Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Kamis, 30 Desember 2010

Semua Tumpah dalam Semalam


Oleh Astari Indahingtyas
Blog: http://astarindah.tumblr.com


"Hmmm...tadi pagi udah banyak orang yang nanyain mau malam tahun baruan dimana, tapi sampai saat ini kayanya belum ada rencana."

Entah mengapa pergantian tahun kali ini menjadi sesuatu yang kurang spesial buatku. Bukankah malam menjelang tanggal 1 Januari sama dengan malam-malam yang lain?

"Tara, lu kenapa ga mau pergi sama kita aja sih? Daripada ngarep pergi sama orang lain." Nah, yang ini adalah ajakan Firda, salah seorang sahabatku. Dia beranggapan bahwa aku bagaikan punuk merindukan bulan karena dia pikir aku berharap untuk menghabiskan detik-detik terakhir tahun 2010 ini bersama lelaki yang belum tentu jadi pacar. Memang aneh dunia.

Sejujurnya, bukannya tidak mau berpesta ria tapi di hari-hari terakhir bulan Desember ini, banyak sekali yang mengganggu pikiran. Ya masalah keluarga, masalah pekerjaan sampai masalah hati. Yang lebih menyesakkan hati, pas lagi memikirkan sesuatu, potongan-potongan kejadian selama setahun ini kembali bermunculan.

"Tara! Haloooo!! Lu kenapa tiba-tiba bengong gitu sih?"
"Aduh, Fir...tiba-tiba gue keingetan si Anton."
"Eh...udahlah. He's not worthy of your love, honey. Dia gak pernah peduli sama lu. Cuma kerjaan dan temen main dia yang ada di pikirannya."
"Tapi kaaaan...gue..."
"Udah deh, Tara. Gue gak perlu kasih reality check lagi ke lu kaya waktu awal tahun kan?!"

Kalau Firda sudah mengeluarkan kalimat sakti tersebut, itu pertanda bahwa dia tidak bisa dibantah lagi. Tapi kisah kasihku dengan Anton yang berakhir awal tahun sepertinya bukan cerita yang ideal dan yang pasti itu adalah kenangan yang menyakitkan.

Tahun 2010 mungkin memang bukan tahun yang terbaik. Selain kehilangan seorang kekasih, seorang sahabat juga harus melanjutkan studinya ke negeri kincir angin. Jarak yang jauh memang sudah bukan hambatan untuk terus berkomunikasi di era teknologi serba canggih ini. Tapi kebersamaan itu yang sulit tergantikan.
"Fir...si Ojie kapan balik ya? Kangen banget nih buat kumpul bareng lagi."
"Tara, emang lu deh juaranya sembarangan. Pikiran lu tuh kayanya loncat-loncat gitu ya. Mana cepet pula."
"Yeee...maaf deh. Abisnya ga boleh nginget-nginget Anton sih. Jadi mending keingetan Ojie kan?!"
"Iya sih...rindu main UNO bareng dan goofing around sama dia. Iya ga, Tar?
"Setuju!"
"Ya udah ah, Tar. Balik yuk. Udah kemaleman nih. Yang punya restoran udah mau beberes kayanya."
***
Akhirnya tiba juga di rumah dan kamar ini begitu menggoda. "Rebahan kayaknya enak nih," pikirku. Dengan posisi badan terlentang di atas kasur yang nyaman, pikiran pun segera terbang.

Perhentiannya yang pertama, apa lagi kalau bukan Anton. Pacaran selama hampir 2 tahun ternyata belum jodoh. Beberapa bulan terakhir sebelum putus, sikapnya semakin aneh. Memang dia orangnya mengutamakan pekerjaan tapi dulu sepertinya dia mau meluangkan waktu buat aku. Tapi makin lama semakin jauh dan dia pun menjadi temperamental. Perasaan tak diinginkan lagi membuat aku memutuskan untuk menyudahi hubungan itu. Buat apa selalu menjadi pihak yang mengalah dan yang selalu mau mengerti? Iya kan?

"Ternyata bener juga kata Firda. Nginget kisah yang satu itu cuma nyampah aja di pikiran," ucapku dalam hati. Sambil menarik napas dan menghembuskannya perlahan, pikiranku tiba pada kenangan kedua.

