Oleh: Jason Abd
www.20helpingsblogspot.com
From: http://en.wikipedia.org/wiki/Sant_Antoni_%28Barcelona_Metro%29
Barcelona, 3 Agustus 2010
Hari ini aku ulang tahun. Umurku sudah bertambah setahun lagi. Aku bukan teenager lagi teryata dan itu membuatku agak kesal. Entah kenapa waktu begitu cepat berlalu padahal ada yang belum sempat kulakukan. Sebuah janji, sebuah target. Aku gagal memenuhinya.
Saat aku melewati palang setelah membeli tiket kereta, aku hampir menabrak seseorang yang sedang mendorong kursi roda. Dia memakiku, tapi ditenangkan oleh nenek yang duduk di atas kursi roda itu.
"Paso tu mente, estúpido!" katasi rpia yang mendorong kursi roda padaku agar aku lain kali melihat ke depan kalau berjalan.
"Calmarse, Robb," sahut si nenek menenangkan putranya.
"Lo siento...," kataku meminta maaf.
Tahu apa yang aku rasakan? Aku merasa bodoh dan pantas dimarahi. Aku memang melamun sepanjang jalan dan kali pertama menabrak seseorang aku hampir membahayakan nyawa. Petugas stasiun mendekati kami dan mencoba menenangkan pria yang kasar itu.
Kemudian, selagi menunggu kereta yang akan tiba lima belas menit lagi, aku duduk di salah satu kursi tunggu. Kupandangi orang-orang lalu lalang di stasiun ini, stasiun Sant Antoni yang terletak di distrik Sants-Montjuic, di bawah Ronda de Sant Antoni. Lingkungannya bersih dan agak terkesan futuristik karena warna perak mendominasi. Oh ya, aku hanya ingin memberitahu bahwa stasiun ini menginspirasi Wachowski bersaudara sebagai tempat syuting Keanu Reeves di film Matrix Revolutions. Stasiun dalam film ini adalah program yang dibuat untuk program transfer dari dunia nyata ke dalam Matrix.
Aku sebenarnya tak mengerti mengapa aku ada di sini. Di hari ulangtahunku sendiri. Seharusnya aku kembali ke rumah dan mendapatkan surprise dari orangtua angkatku. Mereka dan beberapa temanku sesama mahasiswa Universidad de Barcelona telah menyiapkan pesta kejutan yang sayangnya sudah bocor ke telingaku gara-gara Dolce, si kecil anak pemilik rumah tempatku tinggal yang cerewet, telah mengobralkan cerita itu. Dia lugu sekali karena berfikir bahwa dirinya seorang tukang gosip sejati. Aku tahu keluarga itu bisa mengerti masalahku sekarang... tapi aku tak sanggup membiarkan semua terbuka. Aku orang Timur, sedang menghadapi masalah yang bagi orang Barat sudah sangat biasa. Aku tak bisa melibatkan mereka...
Masalah ini pula yang membuatku tidak pulang ke Indonesia musim panas ini. Aku beralasan bohong pada orangtuaku kalau aku sedang mengambil kelas tambahan agar kuliahku di departemen Psikologi cepat selesai. Faktanya, aku tak mau kembali ke rumah keluargaku dengan keadaan begini. Aku tak berani menemui orangtuaku... karena targetku tidak tercapai... aku gagal menjadi anak yang dibanggakan. Aku tak bisa lagi ada di sini.
Beasiswaku di universitas ini di cabut. Aku tak bisa lagi kuliah di negeri yang indah ini, di selatan Eropa yang hangat. Aku tak bisa lagi tetap berada di kota club sepak bola Barcelona, tak bisa ikut menonton pertandingan tim mereka dan mengagumi pemain-pemainnya yang tampan. Walaupun aku tak bisa lupa akan pesta besar setelah kemenangan Spanyol di Piala Dnia 2010. Nilai-nilaiku tak mencukupi untuk melanjutkan beasiswa.
Aku tak tahu harus kemana setelah ini, masalah tak hanya tentang sekolahku. Sama seperti aku tak tahu akan ke mana setelah keretaku tiba di Sant Antoni ini. Aku tak tahu....
Kuusap perutku yang menggembung dari balik oversized t-shirtku. Aku tak tahu harus bagaimana menghadapi dunia di masa depan. Bersama nyawa yang tumbuh perlahan di tubuhku.
Blog untuk memajang hasil karya partisipan #WritingSession yang diadakan setiap jam 9 malam di @writingsession. Karena tidak ada yang bisa menghentikan kita untuk berkarya, bahkan waktu dan tempat.
Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!
Tampilkan postingan dengan label Random Page From Wikipedia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Random Page From Wikipedia. Tampilkan semua postingan
Rabu, 08 September 2010
Rabu, 18 Agustus 2010
PLOMIENIEC
Oleh 17thstarlight
http://firglobe.wordpress.com
P-L-O-M-I-E-N-I-E-C
Bagaimana kalau diubah susunannya :
O-L-M-I-C-E-N-P-I-E
P-O-M-I-E-N-C-I-E-L
M-O-P-C-I-E-L-I-E-N
Sanza terus membolak-balik susunan puzzle 10 huruf yang tergeletak di depannya. “Apa ya maksud papa memberiku puzzle ini?” bibir gadis kecil itu mengerucut.
Kata pertama seperti nama kue yang sering dibawa mama sepulang dari kantor.
Kata kedua seperti nama tokoh drama—menurut kakaknya yang ngefans banget bintang Asia Timur.
Kata ketiga mirip nama antibiotik—menurut tetangganya yang hobi baca artikel kesehatan.
“Aduuuh” Sanza mengacak-acak rambutnya sendiri. “Aku bahkan ga bisa mengeja kata-kata ini, saat ibu guru menyuruh untuk mengeja nama belakangku.” keluh Sanza. “Kata bu guru, aneh melihat nama belakangku—yang seperti orang bule—tidak sama dengan nama belakang papaku. Lagian, papaku kan bukan bule!” gerutu Sanza.
Sanza melemparkan karton pembungkus puzzle-nya, kesal. Ada secarik kertas putih yang keluar dari karton itu. Sanza berusaha keras membacanya, walaupun perlahan.
Sanza tersayang,
Papa memilihkan nama yang bagus sekali untukmu.
Plomieniec itu nama sebuah kota yang indah, tempat kau dilahirkan.
