-kecilan di sana
sambil menonton gig. Hmmm… rasanya menyenangkan. Soal minuman,
setahuku cocktail ada yang jenisnya tanpa alkohol bukan? Ya, boleh
minum itu, kan tidak ada alkoholnya. Bisa kena marah orang rumah kalau
ketahuan minum yang ada alkoholnya. Eh, lagipula aku juga tidak ingin
minum yang mengandung alkohol. Pestanya nanti dimulai sekitar pukul
sebelas malam. Yup, di atas pukul sepuluh. Umur dua puluh tahunan
begini pasti dibolehkan Ibu buat keluar rumah jam segitu. Lalu pulang
dari pub sekitar pukul dua belas tengah malam atau pukul satu pagi.

Sensasinya. Ingin sekali merasakan sensasinya. Nonton gig sambil
ngobrol-ngobrol santai dengan teman hingga dini hari. Kayak apa ya?

Drrrttt… drrttt…
Ponsel yang ada di saku celana bergetar, memecahkan lamunanku yang
tengah menunggu dosen datang ke kelas untuk kuliah sore itu.

“Halo…” sapaku pelan, Ibu yang menelepon.

“Halo. Fitri. Nanti kamu pulang kuliah jam berapa, Nak?”

“Di kampus sampai jam tujuh malam mungkin Bu. Oh ya, nanti boleh Fitri
ngomong sesuatu sama Ibu…” belum sempat kalimat itu dilanjutkan.

“Kamu nanti langsung ke rumah kakek ya. Tadi sudah ibu buatkan
tumpeng, yah pesta kecil-kecilan sama keluarga buat ulang tahun kamu.
Jangan makan di luar.”

“Ha?”

“Oya. Tadi Ibu sempat ngobrol sama Ibu Roeslan, tetangganya Vina
--temen kamu. Katanya baru ngadain pesta ulang tahun di apa itu
namanya? Ibu lupa. Kamu jangan ikut-ikutan ya kalau ada temenmu yang
ngajakin. Ayah pasti nggak suka, takut kamunya kenapa-napa. Lebih baik
dirayain sama keluarga aja."

Cancel it!



Oleh @JennyThaliaF

Bagaimana perasaanmu, jika tiba-tiba proses kematian--yang telah kamu tunggu-tunggu--dibatalkan secara tidak sopan?

Sungguh, itu menambah rasa muakku kepada "waktu" yang mengizinkan hal konyol itu terjadi.