Aku teringat bulan-bulan terakhir bersama Ojie sebelum dia ke Belanda. Aku, Ojie, Firda, Santi, dan Riza sempat berlibur bersama ke Bali. Waaah...kebersamaan di Pulau Bali memang selalu spesial. Mulai dari water sport, snorkeling, bersantai di pinggir pantai, mencari objek foto yang indah dan menarik hingga berburu baju serta oleh-oleh menjadi kenangan indahku di tahun 2010. Memang berat saat melepas Ojie di bandara, tapi dia pasti kembali.

"Waaah...ternyata memang benar bahwa roda itu berputar. Buktinya abis putus, malah bisa liburan bareng sahabat ke Bali."

Yang tidak kalah serunya, ternyata aku pun mengenang berbagai kejadian di tempat kerja. Mulai dari yang menyebalkan seperti pekerjaan yang tidak pernah dianggap benar oleh atasan sampai yang lucu dan konyol. Nah..kalau yang terakhir itu pastinya berkat rekan-rekan kerja yang memiliki tingkat kegilaan yang sama denganku.

Tiba-tiba sesak terasa di dada. Ternyata, pikiranku sudah sampai di perhentiannya yang terakhir. Ya...dan ini tentang kamu. Kamu yang berhasil membuat aku percaya lagi akan cinta. Semua hal, bahkan yang terkecil sekalipun teringat jelas dan seakan nyata kembali. Beberapa bulan terakhir kamu memang menjadi semangat tak terduga. Walau kamu bukan siapa-siapa bagiku kini dan aku tidak tahu apa arti diriku untukmu, tapi terima kasih telah menjadi kisah indahku di penghujung tahun.

Kenangan

Oleh : Yanita Mediana


Aku hidup dalam tembok kenangan. Kenangan yang terus mengunciku berada di tempat yang sama, di waktu yang sama, di situasi yang sama. Sialnya, sejauh aku berusaha untuk melupakannya, kenangan itu makin mempersempit ruang gerakku, menghantui ingatanku dan perasaanku.

Sudah 3 tahun berlalu. Tapi sayangnya aku masih berdiri di tempat yang sama. Setiap hari, di saat aku duduk terdiam, dia terus menyerangku tanpa kenal ampun. Kenapa aku tidak bisa seperti orang lain, di mana kenangan menjadi sahabatnya? Dulu, kenangan juga sahabatku. Dia membuatku tertawa ketika aku sedih, dia membuatku tersenyum ketika aku menangis, dia membuatku tegar ketika aku jatuh. Tapi kenangan yang terduga datang dan menghancurkan semua kenangan yang menjadi sahabatku. Dia merebutnya! Dia merebut kenangan indah yang menjadi sahabat – sahabatku, membuat 3 tahunku yang berharga menjadi hancur karena dirinya.

Aku menatap Ayah yang duduk di hadapanku. Menatap matanya yang kecoklatan, menatap matanya yang terlihat cerah meskipun semakin hari semakin bertambah usia. Setiap aku menatap matanya, hatiku sesak. Aku tak pernah bisa percaya padanya lagi. Aku mencoba, aku berusaha, tapi aku kalah. Kenangan itu terus menutup mataku dari semua kebaikannya dan dari kasih sayangnya.