Jangan bingung lagi ya sayang,
Papa
Catatan :
Plomieniec adalah nama sebuah desa di Gmina (distrik administrasi), Mińsk (county : semacam kabupaten), Masovian (voivodeship : semacam provinsi), Timur-Tengah Polandia; 62 km di timur kota Warsawa.
http://firglobe.wordpress.com
P-L-O-M-I-E-N-I-E-C
Bagaimana kalau diubah susunannya :
O-L-M-I-C-E-N-P-I-E
P-O-M-I-E-N-C-I-E-L
M-O-P-C-I-E-L-I-E-N
Sanza terus membolak-balik susunan puzzle 10 huruf yang tergeletak di depannya. “Apa ya maksud papa memberiku puzzle ini?” bibir gadis kecil itu mengerucut.
Kata pertama seperti nama kue yang sering dibawa mama sepulang dari kantor.
Kata kedua seperti nama tokoh drama—menurut kakaknya yang ngefans banget bintang Asia Timur.
Kata ketiga mirip nama antibiotik—menurut tetangganya yang hobi baca artikel kesehatan.
“Aduuuh” Sanza mengacak-acak rambutnya sendiri. “Aku bahkan ga bisa mengeja kata-kata ini, saat ibu guru menyuruh untuk mengeja nama belakangku.” keluh Sanza. “Kata bu guru, aneh melihat nama belakangku—yang seperti orang bule—tidak sama dengan nama belakang papaku. Lagian, papaku kan bukan bule!” gerutu Sanza.
Sanza melemparkan karton pembungkus puzzle-nya, kesal. Ada secarik kertas putih yang keluar dari karton itu. Sanza berusaha keras membacanya, walaupun perlahan.
Sanza tersayang,
Papa memilihkan nama yang bagus sekali untukmu.
Plomieniec itu nama sebuah kota yang indah, tempat kau dilahirkan.
Jangan bingung lagi ya sayang,
Papa
Catatan :
Plomieniec adalah nama sebuah desa di Gmina (distrik administrasi), Mińsk (county : semacam kabupaten), Masovian (voivodeship : semacam provinsi), Timur-Tengah Polandia; 62 km di timur kota Warsawa.
Sabtu, 07 Agustus 2010
"My Dearest Hermione"
oleh: Wicak Hidayat
http://manterakata.blogdetik.com
Sayangku. Aku terpaksa menuliskan surat ini karena aku tak tahu lagi kamu ada di mana. Dan sejujurnya, dengan siapa.
Malam-malam yang kelabu ini membuatku banyak berpikir. Dan sepertinya, memang sudah saatnya.
Kau tahu apa yang kumaksud. Kita sudah tidak mungkin bersama lagi.
Sementara aku harus tergopoh-gopoh dari satu panggung ke panggung. Kau rupanya butuh menikmati bergelas-gelas sampanye, wiski dan teman-teman yang membuatmu tertawa.
Tidak. Aku tidak menyalahkanmu, untuk sesuatu yang menjadikan dirimu seperti itu.
Sedikit banyak, itu juga yang sempat membuatku jatuh cinta padamu.
Ah, sayangku Hermione. Sepertinya memang cinta itu bukan dibuat dalam balutan gulali saja. Akhir-akhir ini aku menyadari betapa buah beri beracun pun bisa disebut sebagai cinta.
Sayangku. Kau akan menemui surat ini di meja rias pada saat kau pulang nanti --jika kau pulang nanti.
Salam sayang.
Anthony
(@writingsession 6 Agustus 2010 dengan tema: random page Wikipedia http://en.wikipedia.org/wiki/Anthony_Quayle )
http://manterakata.blogdetik.com
Sayangku. Aku terpaksa menuliskan surat ini karena aku tak tahu lagi kamu ada di mana. Dan sejujurnya, dengan siapa.
Malam-malam yang kelabu ini membuatku banyak berpikir. Dan sepertinya, memang sudah saatnya.
Kau tahu apa yang kumaksud. Kita sudah tidak mungkin bersama lagi.
Sementara aku harus tergopoh-gopoh dari satu panggung ke panggung. Kau rupanya butuh menikmati bergelas-gelas sampanye, wiski dan teman-teman yang membuatmu tertawa.
Tidak. Aku tidak menyalahkanmu, untuk sesuatu yang menjadikan dirimu seperti itu.
Sedikit banyak, itu juga yang sempat membuatku jatuh cinta padamu.
Ah, sayangku Hermione. Sepertinya memang cinta itu bukan dibuat dalam balutan gulali saja. Akhir-akhir ini aku menyadari betapa buah beri beracun pun bisa disebut sebagai cinta.
Sayangku. Kau akan menemui surat ini di meja rias pada saat kau pulang nanti --jika kau pulang nanti.
Salam sayang.
Anthony
(@writingsession 6 Agustus 2010 dengan tema: random page Wikipedia http://en.wikipedia.org/wiki/Anthony_Quayle )
"Hanover Stadtbahn"
Oleh: Rofianisa
http://blabbermouthdisease.tumblr.com/
***
http://blabbermouthdisease.tumblr.com/
Hanover, Jerman.
Aku berdiri di pinggir rel stasiun Kröpcke, menunggu Gustav yang tak kunjung datang. Siang ini kami berencana pergi ke Stuttgart, mengunjungi keluarga di sana.
Dengan pandangan kosong aku menatap panel peta jalur hanover stadtbahn yang akan melalui stasiun ini. Hanover stadtbahn merupakan salah satu sistem light rail terbaik di jenisnya.
Belum terlalu baik, pikirku. Sistem ini masih memiliki jalur buntu. Pandangan mataku terpusat ke lingkaran merah di ujung garis abu-abu, ramp Vahrenwalder Platz. Dead tunnel. Sackgasse.
Ayahku mati di ujung situ. Tertimpa tumpukan batu. Sejak kecelakaan yang menewaskan lima orang pekerja dan seorang arsitek–ayahku, jalur ini tak sekalipun disentuh.
“Was denken sie, Anna? Lagi ngelamunin apa?” Gustav datang tiba-tiba.
“Bukan apa-apa. Ayo, keretanya sudah tiba.” Aku menghapus jejak airmata di sudut mataku, memantapkan backpack di bahu.