"Surprise! Happy birthday, Reyna!" seru sekelompok orang yang kukenali sebagai keluarga dan ketiga sahabatku yang kini berdiri di depan pintu kamarku.
Namun euforia itu tidak bertahan lama.
"Ya ampun, Rey!! Sadar, Rey! Theo, siapkan mobil, kita ke rumah sakit sekarang," seru Mama pada sahabatku. Theo langsung bergegas keluar. Aku melenguh, kesal.
"Mama apa-apaan sih? Ganggu aku aja deh."
Sial, suaraku yang lemah malah membuat aku makin kalah di depan mereka!
Lalu sekumpulan orang itu membuat suara berdengung, pandanganku mengabur, dan aku mengira bahwa ini lah saatnya.
Ciao!
***
"Reyna...
"
Aku menoleh ke berbagai arah. Ini... dimana ya? Apa ini di surga?
Aku tersenyum saat memikirkan hal itu.
"Ulang tahun itu adalah hal yang spesial bukan?" tanya suara itu lagi.
Aku kini mendapatinya sedang memelukku dari belakang, begitu hangat, dan... aku tak ingin lepas dari pelukannya. "Iya," jawabku dengan suara serak. "Tapi nggak spesial kalo nggak ada kamu. Setiap tahun, kita selalu ngerayain bareng kan? Hari ini ulang tahunku, hari ini ulang tahunmu juga."
Lingga melepas pelukannya lalu menghadapkan tubuhku hingga kami berhadapan. Wajahnya tetap sama, damai dan menenangkan. Rambutnya tetap sama, agak jabrik dan kini sedikit melambai tertiup angin. Matanya tetap sama, selalu menatap dalam, tajam, dan seksi. Tangannya tetap sama, kekar dan kokoh melindungiku.
Perasaan ini tetap sama, hanya ada Lingga. Lingga yang sejak dulu selalu merayakan ulang tahunnya bersamaku--karena ulang tahun kami ada di hari yang sama.
Kurang bahagia apa lagi aku, jika ada Lingga yang sejak dulu menjadi setengah daripada aku?
Yang kurang hanya lah.... ia pergi seminggu sebelum ulang tahun kami.
Ulang tahun seharusnya menjadi hal yang spesial bukan? Apa lagi jika bersama orang yang kaucintai.
Ulang tahun adalah hari dimana jatah hidupmu tepat berkurang satu tahun. Hari dimana orang-orang mulai menuntut tanggung jawab serta kedewasaanmu dalam menghadapi hidup.
Ulang tahun ke enam belas adalah hari dimana aku dan Lingga benar-benar jujur tentang perasaan ini.
Ulang tahun ke tujuh belas ini adalah hari dimana aku akan bersama Lingga untuk selamanya.
"
Ulang tahun akan lebih spesial jika kamu menghargai hidup yang selama ini diberikan oleh Tuhan, Reyna," ujarnya dengan senyum--yang aku rindukan hingga aku rela waktu itu mati. Waktu itu beku. Aku rela membunuh sang Waktu agar aku tetap di sini bersama Lingga.
"Aku rindu kamu."
Aku benci Lingga melihatku menangis.
Tangannya yang selama ini melindungiku kini menghapus air mataku dengan jemarinya. "Aku juga rindu kamu. Tapi, sadarkah kamu, bahwa aku selalu ada di sampingmu?"
"Benarkah?"
"Iya. Kamu harus kembali, ada waktu dimana aku dan kamu akan benar-benar bersama."
"Kapan? Aku sudah sesak karena merindukanmu."
"Akan ada saat itu, Reyna..."
***
"Reyna."
"Om, Reyna sudah sadar."
Mataku terasa seperti diberi ganjalan, susah untuk membuka kelopak mata ini. Ruangan di sekitarku bercat putih, bau obat-obatan, dan ada  Theo, Cindy, Giselle, serta Mama dan Papa.
Air mataku mengalir. 
"Lingga..."
"Lingga udah nggak ada sayang," kata Mama sambil mengelus kepalaku dengan sayang. Sahabat-sahabatku meremas jemariku, mengingatkan aku bahwa aku masih punya mereka yang menguatkan aku dari waktu ke waktu.
"Jangan coba-coba bunuh diri lagi ya," nasihat Papa. Aku hanya melirik sekilas ke arah pergelangan tanganku yang tadi bersimbah darah dan kini sudah dibalut perban.
"Happy birthday, Lingga...," gumamku sambil tersenyum kecil. 
Entah itu ilusi atau bukan, aku melihat Lingga juga tersenyum ke arahku. Kalau ini ilusi, aku ingin menyimpannya sendiri.
"Happy birthday, Reyna."
***

Rabu, 3 Agustus 2011
7:09 A.M
Happy birthday for WS!! Jangan menyerah dan selalu ada untuk penulis ya!! We love youuuu *smooch*

Kejutan di Hari Spesial


Oleh Rahmi Afzhi Wefielananda (@Afzhi_)