Masih teringat jelas dalam ingatanku, Ayah yang begitu kukagumi dan begitu kupercaya, mengkhianatiku. Mengkhianati Ibuku. Kau tahu bagaimana rasanya? Aku dikhianati oleh satu – satunya laki – laki yang aku percaya di dunia ini. Ibuku yang tegar, tiba – tiba terlihat begitu rapuh kala itu. Bagaimana bisa, Ayah mengkhianati Ibuku yang sudah begitu berkorban? Ayah meminta Ibu tidak bekerja, Ibu menurutinya. Ibuku adalah wanita baik – baik, yang sangat sabar membesarkan anak – anaknya yang sangat nakal. Tapi tiba – tiba, Ayah mengkhianati Ibu. Apa kesalahan Ibu sampai membuat Ayah pergi dengan wanita lain?
Aku tak mengerti. Dan aku tak mau mengerti. Satu – satunya alasanku untuk tetap baik padanya adalah Ibu. Ibu memintaku untuk memaafkannya. Maaf Ibu, aku gagal jadi perempuan tegar sepertimu. 3 tahun berlalu, kenangan itu terus hidup dan berakar dalam otakku. Aku telah mencoba, tapi gagal. Aku gagal untuk memaafkannya. Aku tak bisa percaya pada setiap perkataannya, sampai detik ini.
Aku menatap Ayah yang bangkit dari tempat duduknya, dan beranjak ke kamar. Aku memandangnya, kulihat ia tengah mengelus pipi Ibu yang tertidur. Mata Ayah tampak berubah, aku tahu dia benar – benar sedih. Sejak 3 hari yang lalu, Ibu sakit panas. Ayah mengurusnya sendirian.
“Cepat sembuh, Bu..Jangan tinggalkan aku sendirian..”ucap Ayah terbata – bata dan memeluk Ibu.
Aku terdiam. Tak terasa, air mataku menetes. Air mata pertamaku sejak 3 tahun yang lalu. Ayah ternyata benar – benar sayang Ibu.
 Aku berjalan perlahan – lahan mendekati Ayah. Kucium pipinya. Kupeluk badannya yang rapuh. Hatiku terasa sejuk.
Maafkan aku Ayah, untuk semua kebencianku selama ini. Maafkan aku, karena tak sempat meminta maaf padamu dulu.
Terima kasih Ayah, karena kenangan tentangmu membuatku bisa menyaksikan Ayah dan Ibu hingga detik ini.
Meski begitu banyak perbedaan. Meski dunia kita kini berbeda. Meski Ayah dan Ibu tak lagi bisa melihatku.
Aku beranjak pergi. Mungkin ini saatnya menjadikan kenangan ini menjadi sahabatku.

Anita dan Sebuah Kenangan Terakhir

Oleh Rikardo Pardede


Anita sedang terduduk diam di atas tempat tidurnya. Baru saja satu jam yang lalu dia bersama dengan teman-temannya selesai berkaraoke ria di tempat favorit mereka. Sekarang yang ada di pikirannya cuma satu hal: Mama.
Sepulangnya Anita dari karaoke, dia langsung menuju kamarnya. Yang ada di pikirannya saat itu adalah segera mandi dan berdandan karena pacarnya, Erik, akan datang menjemputnya untuk makan malam di rumahnya. Dia pun segera mandi saat itu dan berpakaian. Tak lupa juga dia mengenakan make up untuk semakin memperindah paras wajahnya yang manis itu. Saat dia membuka laci meja riasnya, tak sengaja dia melihat sebuah foto kecil di pojok bagian dalam dari meja riasnya. Itu adalah fotonya bersama dengan mamanya di hari kelulusannya dari SMA. Seketika itu air matanya mengalir deras membasahi pipinya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Segalanya indah bagi keluarga Anita. Papanya bekerja sebagai direktur suatu perusahaan lokal terkemuka sedangkan mamanya adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit negeri di Jakarta. Papanya memang sering pergi ke luar kota tetapi masih rutin pulang ke rumah. Intinya, keluarga mereka adalah keluarga yang sangat hangat dan penuh kasih sayang. Sampai suatu saat mamanya divonis terkena leukimia.
Segala cara telah dicoba untuk pengobatan mamanya. Mulai dari pengobatan tradisional hingga ke rumah sakit paling terkemuka di luar negeri. Namun, kondisi mama Anita semakin memburuk. Hingga akhirnya sebulan setelah acara kelulusan Anita dari SMA, mamanya pun dipanggil Tuhan. Anita dan keluarganya sangat sedih pada saat itu tetapi papa Anita selalu menguatkan dia untuk selalu semangat dan berjuang.
Sebulan sebelum kepergian mamanya, Anita lulus dari SMA. Acara perpisahan dilaksanakan di sekolah Anita yang dihadiri juga oleh orang tua dari seluruh siswa. Mama Anita sedang tidak berada di rumah sakit pada saat itu, hanya saja Anita melarangnya ikut karena kondisinya tidak fit. Setelah melalui perdebatan singkat, akhirnya diputuskan bahwa mamanya ikut menghadiri acara tersebut.
Anita berkata kepada mamanya,”Ma, kan sama aja kalo mama datang atau enggak. Anita tetap lulus dan mama senang. Anita gak mau mama kecapean dan sakit. Kenapa sih mama ngotot banget mau ikut?”
”Nanti mama akan kasih tahu disana, yang penting sekarang kamu beres-beres dulu ya,” jawab mama Anita sambil tersenyum.
Sesampainya mereka di tempat acara, mereka disambut dengan dekorasi yang meriah. Acara berlangsung dengan sangat meriah dengan diselipi bagian-bagian mengharukan yang bisa membuat sesama teman menangis mengingat hal-hal yang telah dilalui bersama dan juga keharusan untuk berpisah. Pada akhir acara, dilakukan foto-foto baik sesama siswa maupun dengan orang tuanya.
Saat Anita berpose bersama dengan mamanya, Anita melihat mamanya tersenyum sangat lebar. Anita pun menjadi ikut bahagia dan tersenyum lebar. Setelah mereka berdua difoto, akibat papanya yang saat itu sedang ke toilet, Anita pun bertanya kepada mamanya,”mama sepertinya senang sekali ya?”
“Iya dong, mama senang karena kamu senang juga.”
“Terus mama kan janji tadi mau jawab pertanyaan Anita tadi. Kenapa mama ngotot buat ikut?”
“Iya, memang akan sama aja bagi mama atau bagi kamu kalaupun mama gak datang disini. Tapi, masak mama gak datang liat anak mama yang lagi senang. Mama jadi senang sekali berada disini melihat kamu sukses seperti ini.”
“Terus, kenapa sekarang mama malah nangis?”
“Mama sangat senang sekarang bisa ngeliat kamu kayak gini. Mama sedih karena takut sebentar lagi enggak akan bisa melihat kesuksesan-kesuksesan kamu selanjutnya. Tapi, kamu janji ya sama mama, kalau kamu bakal semangat terus?”
Anita menangis dan memeluk mamanya sambil berkata,”mama gak boleh ngomong kayak gitu. Iya ma, Anita janji akan terus semangat.”
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Anita. Anita. Ini Erik sudah datang,” panggil papa Anita.
Anita tersentak dari lamunannya. Air mata sudah membasahi pipinya. Diselipkannya foto itu dalam dompetnya, sebuah kenangan terakhir yang dimilikinya dengan mamanya yang sangat dicintainya. Dia bangkit dan mencuci mukanya di wastafel. Dia melihat ke cermin dan dia melihat bayangan papanya di cermin yang sedang menunggunya. Dia pun tersenyum dan mengikuti langkah papanya ke luar kamar dan menuruni tangga ke ruang tamu. Di bawah, terlihat Erik yang sedang tersenyum menunggu kedatangannya. Dia pun menyadari betapa orang-orang peduli kepadanya dan ikut senang ketika dia senang. Sempat terbersit kembali kenangan terakhirnya bersama mamanya yang membuatnya hampir menangis lagi, tetapi dia tahan tangisnya sambil tersenyum tegar.
“Iya Ma, Anita janji,” serunya dalam hati sembari menuruni tangga dan memeluk papanya.

