Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!
Tampilkan postingan dengan label Pertama Kali. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pertama Kali. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Oktober 2010

Perawan

Oleh: Jia Effendie
http://jiaeffendie.wordpress.com

"Aku mau pacaran sama kamu, tapi kamu masih perawan," lelaki itu berkata demikian ketika mereka tengah berduaan di kamar kos si perempuan.
"Terus? Memangnya kenapa?"
"Ya, karena kamu perawan. Kamu belum diapa-apain. Kalau aku apa-apain kamu, nanti kamu ga perawan lagi, dong."
"Ya, terus?"
"Terus nanti kalau kamu nikah, calon suami kamu ga kepingin sama kamu karena kamu udah ga perawan."
"Ya kalau nikahnya sama kamu kan, kamu yang memerawani, sekarang."
"Kamu kan tahu..."
"Oh iya."
Perempuan itu terdiam. Memikirkan kata-kata yang akan dilontarkan selanjutnya.
"Ciuman juga ga bisa?" Perempuan itu bertanya.
"Aku mau aja sih nyium kamu. Tapi abis itu pasti aku jadi kepingin. Habisnya kamu seksi banget, sih."
"Terus ngapain kamu di sini?"
"Ngeliatin kamu."
"Terus?"
"Terus ya udah, aku ga mau memerawani kamu soalnya."
"Kenapa?"
"Kan tadi aku udah bilang alasannya."
"Cuma itu? Cetek bener. Nanti kan yang nanggung akibatnya aku. Dan aku udah siap."
"Iya, tapi kan aku penyebabnya, yang bikin kamu ga perawan lagi."
"Tapi aku bahagia kalau kamu yang bikin aku ga perawan lagi. Belajar dari ahlinya gitu lho."
"Duh."
"Jujur deh, kenapa? Aku ga bikin kamu kepingin, ya?"
"Bukan gitu."
"Tapi?"
Si lelaki menarik napas berat.
"Kamu perawan soalnya."
"Itu kan aku udah tau. Emang kenapa kalau aku perawan? Di tempat para geisha, keperawanan dijual mahal. Di sini aku kasih kamu gratis. Kamu ga mau? Kamu ga suka ya sama aku?"
"Aku suka... Kamu seksi banget. Beneran deh. Tapi, kamu perawan."
"Kalau aku buka baju, kamu jadi mau, ga?" Perempuan itu meloloskan t-shirt dari kepalanya, meninggalkan payudara telanjang tanpa bra.
"Pake lagi, deh."
"Sejak kapan sih kamu jadi sok suci gitu? Aku tahu kamu sexually active, tapi kenapa kamu ga mau sama aku?"
"Ya karena aku sayang kamu!" Suara lelaki itu meninggi. "Pake lagi bajunya!"
"Terus apa hubungannya sayang sama aku dan aku perawan? Kenapa kamu ga mau?" Suara perempuan ikut-ikutan meninggi.
"Kamu perawan, dan aku ga mau merusak kamu."
Perempuan itu mendengus, dengan enggan kembali memakai t-shirtnya.
"Perawan itu ga enak, oke. Ribet harus ngajarin. Ga berpengalaman. Apalagi perempuan baik-baik kayak kamu." Lelaki itu akhirnya berkata.
Perempuan itu mulai menangis, merasa dicampakkan. Untuk pertama kalinya, tiba-tiba dia menyesal jadi perempuan baik-baik. Jika satu-satunya cara untuk mendapatkan laki-laki ini adalah dengan bersenggama dengannya, dia akan melakukannya. Karena dia tahu, lelaki ini tak bisa selamanya. Petualang tak mungkin betah di satu tempat. Dia akan selalu berkelana mencari tempat baru, mengintip lubang baru yang lebih menarik.
"Jangan nangis, dong."
"Abis kamunya gitu," si perempuan berkata di sela-sela sedu sedannya.
"Ya kamu ngerti dong."
"Kamu beneran sayang sama aku?"
"Iya."
"Tapi kamu ga bisa nikahin aku?"
"Iya."
"Kamu juga ga bisa ML sama aku sekarang."
"Iya."
"Berarti kamu ga sayang sama aku."
"Emang indikator sayang itu nikahin dan ML?" Lelaki itu tertawa geli sambil mengacak-acak rambut si perempuan. "Aku beneran sayang kamu, kok."
"Aku ga percaya."
"Terserah kamu, kamu percaya atau enggak pun perasaanku tetap, sayang sama kamu."
"Terus kita ngapain ini? Pacaran? Tapi ga ngapa-ngapain?"
Lelaki itu tertawa lagi. "Kamu polos banget sih."
"Iya, abis belum kamu perawanin."
Si laki-laki menggeleng-gelengkan kepalanya geli. “Ya sudah, aku pulang dulu, ya?”
Perempuan itu cemberut.
“Hey,” suara lelaki itu membujuk. “Perempuan baik-baik kayak kamu harusnya sama laki-laki baik-baik. Hidupku sudah terlalu kacau, nanti kamu kebawa kacau.” Tangannya mengangkat dagu si perempuan yang matanya berkilauan oleh air mata. “Sini,” dia mengecup keningnya. Matanya, hidungnya, bibirnya, lehernya … lalu terus ke bawah.
Perempuan itu tersenyum, membalas ciumannya panas.