***
Stadtbahn: sejenis kereta ringan yang lebih cepat dari tram
Sackgasse: jalan buntu
Was denken sie: apa yang sedang kamu pikirkan
Source http://en.wikipedia.org/wiki/Hanover_Stadtbahn
"BAYU DAN STROHN"
Oleh: @dewihandayani
"Strohn, Nggi," ujar Bayu pelan.
"Apa? Strohn? Dimana itu, Bay? Kok aku ga pernah denger?" Suaraku mulai meninggi. Tidak, bukan karena marah, tapi lebih karena bingung. Selama ini, Bayu yang aku kenal adalah orang yang jujur, tidak neko-neko atau aneh-aneh. 9 bulan 7 hari kami pacaran dan tak pernah Bayu menunjukkan gelagat aneh. Tiba-tiba dia bilang kepingin liburan ke tempat yang bahkan untuk dilafalkan pun aneh dan susah. Gimana aku tidak bingung?
"Strohn itu sebuah kota kecil di Jerman, Nggi. Letaknya di Daun, sebuah munisipal kolektif."
"Heh? Daun? Emang pohon?" sahutku tambah bingung.
Bayu cuma tersenyum kecil mendengar komentarku.
"Bay, " lanjutku. "Orang tuh ya kalo liburan biasanya milih tempat yang udah biasa dikunjungi orang. Sedeket2nya ya Aussie atau Singapore. Sejauh2nya ya Eropa atau Amerika."
"Oke2 aku tahu Jerman juga Eropa,"sahutku buru2 sebelum dipotong Bayu. "Tapi bukan Strohn. Ga bisa milih tempat yang lazim?" Tuntasku.
"Anggi sayang, kamu kan tahu aku juga bukan orang yang.. apa istilah kamu.. lazim? Aku engga tertarik pada hal2 yg biasanya menjadi ketertarikan orang2 pada umumnya. Bukannya itu yg bikin kamu kesengsem sama aku?" Goda Bayu sambil tersenyum simpul.
Ah, Bayu betul. Bayu tidak seperti orang kebanyakan. Hal-hal yang menarik perhatiannya justru hal-hal yang tidak akan aku dengar dari orang lain. Itu salah satu hal yg membuatku sangat menyukainya. Bersama Bayu hari-hari terasa unik, dan penuh pengalaman. Bayu banyak mengajarkan hal-hal baru, termasuk mungkin Strohn ini.
"Ok, jadi apa sih keistimewaan Strohn ini?" Tanyaku pelan sambil menghela nafas panjang. Bersiap dengan semangat yg pasti akan segera muncul dari tutur kata Bayu.
Benar saja.
"Jadi gini Nggi. Kamu tahu kan aku suka banget sama yang berhubungan dengan gunung berapi. Nah, Strohn ini sebuah kota kecil vulkanik. Bayangin aja, ada museum 'The Vulkanhaus', khusus tentang gunung berapi. Bahkan, ada semacam monumen namanya Lava Bomb. Jadi ini batu basalt besar, diameternya kira-kira 5 meter. Beratnya 120 metrik ton!! Kebayang ga kamu? Katanya batu ini terbang karena tembakan dari kawah berapi beberapa kali, trus nggelinding dan permukaannya kebalut lagi sama lava dan abu. Tahun 1969 baru ketemu lagi akibat blasting. Kira2 11 atw 12 thn kemudian baru ditarik pake dozer ke tengah kota Strohn. " Bayu bicara nyaris tanpa henti.
"Trus kamu tahu lambang kota Strohn? Ada tiga simbol: singa, gandum, dan timbangan. Singa itu simbol yang umum disana, selain memang singa masih bisa ditemukan disana. Gandum itu lambang penghidupan mereka, dari mills atw tempat penggilingan gandum. Trus timbangan itu simbol high court atau pengadilan di Strohn."
Disana juga ada tempat hiking lho. Duh, kebayang deh, pasti keren tempatnya. Belum lagi bangunan-bangunan kuno seperti gereja, Quereinhaus atau semacam ruko jaman sekarang, dan banyak lagi deh." Kata Bayu, masih dengan semangat yang sama.
"Waktu tahun 1760, Strohn pernah terbakar lho. Dan bayangin, cuma 1 rumah yang selamat, Justenhaus, milik keluarga Schmitz. Ada lagi sih yang ga kebakar, salah satu tower gereja. Dan sampe sekarang, bell tower itu masih bunyi dan dipake. Nama bell-nya Marien Glocke. Seru ya! " Bayu terlihat berapi-api. Aku tersenyum. Benar kan, aku dapat pengetahuan baru. Kalau tidak, mana mungkin aku bakal tahu kalau Marien Glocke itu nama bel gereja.
Hari ini kuhabiskan dengan berbincang dengan Bayu mengenai Strohn. Bayu bahkan menunjukkan artikel-artikel di internet, yang sayang sekali dalam bahasa Jerman sehingga tak bisa kubaca. Tapi tak apa. Aku jadi ada alasan untuk meminta dia terus bercerita. Tak ada hal yang lebih menggembirakan daripada melihat rona bahagia di wajah orang yang kita cintai sedang berbicara mengenai kesukaannya, dan tentunya mengetahui bahwa pasangannya mendengarkan dengan penuh perhatian, tanda penghargaan. :)
Author's note : this is the most I can do since I can only get info from wiki cuz other source is in Deutsche. Ga ngertiii. Hihihi... Not to mention writing it from cellphone. Exhausting !! Lol !! Enjoy my first writingsession ever published to this blog (haven't had the courage to send the previous themes' writings. :) )
"Strohn, Nggi," ujar Bayu pelan.
"Apa? Strohn? Dimana itu, Bay? Kok aku ga pernah denger?" Suaraku mulai meninggi. Tidak, bukan karena marah, tapi lebih karena bingung. Selama ini, Bayu yang aku kenal adalah orang yang jujur, tidak neko-neko atau aneh-aneh. 9 bulan 7 hari kami pacaran dan tak pernah Bayu menunjukkan gelagat aneh. Tiba-tiba dia bilang kepingin liburan ke tempat yang bahkan untuk dilafalkan pun aneh dan susah. Gimana aku tidak bingung?
"Strohn itu sebuah kota kecil di Jerman, Nggi. Letaknya di Daun, sebuah munisipal kolektif."
"Heh? Daun? Emang pohon?" sahutku tambah bingung.
Bayu cuma tersenyum kecil mendengar komentarku.