Sahabat


Oleh @sriariastini

Termenung kududuk di sini, ditepian laut yang biasa kita datangi. Memandang jauh ke laut lepas tergiang lagi kata-katamu :"aku ingin memandang laut lepas yang berwarna biru agar tak lagi menggunakan kaca mata ini"
Saat itu, kau merayuku untuk menemanimu datang ke pantai pagi-pagi buta, padahal kita berdua harus bekerja hari itu, tapi aku tak kuasa menolak rayuanmu, jadilah kita duduk berdua sambil membicarakan segala hal dari yang remeh temeh sampai yang membuat pusing kepala karena kita belum sarapan.

Seandainya hari itu kumenemuimu lebih awal, seandainya kumenemanimu, seandainya aku tidak menunda waktu, seandainya aku tidak mementingkan keinginanku, dan banyak seandainya yang berkecamuk dikepalaku...

Saat tahu kau terbaring sakit, aku ingin menemanimu melawan sakit itu, tapi apa daya, tak kuasa ku menahan air mata saat melihatmu terbaring ditemani Wigung mu. Aku tak menyangka keadaannya seperti itu, kau menahan sakit yang entah dari mana sumbernya. Saat itu juga aku dan Rahma memutuskan tidak berada disitu dalam waktu yang lama, kami tidak tega melihatmu seperti itu, melawan sakit sampai tak sadar dengan kondisimu. Wigung pun memaklumi keadaan kami saat itu, dan minta tolong untuk mendoakan agar kamu kuat.
Hari berlalu, aku datang lagi ketempatmu dirawat, senangnya melihatmu sudah mengenali lagi keadaan sekitar, dan sifat manja dan cerewetmu pun sudah terlihat, saat itu kubawakan siomay yang lagi-lagi atas rayuanmu dan aku tak kuasa menolak, padahal diitmu masih dibatasi oleh dokter. Sampai-sampai Wigung ngambek melihat kelakuanmu dan aku merasa bersalah karenanya. Tapi kau tak peduli, dengan alasan menu dari rumah sakit pun ada saosnya. Waktu kita habiskan dengan bercerita segala hal, dari hal yang hanya kita ketahui berdua dan kau rahasiakan dari Wigungmu, sampai keterusteranganmu pada Wigung tentang hal itu. Banyak canda tawa kita lalui hari itu, tapi sayang karena harus bekerja kau kutinggalkan lagi.
Tak sampai seminggu berselang, aku mendengar kabar kau tak mau makan, mogok bicara sekalipun dengan ibumu, bergegas ku datang lagi ke rumah sakit, kubujuk agar kau mau bicara, agar kau mau makan walu hanya satu sendok saja, tak kuasa kumenahan air mata jatuh didepanmu, aku sedih melihatmu seperti itu, dengan badan yang semakin mengurus dan tatapan matamu yang kosong. Aku terus membujukmu sampai kutawarkan pilihan yang tak masuk akal yaitu mendatangkan Bagus, orang yang kau sembunyikan dari Wigung, ketempatmu dirawat. Dan tak diduga saat ku menyebut nama Bagus matamu berbinar, dan menganggukkan kepala menyetujui Bagus untuk datang serta kau berjanji untuk mau makan dan berbicara kalau Bagus menemuimu.
Entah apa yang ada dipikiranmu saat itu, padahal Wigung menungguimu setiap waktu.
Akupun memberanikan diri menemui Bagus di tokonya, menceritakan semua tentangmu, dan meminta tolong agar dia mau menemuimu. Dan tak kusangka pula, Bagus pun bersedia.
Pada hari yang telah aku dan Bagus sepakati, kami menemuimu d tempat perawatanmu, kondisimu tak jauh beda dengan terakhir kali aku datang, kau tak mau bicara dan masih tak mau makan. Saat Bagus disampingmu, kuingatkan lagi janji yang kau ucap kalau Bagus datang, dengan terbata-bata kau mengucapkan sakit sehingga tidak bisa bicara dan makan. Kukuatkan diri agar airmata ini tak lagi jatuh didepanmu.
Hari itu memang pertama dan terakhir kalinya bagus menemuimu lagi, tapi dia selalu menanyakan perkembanganmu.
Akhirnya kabar baik pun kuterima, kau diperbolehkan pulang, senang rasanya mendengar berita itu, kita pun langsung membicarakan rencana kita yang tertunda.