Kopaja 612, 8 AM, 13 Oktober 2010

Kamis, 07 Oktober 2010

Kali Pertama Hamil

Oleh: Putri M. Gurnitha

Hamil, mungkin salah satu impian wanita di seluruh dunia. Ada yang bilang hidup seorang wanita belumlah lengkap jika belum mengandung dan menjadi ibu, walaupun pendapat ini tentu saja tidak bisa di generalisasikan karena ternyata bukti nya masih banyak yang nyaman meski tidak mengandung.

Tapi, untuk saya sendiri hamil merupakan suatu hal yang sarat dengan pengalaman istimewa yang tidak bisa ditukar dengan apapun.
Walaupun banyak juga hal yang tidak mengenakkan yang harus dijalani, seperti mual, ngidam, sakit punggung dan pinggang, cepat lelah dan sebagainya.
Semua itu terbayar dengan momen saat pertama kali saya merasakan gerakan bayi di dalam perut ini.
Antara percaya dan tidak percaya ada kehidupan lain di dalam badan saya.
Dan setiap saat berkaca dan mendapati perut yang semakin besar, makin takjub lah saya dengan keajaiban yang sedang terjadi di dalam tubuh ini.

Hamil pertama juga sarat dengan kesibukan mengisi waktu dengan banyak membaca dan belajar untuk menjadi ibu yang lebih pintar lagi untuk bayi saya kelak.
Banyak hal yang sebelumnya sama sekali tidak terpikirkan, terutama di bidang kesehatan.
Untungnya saat ini sudah banyak sekali sarana-sarana informasi yang dapat membantu kita menambah pengetahuan.
Dengan memanfaatkan teknologi yang kita punya dan kita kuasai, informasi tersebut dapat dengan mudah kita dapatkan.
Tentu saja hal ini harus dilakukan secara kompak dengan pasangan kita. Jangan sampai hanya kita yang menjadi pintar sementara pasangan kita tidak tahu apa-apa.
Rajin-rajinlah berbagi dengan mereka. Tentunya hal itu akan berdampak baik untuk kepentingan tumbuh kembang anak kita nanti.

Berbagi momen ajaib dengan pasangan juga sangat menyenangkan.
Perhatikan saat mereka dengan penuh cinta mengajak bicara bayi yang sedang bergerak-gerak di perut kita, perhatikan saat mereka kadang melakukan hal-hal lucu seperti bercanda atau bernyanyi untuk bayi yang masih di dalam perut.
Semua itu menurut saya tidak dapat tergantikan dengan momen apapun.
Saya pribadi sangat menikmati momen tersebut sehingga hampir mengharuskan pasangan saya untuk mengajak 'main' calon bayi setiap malam.

Kehamilan pertama, segala sesuatu juga menjadi pertama.
Dari mulai memikirkan untuk merombak kamar, berbelanja kebutuhan bayi, asupan makanan yang sehat, sampai bagaimana mencari rejeki lebih rajin lagi untuk memnuhi kebutuhan bayi saya nantinya.
Stress, pasti.
Bingung, jelas.
Tapi kalau kita mau coba berpikir dan bertindak dengan tenang, banyak hal yang sebenarnya tidak terlalu perlu di khawatirkan.
Banyak orang yang dengan senang hati membantu untuk meringankan beban kita dan memberikan banyak bantuan supaya kita tidak stress dan bisa menikmati kehamilan ini.

Jalani dengan hati ringan, jalani semua dengan perlahan. Jangan panik, jangan terburu-buru.
Nikmati kehamilan pertama, dan nikmati anugrah yang lebih besar lagi saat bayi sudah lahir.
Pu3's®