"Bay, " lanjutku. "Orang tuh ya kalo liburan biasanya milih tempat yang udah biasa dikunjungi orang. Sedeket2nya ya Aussie atau Singapore. Sejauh2nya ya Eropa atau Amerika."
"Oke2 aku tahu Jerman juga Eropa,"sahutku buru2 sebelum dipotong Bayu. "Tapi bukan Strohn. Ga bisa milih tempat yang lazim?" Tuntasku.
"Anggi sayang, kamu kan tahu aku juga bukan orang yang.. apa istilah kamu.. lazim? Aku engga tertarik pada hal2 yg biasanya menjadi ketertarikan orang2 pada umumnya. Bukannya itu yg bikin kamu kesengsem sama aku?" Goda Bayu sambil tersenyum simpul.
Ah, Bayu betul. Bayu tidak seperti orang kebanyakan. Hal-hal yang menarik perhatiannya justru hal-hal yang tidak akan aku dengar dari orang lain. Itu salah satu hal yg membuatku sangat menyukainya. Bersama Bayu hari-hari terasa unik, dan penuh pengalaman. Bayu banyak mengajarkan hal-hal baru, termasuk mungkin Strohn ini.
"Ok, jadi apa sih keistimewaan Strohn ini?" Tanyaku pelan sambil menghela nafas panjang. Bersiap dengan semangat yg pasti akan segera muncul dari tutur kata Bayu.
Benar saja.
"Jadi gini Nggi. Kamu tahu kan aku suka banget sama yang berhubungan dengan gunung berapi. Nah, Strohn ini sebuah kota kecil vulkanik. Bayangin aja, ada museum 'The Vulkanhaus', khusus tentang gunung berapi. Bahkan, ada semacam monumen namanya Lava Bomb. Jadi ini batu basalt besar, diameternya kira-kira 5 meter. Beratnya 120 metrik ton!! Kebayang ga kamu? Katanya batu ini terbang karena tembakan dari kawah berapi beberapa kali, trus nggelinding dan permukaannya kebalut lagi sama lava dan abu. Tahun 1969 baru ketemu lagi akibat blasting. Kira2 11 atw 12 thn kemudian baru ditarik pake dozer ke tengah kota Strohn. " Bayu bicara nyaris tanpa henti.
"Trus kamu tahu lambang kota Strohn? Ada tiga simbol: singa, gandum, dan timbangan. Singa itu simbol yang umum disana, selain memang singa masih bisa ditemukan disana. Gandum itu lambang penghidupan mereka, dari mills atw tempat penggilingan gandum. Trus timbangan itu simbol high court atau pengadilan di Strohn."
Disana juga ada tempat hiking lho. Duh, kebayang deh, pasti keren tempatnya. Belum lagi bangunan-bangunan kuno seperti gereja, Quereinhaus atau semacam ruko jaman sekarang, dan banyak lagi deh." Kata Bayu, masih dengan semangat yang sama.
"Waktu tahun 1760, Strohn pernah terbakar lho. Dan bayangin, cuma 1 rumah yang selamat, Justenhaus, milik keluarga Schmitz. Ada lagi sih yang ga kebakar, salah satu tower gereja. Dan sampe sekarang, bell tower itu masih bunyi dan dipake. Nama bell-nya Marien Glocke. Seru ya! " Bayu terlihat berapi-api. Aku tersenyum. Benar kan, aku dapat pengetahuan baru. Kalau tidak, mana mungkin aku bakal tahu kalau Marien Glocke itu nama bel gereja.
Hari ini kuhabiskan dengan berbincang dengan Bayu mengenai Strohn. Bayu bahkan menunjukkan artikel-artikel di internet, yang sayang sekali dalam bahasa Jerman sehingga tak bisa kubaca. Tapi tak apa. Aku jadi ada alasan untuk meminta dia terus bercerita. Tak ada hal yang lebih menggembirakan daripada melihat rona bahagia di wajah orang yang kita cintai sedang berbicara mengenai kesukaannya, dan tentunya mengetahui bahwa pasangannya mendengarkan dengan penuh perhatian, tanda penghargaan. :)
Author's note : this is the most I can do since I can only get info from wiki cuz other source is in Deutsche. Ga ngertiii. Hihihi... Not to mention writing it from cellphone. Exhausting !! Lol !! Enjoy my first writingsession ever published to this blog (haven't had the courage to send the previous themes' writings. :) )
Jumat, 06 Agustus 2010
"Doa"
Oleh : jerukwangi
Blog : http://jerukwangi.multiply.com/journal/item/19/Doa
http://jerukwangi.blogspot.com/2010/08/doa.html
“Kakek, hari ini aku berlutut di depan nisanmu untuk menyampaikan berita gembira yang, mungkin, telah kau tunggu-tunggu sejak kelahiranku.” Senyap beberapa waktu.
“ Seperti dirimu, kini aku telah resmi menjadi anggota Navy Midshipmen Football team. Kedudukanku disana sebagai Kapten. Wow, yeah” Selang hening sesaat.
“Aku merindukanmu,kek. Seandainya kau bisa datang untuk melihat pertandingan perdanaku. Seandainya kita bisa merayakan ini semua seperti dulu.” Kepalanya tertunduk dalam-dalam, lalu bahu anak muda yang gagah itu mulai berguncang, dengan tangan kanan memegangi kedua matanya. Setelah ia tenang dan bisa menguasai diri, “Semoga kini kau bisa beristirahat dengan tenang,kek. Kelak aku akan kembali lagi kepadamu dengan membawa calon istriku. Until then…take care,please.”
Setelah memastikan kedua matanya kering, Jason pun berdiri dan mulai melangkah meninggalkan nisan kelabu.
Blog : http://jerukwangi.multiply.com/journal/item/19/Doa
http://jerukwangi.blogspot.com/2010/08/doa.html
“Kakek, hari ini aku berlutut di depan nisanmu untuk menyampaikan berita gembira yang, mungkin, telah kau tunggu-tunggu sejak kelahiranku.” Senyap beberapa waktu.
“ Seperti dirimu, kini aku telah resmi menjadi anggota Navy Midshipmen Football team. Kedudukanku disana sebagai Kapten. Wow, yeah” Selang hening sesaat.