Namun kesenangan itu tak lama, kakakmu memberitahu Rahma bahwa kau d rawat di ICU di rumah sakit tempatku bekerja, dan Rahma langsung memberitahuku. Saat senggang, aku membesukmu, pikiranku kau hanya dititipkan d ruang itu, bukan untuk perawatan intensif tapi untuk ketenanganmu. Begitu aku membuka pintu dan menoleh ke kiri, air mata ini langsung jatuh melihatmu dalam keadaan setengah sadar, terpasang infus dengan berbagai macam obat, dan peralatan dengan kabel-kabelnya yang menempel di tubuhmu. Kau hanya memintaku untuk memangggilkan ibumu. Ternyata sore itu juga kau dipindahkan ke rumah sakit tempatmu dirawat dulu, dan masih harus dirawat di ICU.
Beberapa kali kutengok, dirimu masih belum sadar juga, dan membuat setiap orang yang melihatmu menitikkan air mata. Karena kesibukan pekerjaan, beberapa hari aku terlewat membesukmu, sampai diperbolehkan pulang pun aku tak sempat datang. Tiba-tiba ada sms mengundangku datang ke tempat rawatmu. Akupun berpikir ada apa lagi denganmu.
Kau pura-pura marah waktu aku datang menemuimu, tapi aku suka karna kau tampak lebih ceria, celoteh riangmu terdengar tak putus-putus, sampai ibumu mengingatkan agar jangan terlalu capek. Tapi kau terus saja bercerita, segala hal kita bicarakan, aku pun senang melihatmu seperti itu, banyak hal pula yang kita rencanakan sepulangmu dari rumah sakit nanti. Apalagi dengan kedatangan Rahma, tawa dan ceriamu tambah terlihat, kita bertiga berkumpul, hanya Arini yang tidak datang, entah apa alasannya. Akupun sampai bosan membujuknya untuk datang. Tak terasa hampir empat jam kita berbagi tawa. Aku pun pulang karena kau harus beristirahat.
Berselang beberapa hari aku meneleponmu tapi tak kau jawab, sms juga tak kau balas, aku hanya mengira kau sedang beristirahat. Tiba-tiba di siang hari ada sebuah sms yang memberitahu kondisimu memburuk. Kuhubungi Rahma dan Arini, hanya Arini yang bisa ikut menjengukmu. Lagi-lagi air mata ini harus kutahan saat melihatmu terbaring. Dari cerita ibumu, aku tahu kondisimu sangat payah, aku hanya bisa menyemangatimu dengan rencana yang telah kita susun. Kau pun mengangguk saat kutanya apakah kau masih semangat untu sembuh. Dengan setengah hati aku pamit pulang karena hari telah malam, entah kenapa aku membaca sorot matamu sebagai isyarat tidak rela melepsku pulang karena kita tak akan bertemu lagi. Dengan sayang kucium pipimu dan menyemangatimu, lagi-lagi kau hanya mengangguk. Setelah hari itu, dengan alasan yang aku pun tak tahu pasti, aku selalu menunda membesukmu lagi.
Sampai akhirnya, saat aku sedang berada di acara reuni kelasku saat SMA, begitu banyak orang yang menghubungiku,Rahma, Emon sepupuku yg juga mengenalmu, dan beberpa oarang lagi,sampai akhirnya aku menjawab telpon dari Arini, dia tidak berkata apa-apa, dia hanya menangis tersedu-sedu, dan langsung kutanyakan keadaanmu dan dugaan ku terhadap dirimu, tangis Arini pun semakin menjadi. Segera kuhubungi Rahma, terjawablah semuanya.
Segera aku diantar pulang oleh tamanku, pikiranku kacau, kuhubungi telponmu, Ajus kakakmu memberi informasi kau masih di ICU, bergegas kudatang ke rumah sakit, kautahan air mata saat melihat kau sudah dikafani dan didoakan, lemas kaki ku. Menyesalku mengapa tak bisa menemanimu saat terakhir kali.
Semalaman aku menangisi kebodohanku. Harusnya aku mengerti isyarat matamu saat itu.
Hingga akhirnya aku berada di tempat peristirahatanmu terakhir, bade yang mengantarmu begitu agung terlihat, lembu yang menjadi pembaringanmu begitu cantik, tak bisa lagi menahannya, air mata ini tumpah di tempatmu beristirahat. Menghadiri upacara Ngaben yang dilangsungkan untukmu tak akan kulupa.
Selamat jalan sahabat, damailah engkau dipelukanNya, hanya itu yang bisa kuucap untukmu.
Tapi berada di tepian laut ini selalu mengingatkanku tantangmu yang tak mungkin kulupa.