Aku masih menunggu. Menunggu datangnya hari Selasa besok. Tepatnya
lima hari lagi. Hari dimana umurku semakin berkurang dan juga hari
pengumuman hasil lomba cerpen di majalah ABCD. Aku tidak sabar
menunggu hari itu. Aku berharap semoga Tuhan mengabulkan permintaanku
selama ini. Aku ingin menjadi pemenang di perlombaan cerpen itu. Aku
tidak memikirkan hadiahnya. Tetapi, prestasinya. Suatu kebanggaan
bagiku untuk melihat namaku dan cerpenku terpajang indah di majalah
ABCD, salah satu majalah terlaris di kotaku.
“Celsy, bangun! Sudah pagi. Katanya hari ini mau pergi sama Gagaga ke
toko buku? Majalah yang kamu incar terbit hari ini bukan?” Ibu
bersorak dari luar kamarku. Beliau tidak bisa masuk ke dalam. Pintu
kamarku, selalu kukunci dari dalam.
“Apa? Toko buku? Baik bu. Aku segera laksanakan perintah.” Aku merasa
selalu senang jika sudah datang hari ke toko buku. Bukan hanya untuk
membeli majalah ABCD, aku juga punya satu majalah langganan lagi,
majalah Ceritaku. Juga memuat tentang cerpen-cerpen yang selalu
kuharap ada cerpen hasil karyaku dimuat di sana. Selain itu,
akhir-akhir ini ada satu lagi alasan yang membuatku ingin ke toko
buku. Farid. Dia adalah keponakan pemilik toko, yang sedang libur
sekolah. Aku tidak pernah menyangka kalau wajah pemilik toko yang
biasa itu, memiliki keponakan yang wajahnya bisa membuatku
berbunga-bunga jika melihatnya. Mukanya bulat, matanya sipit,
hidungnya nggak terlalu pesek, rambutnya pendek, dan cara berbicaranya
yang bersahabat. Kalau sudah ngomong sama dia, terasa sudah kenal
bertahun-tahun deh. Duh, aku jadi teringat saat-saat pertama kali
melihat wajahnya.
***
“Om Winu mana ya? Kok nggak ada? Aku mau bayar nih,” omelku pada orang
baru itu. Tampaknya seumuran denganku. Makanya aku bisa berlaku santai
kepadanya.
“Kalo mau bayar, sama gue juga bisa kok. Lo kira gue nggak bisa
ngitung apa?” Jawabnya dengan nada menyindir sambil tersenyum usil.
“Emang lo siapa? Kenal juga enggak. Pegawainya Om Winu nggak ada yang
wajahnya mirip lo tuh.”
“Lo kalo ngomong asal banget ya. Masa udah ngira gue nggak bisa
ngitung, sekarang lo bilang wajah gue mirip pegawai toko. Ketuaan
banget tau. Umur gue masih 16 tahun. Gue keponakannya Om Winu.”
“Oh, maaf. Bilang dong. Gue kira lo tukang hipnotis yang kaya di
teve-teve. Makanya gue nggak terlalu ngeh sama lo.”
“Ok deh. Ini yang pertama dan yang terakhirnya lo cari masalah sama
gue. Sini bukunya. Gue itung semuanya,” aku langsung menyodorkan dua
majalahku kepada orang yang berdiri di depanku ini.
“Tiga puluh lima ribu,” ujarnya setelah menghitung belanjaanku di
kalkulator di sampingnya. “Oh ya, besok-besok kalau belanja di sini,
ingat gue ya. Nama gue Farid. Jangan di kira tukang hipnotis lagi,”
lanjutnya.
“Ya. Nih uangnya,” ujarku sambil menyodorkan sejumlah uang yang
dimintanya lalu beranjak keluar toko dengan sedikit kesal. Masa ada
sih cowo sebawel itu?
Malamnya, aku teringat dengan Farid. Aku tidak tahu mengapa. Aku ingat
dengan semua kejadian tadi siang. Dan entah mengapa pula, rasanya aku
ingin kembali ke toko buku itu lagi besoknya. Membeli majalah atau
sekedar lihat-lihat aja. Yang penting, bisa ketemu sama Farid lagi.
***
Aku baru selesai sarapan pagi dengan keluargaku. Tak berapa lama
kemudian, suara ketokan pintu dan ucapan salam dari beberapa anak
perempuan yang tergabung dalam Gadis-gadis bahagia atau Gagaga
terdengar di telingaku. “Itu mereka. Mereka sudah datang. Aku pergi
dulu ya Yah, Bu,” aku segera menciumi tangan kedua orang tuaku dan
berlari keluar pintu rumah.
“Jadi pergi ke toko buku juga nih?” Vani membuka pembicaraan pagi itu.
“Iya dong. Aku mau kenalin kalian ke orang itu,” jawabku mantap.
“Emang kamu udah ketemu berapa kali sih sama dia?” Giliran Poppy yang
mengajukan pertanyaan.
“Baru tiga kali. Tapi rasanya kita udah deket banget. Udah tau satu
sama lain aja rasanya.” “
Jadi, dia udah nembak elo?” Kinta yang selalu antusias jika seseorang
baru jadian bertanya berapi-api.
“Belum kok. Siapa bilang? Yuk ah. Cepetan.”
Setibanya di tempat tujuan, aku langsung menyapa Farid.
Memperkenalkannya kepada teman-temanku. Farid tampaknya tidak sungkan.
Malah sekilas tampak seperti orang yang sudah kenal lama dengan
teman-temanku. Lama kami bercerita-cerita setelah aku membeli majalah
yang kukatakan tadi. Menyenangkan. Jarang ada waktu buat ngobrol
santai bareng Farid kaya gini.
“Eh Cel, coba buka deh majalah itu. Siapa tahu, ada cerpen lo yang
mejeng di sana,” Farid seperti tahu apa yang kuinginkan. Krek, krek.
Kubuka plastik pembungkusnya. Kutelusuri halamannya satu persatu.
Namun, hasilnya nihil. “Nggak papa. Nggak usah dipikirin amat, Cel.
Mungkin majalah yang satu lagi, bakalan jadiin lo juara minggu depan,”
teman-temanku kaget melihat pengetahuan Farid tentangku. Mereka saja
tidak tahu tentang hal ini. “Ajaib, Cel. Si Farid kayanya udah tahu
semua seluk beluk hidup lo ya. Hehehehe,” ejek Poppy.
***
Lima hari berikutnya. Aku datang lagi ke toko itu. Di hari ulang
tahunku. Berharap akan mendapati cerpenku bisa membahagiakanku hari
ini. Kapan lagi aku akan menjadi pemenang lomba cerpen kan? Aku
melangkah memasuki toko. Mencari majalah ABCD. Dan… itu dia. Aku
dapat. Langsung aku menuju tempat pembayaran. Lagi-lagi ada Farid di
sana. “Ayo! Buka sekarang,” Farid berkata berapi-api. Seperti dia yang
ikut perlombaa itu. Satu...dua...tiga... aku buka perlahan-lahan
majalah itu. Dan ternyata hasilnya... yes! Aku juara 3. “Aku menang,
Rid. Aku berhasil,” ujarku kegirangan.
“Hah? Beneran? Kalau gitu selamat ya. Terus selamat ulang tahun juga.
Nih buat kamu. Hadiah karena keberhasilanmu dan ulang tahunmu. Hmmm,
BTW kamu mau nggak jadi pacar aku?” Farid memberikan sebatang cokelat
dengan pertanyaan yang membuatku ternganga. Aku diam. Tak berkata satu
patah pun.
“Ok, kalau kamu nerima aku, kamu terima cokelat ini. Kalau nggak,
jangan terima cokelatnya.” Ragu pastinya. Namun, beberapa saat
kemudian, aku mengambil cokelat itu dari tangan Farid. Nampaknya Farid
gembira. Aku pun juga begitu. Di hari ulang tahunk, aku mendapat dua
kado spesial. Terima kasih Tuhan■