“Aku merindukanmu,kek. Seandainya kau bisa datang untuk melihat pertandingan perdanaku. Seandainya kita bisa merayakan ini semua seperti dulu.” Kepalanya tertunduk dalam-dalam, lalu bahu anak muda yang gagah itu mulai berguncang, dengan tangan kanan memegangi kedua matanya. Setelah ia tenang dan bisa menguasai diri, “Semoga kini kau bisa beristirahat dengan tenang,kek. Kelak aku akan kembali lagi kepadamu dengan membawa calon istriku. Until then…take care,please.”
Setelah memastikan kedua matanya kering, Jason pun berdiri dan mulai melangkah meninggalkan nisan kelabu.
"Sempurna"
Oleh: @prameswary
Link: http://ayuprameswary.wordpress.com/2010/08/06/sempurna/
Dia menarik stocking-nya dengan kekuatan nyaris penuh. Dan nyaris pula stocking berwarna hitam itu robek karenanya. Sesaat dia mengatupkan tangan ke mulutnya. Setelah dipastikan stocking itu melekat tepat di tubuh bagian bawahnya, dia memasukkan kakinya satu per satu ke rok pensil bermotif kotak-kotak tartan dengan warna hijau lumut. Warna kesukaannya. Dilanjutkan mengenakan blus dengan warna senada, lalu dia mematut dirinya di depan cermin besar dalam kamar.
Sempurna, pikirnya.
Lalu dia melenggokkan badannya. Sempurna, pikirnya lagi. Kali ini sambil tersenyum.
“Oh!” pekiknya tertahan. Rupanya dia nyaris terlambat dengan janjinya. Dengan lekas dia menarik laci meja riasnya. Tanpa memilah-milah seperti yang biasa dilakukannya, ia mengambil salah satu dari deretan lipstick koleksinya. Menyapu warna di bibirnya. Kini benda di tangannya berganti mascara yang dengan lekas pula ia poleskan di bulu matanya yang lentik.
Dia kembali melirik jam. Berdecak. Dia tidak suka terlambat. Tapi dia lebih tidak suka keluar tanpa penampilan maksimal. Untuk menghemat waktu, dia memutuskan menggunakan blush-on sekaligus untuk pewarna mata.
Ini baru sempurna! Pikirnya untuk ketiga kali.
Segera dia membuka pintu kamarnya setelah menyambar tas di atas tempat tidur.
Dia menemukan anak laki-lakinya sedang terduduk di sofa. Menatapnya dengan perasaan enggan. Hari ini memang dia berencana mengantar anak sematawayangnya itu ke sekolah. Kali ini dia berhasil, setelah berpuluh kali si anak menolak diantar olehnya dengan berbagai alasan.
Mungkin kali ini si anak kehabisan alasan. Atau ia terpaksa mengabulkan agar dia tidak merongrongnya terus. Tapi tetap dia menemukan keengganan di mata anaknya. Walau begitu, dia merasa harus melakukan ini; mengantar anaknya ke sekolah, di mana dia akan bertemu dengan teman-temannya. Semua karena dia menginginkan si anak dapat menerima dia sesungguhnya. Apa adanya.
“Ayo, nak, kita pergi sekarang.” Sahutnya sambil melengkapi penampilannya dengan high heels.
Si anak berdiri pun dengan gerakan enggan serta tatapan yang tidak berubah sejak tadi.
“Baik, Ayah…”
Artikel wikipedia: transgender
Link: http://ayuprameswary.wordpress.com/2010/08/06/sempurna/
Dia menarik stocking-nya dengan kekuatan nyaris penuh. Dan nyaris pula stocking berwarna hitam itu robek karenanya. Sesaat dia mengatupkan tangan ke mulutnya. Setelah dipastikan stocking itu melekat tepat di tubuh bagian bawahnya, dia memasukkan kakinya satu per satu ke rok pensil bermotif kotak-kotak tartan dengan warna hijau lumut. Warna kesukaannya. Dilanjutkan mengenakan blus dengan warna senada, lalu dia mematut dirinya di depan cermin besar dalam kamar.
Sempurna, pikirnya.
Lalu dia melenggokkan badannya. Sempurna, pikirnya lagi. Kali ini sambil tersenyum.
“Oh!” pekiknya tertahan. Rupanya dia nyaris terlambat dengan janjinya. Dengan lekas dia menarik laci meja riasnya. Tanpa memilah-milah seperti yang biasa dilakukannya, ia mengambil salah satu dari deretan lipstick koleksinya. Menyapu warna di bibirnya. Kini benda di tangannya berganti mascara yang dengan lekas pula ia poleskan di bulu matanya yang lentik.
Dia kembali melirik jam. Berdecak. Dia tidak suka terlambat. Tapi dia lebih tidak suka keluar tanpa penampilan maksimal. Untuk menghemat waktu, dia memutuskan menggunakan blush-on sekaligus untuk pewarna mata.
Ini baru sempurna! Pikirnya untuk ketiga kali.
Segera dia membuka pintu kamarnya setelah menyambar tas di atas tempat tidur.
Dia menemukan anak laki-lakinya sedang terduduk di sofa. Menatapnya dengan perasaan enggan. Hari ini memang dia berencana mengantar anak sematawayangnya itu ke sekolah. Kali ini dia berhasil, setelah berpuluh kali si anak menolak diantar olehnya dengan berbagai alasan.
Mungkin kali ini si anak kehabisan alasan. Atau ia terpaksa mengabulkan agar dia tidak merongrongnya terus. Tapi tetap dia menemukan keengganan di mata anaknya. Walau begitu, dia merasa harus melakukan ini; mengantar anaknya ke sekolah, di mana dia akan bertemu dengan teman-temannya. Semua karena dia menginginkan si anak dapat menerima dia sesungguhnya. Apa adanya.
“Ayo, nak, kita pergi sekarang.” Sahutnya sambil melengkapi penampilannya dengan high heels.
Si anak berdiri pun dengan gerakan enggan serta tatapan yang tidak berubah sejak tadi.
“Baik, Ayah…”
Artikel wikipedia: transgender
"Tentang Han Geng"
Oleh: Farida Susanty (insignificantlyimportant.tumblr.com)
Berdasarkan artikel http://en.wikipedia.org/wiki/Han_Geng
Aku tidak bisa melihat sekitar. Buram. Aneh.
Orang di depanku memberiku benda itu.
Aku pikir aku tidak akan kemana-mana lagi setelah aku bersama mereka. Aku sempat takut. Tapi harusnya aku mendengarkan kepalaku sejak dulu.
"Yang kamu butuhkan hanya mencoba."
Aku mengambil benda itu dengan tangan gemetar penuh keringat.