Untuk mengenang setahun berpulangnya : A.A. Istri Santi Savitri Dalem.
Teman, sahabat, saudara dalam suka dan duka.

Kenang Aku Seperti Aku Mengenangmu


Oleh Tenni Purwanti (@rosepr1ncess)


Hal terberat dalam sebuah perpisahan adalah hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Dua insan yang biasanya melakukan sesuatu bersama-sama, biasanya tertawa bersama, biasanya menangis bersama, entah apa lagi yang biasanya dilakukan bersama, kemudian harus beradaptasi dengan kesendirian yang tidak biasa. Kebersamaan yang hilang digantikan oleh kenangan. Bukan perpisahan itu sendiri yang menyakiti, tapi kenangan. Karena  kenangan sanggup membuat kita tidak bisa saling melepaskan.

Aku sudah berusaha untuk tidak mengenangmu. Tapi  setiap kali membuka mata di pagi hari, aku ingat senyummu. Di sampingku kau pernah tersenyum, mengusap minyak yang tebal di hidung dan keningku. Dengan mulut yang sama-sama berbau tak sedap meski semalam sama-sama menggosok gigi, kau selalu menyapaku dengan kalimat hangat “Selamat pagi, matahariku,”

Ah, aku berusaha bangun tanpa ingin mengingatnya lagi. Tapi setiap kali melakukan sesuatu, aku selalu mengingatmu. Banyak hal. Dari hal besar sampai hal-hal sepele. Aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Ketika dua sudah menjadi satu, melepaskanmu seolah melepaskan jiwa dengan tubuh. Tubuhku kehilangan jiwa. Aku seperti mayat hidup bertahun-tahun.