1st



Oleh: Melissa Olivia (@moliviatjia)



Sang raja siang baru saja memunculkan secercah sinarnya di antara gumpalan kapas, dengan lanskap biru sebagai latarmya

Kubuka sebelah mataku, mengintip sebentuk wajah malaikat yang berbaring lelap tak jauh dari sisiku

Begitu tenteram, begitu damai
Begitu anggun, begitu suci
Itulah dirimu duhai malaikat kecilku
Kehadiranmu menimbulkan letupan magma kebahagiaan tak terkira dari dalam dadaku

Hari ini, tepat setahun yang lalu
Aku masih ingat bagaimana gejolak rasa menantikan kehadiranmu di dunia
Tak sabar kumenanti dirimu mendobrak lapisan yang membatasi raga kita
Dengan degup jantung dan sengalan napas, akhirnya kau mampu mendobrak lapisan itu sayangku

Kau hadir ke dalam rengkuhanku
Kau yang begitu mungil, dengan matamu mengerjap-ngerjap berusaha mengenali dunia barumu

Hari demi hari kulalui bersamamu, tanpa terasa, kini genap sudah setahun usiamu
"Selamat Ulang Tahun, bidadariku," bisikku lembut, tak ingin merusak mimpi indahmu

Aku yakin, kau mempunyai misimu sendiri
Kau menyusup masuk ke dalam ragaku
Siap membawaku ke dalam semestamu dan menikmati semesta baruku
Aku sangat siap manis, amat sangat siap menuntunmu menggenapi misimu
Tak ada kebahagiaan yang lebih indah daripada itu

*My little gift for WS 1st anniversary. Tetap eksis dan sukses selalu, serta mampu menggenapi misi kelahirannya :)*

Happy Birthday To You!


Oleh Rheza Aditya

Open your eyes, it's time to rise
Greet the brand new day, a sigh and a content laugh;

Open the dusty curtains,
Let the sunrise lift the shade of the night, just to tell you:

Happy Birthday to you
Wish all the best for you
your family and friends, too

Happy Birthday to you
It's a new start for you
your family and friends, too

It's no use to sigh, even if the time is nigh
today will take you, and lead you
to another day, when your dreams will come true

Happy Birthday to you
from your friends just for you,
your family and pets, too ^^

Happy Birthday to you
it's a new start for you
your families and friends, too

Happy Birthday to you
Wish all the best for you
your family and friends, too

Happy Birthday Writing Session!
Wish all the best for you
your administrators and followers, too!