Sayup-sayup terdengar suara di kejauhan. "Han Geng..."
"Kamu tidak pernah takut?" tanya temanku sore itu, ketika kami duduk di depan kios mi di kota Beijing. Matanya berkilat aneh. Kami baru saja makan dan perutku masih terasa berat. Tidak banyak makanan yang bisa aku pilih di Beijing sini. Aku harus berhemat. Sejak aku pindah kesini saat aku berumur 13 tahun, memasuki universitas Central University for Nationalities untuk memperbaiki kemampuan menariku, aku telah melepaskan diri dari orangtua.
Tapi sejak itu, aku belum melakukan apa-apa. Masih menginap di rumah temanku ini selama beberapa minggu, belum mempelajari banyak hal, belum mulai masuk kuliah, atau mengikuti audisi.
"Takut apa?" Aku meminum air mineral di tanganku.
"Kamu pindah ke sini hanya untuk menari," katanya. Dia menggeleng-geleng. "Aku masih bingung kenapa kamu bisa seberani itu."
"Aku masih takut," ujarku. "Entahlah. Aku terus berlatih. Tapi... Entahlah, aku juga sempat bertanya-tanya, apa yang aku kejar ini akan berhasil."
Aku menguasai 56 tarian tradisional dari berbagai etnis Cina. Tapi aku tidak yakin ini akan membawaku kemana-mana. Tapi ketika aku masih di Mudanjiang, entah kenapa aku begitu yakin dengan bakatku ini. Aku selalu menikmati menari, dan entah apa yang membuatku percaya bahwa hidupku adalah untuk menari. Dan meminta izin pada orangtua untuk pindah ke Beijing untuk masuk universitas untuk memperbaiki bakat menariku. Aku pasti sudah gila.
Tapi entah kenapa aku percaya. Aku sedikit percaya.
Tepukan tangan temanku di bahuku membuyarkan pikiranku. Dia menunjuk ke sebuah pamflet yang tertempel di jalan. "H.O.T. CHINA Audition Casting". Aku terbelalak. Bukan hanya karena kesempatan audisi akhirnya datang, tapi juga karena yang mengadakan adalah S.M. Entertainment. Agensi besar dari Korea.
"Ayo kita ikut!" Temanku menyenggol tanganku. Aku menggeleng-geleng. Aku ragu. Aku takut apa yang kupercayai salah. Bahwa aku tidak berbakat menari dan akan gagal. Aku tidak... aku tidak mau mencoba hanya untuk membuktikan bahwa itu salah.
"Lupakan saja," Aku berjalan pergi menjauhi pamflet dan temanku yang masih berdiri di sana. Aku akan ikut audisi yang lebih kecil. Sehingga aku bisa lolos.
"Hey, ayo, ikut saja, aku akan menemanimu!" Temanku menepuk bahuku lagi dari belakang.
"BERISIK KATAKU!" teriakku reflek, tidak sadar bahwa sekarang aku sedang di tengah kota, di tengah hiruk pikuk kota Beijing. Orang-orang menoleh padaku. Aku bisa merasakan pipiku memerah. Lihat saja, hanya dilihat orang saja, aku masih malu. Bagaimana aku bisa jadi bintang?
Temanku menatapku nyaris tanpa berkedip. "Kupikir kau bukan orang seperti itu. Jangan mempermalukan dirimu sendiri di depan dirimu sendiri."
Aku menatap ke seluruh Beijing. Di mana orang menempatkan mimpi di tengah hiruk pikuk ini? Di tengah laju ekonomi, di tengah para pekerja. Aku hanya seorang minoritas dari Mudanjiang. Jangan mempermalukan diri sendiri di depan diriku sendiri.
Aku akhirnya mengangguk.
Itu adalah saat dimana aku begitu takut, tapi aku memutuskan untuk maju.
Di sinilah aku sekarang, bersaing dengan 3000 orang untuk melihat apakah aku bukan cuma pemuda pemimpi yang berpikir dia bukan cuma satu wajah di antara 1 milyar orang Cina lain. Aku melihat ke sekitarku, orang-orang yang tampak memakai baju terbaik mereka yang pas tubuh dan tampak meregangkan otot mereka di dinding ruang tunggu.
Mereka menginginkannya seperti aku.
Siapa aku?
Malam itu, selesai audisi, aku menolak untuk mendengar apa-apa lagi tentang S.M Entertainment. Atau audisi H.O.T. Aku juga tidak mau menonton TV. Aku tidak mau meremas kursi dengan kesal melihat wajah-wajah terkenal itu di TV, menari sesuka hati mereka dan dielu-elukan banyak orang.
Aku hanya akan belajar menari dengan baik di universitas. Itu saja.
***
Aku ingat terakhir kali aku takut.
Setelah audisi itu, aku memutuskan untuk bekerja mencari uang untuk masuk kuliah. Beberapa orang menawariku untuk bermain film pendek berbujet rendah. Aku setuju. Aku tidak terlalu peduli lagi tentang dunia tari. Aku hanya ingin mendapat uang untuk meneruskan kuliah.
6 bulan berlalu dan aku belum mendapat berita apa-apa. Aku tidak begitu ingat hari-hari itu. Yang kuingat, perasaanku sedikit sakit selama waktu-waktu itu. Aku merasa agak hampa. Prospek untuk mendalami dunia tari di tempat kuliah sangat membuatku tertarik, tapi diam-diam aku tetap menginginkan tempat di S.M. Entertainment.
Dan menginginkan sesuatu yang hampir pasti tidak bisa kau dapatkan, rasanya tidak begitu enak. Mimpi seperti beban berat di punggungmu.
Dan aku ingat hari itu. Agustus 2002.
Sebuah telepon masuk ke rumah temanku. Aku baru hampir tertidur di kursi, tapi aku segera bangun untuk mengangkat.
"Ya?"
"Halo, Han Geng? Kami dari S.M. Entertainment."
***
Aku ingat hari ketika aku takut. Tapi sekarang aku di sini.
Kuambil benda itu, obor itu. Obor yang katanya desainnya didasarkan pada desain tradisional Cina yang disebut "Propitious Clouds" (祥云). Obor yang didesain untuk tetap menyala dalam angin berkecepatan 65 km/jam, temperatur serendah -40 derajat celsius, dan hujan sampai 50 mm (2 in) per jam.
Seperti mimpiku. Yang tidak pernah padam.
Obor yang dibawa dari Yunani sampai Beijing. Obor Olimpiade Beijing. Dan aku terpilih sebagai pembawa obor, bersama 21.880 orang lainnya.
Katanya karena kontribusiku terhadap pertukaran budaya antara Cina dan Korea Selatan. Mungkin karena tari-tari tradisionalku yang selalu kuselipkan di tarian-tarian yang kulakukan bersama grupku, Super Junior.
Ternyata bakat itu memang berarti sesuatu.
Aku berlari mengambil obor itu. Obor itu terasa dingin di tanganku. Tertiup angin sore. Tapi aku yakin dia tidak akan padam.
Aku ingat hari dimana aku merasa takut.
Tapi ternyata mimpiku, seperti obor ini, tidak pernah padam.
Author note: Maaf penggemar SuJu, I don't know much about this guy, this writing was just based on his Wikipedia article I got. And I have no idea what to write. I guess at a glance, I really admire his determination to reach for his dream.
Judulnya nampak jelas tanpa inspirasi sekali ya?
Berdasarkan artikel http://en.wikipedia.org/wiki/Han_Geng
Aku tidak bisa melihat sekitar. Buram. Aneh.
Orang di depanku memberiku benda itu.
Aku pikir aku tidak akan kemana-mana lagi setelah aku bersama mereka. Aku sempat takut. Tapi harusnya aku mendengarkan kepalaku sejak dulu.
"Yang kamu butuhkan hanya mencoba."
Aku mengambil benda itu dengan tangan gemetar penuh keringat.
Sayup-sayup terdengar suara di kejauhan. "Han Geng..."
***
Aku selalu ingat pertamakali aku ketakutan."Kamu tidak pernah takut?" tanya temanku sore itu, ketika kami duduk di depan kios mi di kota Beijing. Matanya berkilat aneh. Kami baru saja makan dan perutku masih terasa berat. Tidak banyak makanan yang bisa aku pilih di Beijing sini. Aku harus berhemat. Sejak aku pindah kesini saat aku berumur 13 tahun, memasuki universitas Central University for Nationalities untuk memperbaiki kemampuan menariku, aku telah melepaskan diri dari orangtua.
Tapi sejak itu, aku belum melakukan apa-apa. Masih menginap di rumah temanku ini selama beberapa minggu, belum mempelajari banyak hal, belum mulai masuk kuliah, atau mengikuti audisi.
"Takut apa?" Aku meminum air mineral di tanganku.
"Kamu pindah ke sini hanya untuk menari," katanya. Dia menggeleng-geleng. "Aku masih bingung kenapa kamu bisa seberani itu."
"Aku masih takut," ujarku. "Entahlah. Aku terus berlatih. Tapi... Entahlah, aku juga sempat bertanya-tanya, apa yang aku kejar ini akan berhasil."
Aku menguasai 56 tarian tradisional dari berbagai etnis Cina. Tapi aku tidak yakin ini akan membawaku kemana-mana. Tapi ketika aku masih di Mudanjiang, entah kenapa aku begitu yakin dengan bakatku ini. Aku selalu menikmati menari, dan entah apa yang membuatku percaya bahwa hidupku adalah untuk menari. Dan meminta izin pada orangtua untuk pindah ke Beijing untuk masuk universitas untuk memperbaiki bakat menariku. Aku pasti sudah gila.
Tapi entah kenapa aku percaya. Aku sedikit percaya.
Tepukan tangan temanku di bahuku membuyarkan pikiranku. Dia menunjuk ke sebuah pamflet yang tertempel di jalan. "H.O.T. CHINA Audition Casting". Aku terbelalak. Bukan hanya karena kesempatan audisi akhirnya datang, tapi juga karena yang mengadakan adalah S.M. Entertainment. Agensi besar dari Korea.
"Ayo kita ikut!" Temanku menyenggol tanganku. Aku menggeleng-geleng. Aku ragu. Aku takut apa yang kupercayai salah. Bahwa aku tidak berbakat menari dan akan gagal. Aku tidak... aku tidak mau mencoba hanya untuk membuktikan bahwa itu salah.
"Lupakan saja," Aku berjalan pergi menjauhi pamflet dan temanku yang masih berdiri di sana. Aku akan ikut audisi yang lebih kecil. Sehingga aku bisa lolos.
"Hey, ayo, ikut saja, aku akan menemanimu!" Temanku menepuk bahuku lagi dari belakang.
"BERISIK KATAKU!" teriakku reflek, tidak sadar bahwa sekarang aku sedang di tengah kota, di tengah hiruk pikuk kota Beijing. Orang-orang menoleh padaku. Aku bisa merasakan pipiku memerah. Lihat saja, hanya dilihat orang saja, aku masih malu. Bagaimana aku bisa jadi bintang?
Temanku menatapku nyaris tanpa berkedip. "Kupikir kau bukan orang seperti itu. Jangan mempermalukan dirimu sendiri di depan dirimu sendiri."
Aku menatap ke seluruh Beijing. Di mana orang menempatkan mimpi di tengah hiruk pikuk ini? Di tengah laju ekonomi, di tengah para pekerja. Aku hanya seorang minoritas dari Mudanjiang. Jangan mempermalukan diri sendiri di depan diriku sendiri.
Aku akhirnya mengangguk.
Itu adalah saat dimana aku begitu takut, tapi aku memutuskan untuk maju.
***
3000 orang banding 1. Katanya itu rasionya.Di sinilah aku sekarang, bersaing dengan 3000 orang untuk melihat apakah aku bukan cuma pemuda pemimpi yang berpikir dia bukan cuma satu wajah di antara 1 milyar orang Cina lain. Aku melihat ke sekitarku, orang-orang yang tampak memakai baju terbaik mereka yang pas tubuh dan tampak meregangkan otot mereka di dinding ruang tunggu.
Mereka menginginkannya seperti aku.
Siapa aku?
Malam itu, selesai audisi, aku menolak untuk mendengar apa-apa lagi tentang S.M Entertainment. Atau audisi H.O.T. Aku juga tidak mau menonton TV. Aku tidak mau meremas kursi dengan kesal melihat wajah-wajah terkenal itu di TV, menari sesuka hati mereka dan dielu-elukan banyak orang.
Aku hanya akan belajar menari dengan baik di universitas. Itu saja.
***
Aku ingat terakhir kali aku takut.
Setelah audisi itu, aku memutuskan untuk bekerja mencari uang untuk masuk kuliah. Beberapa orang menawariku untuk bermain film pendek berbujet rendah. Aku setuju. Aku tidak terlalu peduli lagi tentang dunia tari. Aku hanya ingin mendapat uang untuk meneruskan kuliah.
6 bulan berlalu dan aku belum mendapat berita apa-apa. Aku tidak begitu ingat hari-hari itu. Yang kuingat, perasaanku sedikit sakit selama waktu-waktu itu. Aku merasa agak hampa. Prospek untuk mendalami dunia tari di tempat kuliah sangat membuatku tertarik, tapi diam-diam aku tetap menginginkan tempat di S.M. Entertainment.
Dan menginginkan sesuatu yang hampir pasti tidak bisa kau dapatkan, rasanya tidak begitu enak. Mimpi seperti beban berat di punggungmu.
Dan aku ingat hari itu. Agustus 2002.
Sebuah telepon masuk ke rumah temanku. Aku baru hampir tertidur di kursi, tapi aku segera bangun untuk mengangkat.
"Ya?"
"Halo, Han Geng? Kami dari S.M. Entertainment."
***
Aku ingat hari ketika aku takut. Tapi sekarang aku di sini.
Kuambil benda itu, obor itu. Obor yang katanya desainnya didasarkan pada desain tradisional Cina yang disebut "Propitious Clouds" (祥云). Obor yang didesain untuk tetap menyala dalam angin berkecepatan 65 km/jam, temperatur serendah -40 derajat celsius, dan hujan sampai 50 mm (2 in) per jam.
Seperti mimpiku. Yang tidak pernah padam.
Obor yang dibawa dari Yunani sampai Beijing. Obor Olimpiade Beijing. Dan aku terpilih sebagai pembawa obor, bersama 21.880 orang lainnya.
Katanya karena kontribusiku terhadap pertukaran budaya antara Cina dan Korea Selatan. Mungkin karena tari-tari tradisionalku yang selalu kuselipkan di tarian-tarian yang kulakukan bersama grupku, Super Junior.
Ternyata bakat itu memang berarti sesuatu.
Aku berlari mengambil obor itu. Obor itu terasa dingin di tanganku. Tertiup angin sore. Tapi aku yakin dia tidak akan padam.
Aku ingat hari dimana aku merasa takut.
Tapi ternyata mimpiku, seperti obor ini, tidak pernah padam.
***
Author note: Maaf penggemar SuJu, I don't know much about this guy, this writing was just based on his Wikipedia article I got. And I have no idea what to write. I guess at a glance, I really admire his determination to reach for his dream.
Judulnya nampak jelas tanpa inspirasi sekali ya?
"Europe Road"
Oleh: Ratna
Twitter: @ratnainapril
I have no idea for this,gw ga tau harus nulis apa.yg jelas gw tau,gw harus bahas tentang jalan-jalan di eropa.
Kesan pertama tentang jalan di eropa,pasti jauh lebih baik dari jakarta.ga ada 3 in 1 dan jg pasti ga ada joki yg nunjuk2 di Pakubuwono.Eropa,meski terasa jauh,tapi mungkin gw bisa sedikit merasakan hawa disana (selain liat di random Wikipedia yg cm sekilas) tanpa harus pergi ke Eropa.
Eropa merupakan benua dg negara-negara maju didalamnya,pusat fashion jg ada disana dan semua yg kurang dari indonesia mungkin ada disana.jalan yg (benar2) bebas hambatan,udara dingin,tatanan kota rapi,banyak bule (iyalah) dan ga macet.macet adalah mimpi buruk,tapi mungkin kita bs lihat mimpi indah di Eropa.
Tapi bukannya lbh baik hujan batu di negri sendiri daripada hujan emas di negri orang lain?Eropa memang tujuan wisata,impian semua orang yg ingin hidupnya jauh lbh baik.tapi gw masih memilih Indonesia,meski bobrok,meski wakil rakyatnya sering bolos,meski macet,gw msh memilih tinggal di tanah kelahiran gw.ga semua orang berpikir negatif tentang sesuatu yg negatif dan gw ada disana.gw ada di posisi yg ingin melihat sesuatu yg negatif bs jadi satu kekuatan utk merubahnya mjd positif.kita bisa,kita pasti bisa.
agak keluar dari topik,ini random sekali sampai2 gw ga bs mikir agar ceritanya punya alur yg jelas.ini hasil tulisan amatiran.maaf jika ada penulisan yg salah,jika sakit berlanjut hubungi dokter.
Twitter: @ratnainapril
I have no idea for this,gw ga tau harus nulis apa.yg jelas gw tau,gw harus bahas tentang jalan-jalan di eropa.
Kesan pertama tentang jalan di eropa,pasti jauh lebih baik dari jakarta.ga ada 3 in 1 dan jg pasti ga ada joki yg nunjuk2 di Pakubuwono.Eropa,meski terasa jauh,tapi mungkin gw bisa sedikit merasakan hawa disana (selain liat di random Wikipedia yg cm sekilas) tanpa harus pergi ke Eropa.
Eropa merupakan benua dg negara-negara maju didalamnya,pusat fashion jg ada disana dan semua yg kurang dari indonesia mungkin ada disana.jalan yg (benar2) bebas hambatan,udara dingin,tatanan kota rapi,banyak bule (iyalah) dan ga macet.macet adalah mimpi buruk,tapi mungkin kita bs lihat mimpi indah di Eropa.
Tapi bukannya lbh baik hujan batu di negri sendiri daripada hujan emas di negri orang lain?Eropa memang tujuan wisata,impian semua orang yg ingin hidupnya jauh lbh baik.tapi gw masih memilih Indonesia,meski bobrok,meski wakil rakyatnya sering bolos,meski macet,gw msh memilih tinggal di tanah kelahiran gw.ga semua orang berpikir negatif tentang sesuatu yg negatif dan gw ada disana.gw ada di posisi yg ingin melihat sesuatu yg negatif bs jadi satu kekuatan utk merubahnya mjd positif.kita bisa,kita pasti bisa.
agak keluar dari topik,ini random sekali sampai2 gw ga bs mikir agar ceritanya punya alur yg jelas.ini hasil tulisan amatiran.maaf jika ada penulisan yg salah,jika sakit berlanjut hubungi dokter.
Langganan:
Postingan (Atom)