Sekeras apapun aku berusaha menepis kenangan, satu persatu kenangan itu justru hadir menemani detik demi detikku. Lama-lama aku terbiasa, lama-lama aku akrab, dan akhirnya aku berdamai dengan kenyataan. Kenyataan bahwa kenangan adalah pengganti sosokmu. Kenangan bukan lagi makhluk gaib yang menghantui langkahku. Kenangan adalah sahabatku, yang selalu menyadarkanku bahwa aku pernah punya kekasih yang melengkapiku. Aku pernah merasakan utuhku tergenapi dalam sosok seorang lawan jenis. Kau pernah jadi bagian hidupku, begitu pula aku, pernah menjadi bagian alurmu. Kini kenangan adalah rindu yang tak beku.

Maka hari ini, ketika kau kembali, ketika akhirnya aku tak lagi berbincang dengan bayang-bayang, aku justru memilih berhenti.  Aku memilih berhenti  berharap memilikimu karena aku memutuskan untuk hidup bersama  kenangan. Aku takut jika kita memulainya lagi, akan ada kenangan baru yang mungkin saja merusak kenangan kita sebelumnya. Aku telah sangat menikmati kenangan yang pernah kita ukir beberapa tahun lalu. Cukup itu saja untuk membuatku bahagia. Aku sudah membuka lembaran baru ketika kau bilang hubungan kita harus berakhir.

Akhir adalah awal yang baru. Bertahun-tahun aku mencoba berdamai dengan kata-kata itu. Aku harap kau bisa melakukannya juga. Kenang aku sebagaimana aku mengenangmu. Aku yakin kamu bisa, sebagaimana aku yang juga bisa. Karena kita bukan lagi dua, tapi satu. Meski dalam ruang dan jarak yang tak lagi sama.

Kenangan 29 Desember 2010

Oleh: Josefine Yaputri


Aku terbiasa menulis fiksi, tapi tidak untuk kali ini. Sudah lama sekali aku tidak menulis dan menuangkan isi pikiranku. Sekalipun aku ingin, keinginan itu tiba-tiba lenyap beriringan dengan keinginanku yang lain. Kali ini terasa berbeda, tema ‘kenangan’ yang ada di writing session membuatku bergegas menyentuh laptop dan mulai bermain kata-kata. Mungkin tulisanku terdengar biasa dan aku pun hanya berusaha untuk menuangkan semua ide yang aku punya.
Aku bukanlah seorang penggemar sepak bola, sama sekali bukan. Melihat dua puluh dua orang lelaki yang atletis dan berebut bola membuatku bosan. Dan hal ini selalu terjadi. Namun, cerita teman-teman akan cantiknya permainan Tim Nasional Indonesia dalam Piala AFF 2010 membuatku tertarik untuk melihat televisi sejenak.
Permainan Tim Nasional Indonesia dalam leg pertama melawan Tim Nasional Malaysia membuat banyak orang geram. Kecaman akan tindakan curang mereka membuat Indonesia panas dan kesal setengah mati. Tetapi, dari sini kita bisa melihat keunggulan Tim Nasional Indonesia dalam bermain jujur dan sportif. Keunggulan TimNas Indonesia ini tetap bertahan dan ada di leg kedua final AFF 2010.
Kenangan menonton final leg kedua Indonesia vs Malaysia benar-benar tidak akan terlupakan. Begitu terkejutnya aku melihat lautan merah atau lautan keberanian dari para pendukung TimNas Indonesia yang menonton pertandingan final leg kedua. Kita begitu menyatu dan bangga untuk membela TimNas Indonesia. Optimisme melekat di dada dan seluruh tenaga rela dihabiskan untuk sebuah pertandingan yang berlangsung selama sembilan puluh menit. Sangat membanggakan. Sebuah pertandingan sepak bola, sebuah perebutan piala sepak bola, bisa dengan begitu mudahnya mempersatukan kita semua.
Kebanggaanku bahkan tidak berhenti sampai di situ saja. Supporter kita tidak ada satu pun yang bertindak rusuh selama pertandingan di Gelora Bung Karno. Kita berhasil membuktikan bahwa kita adalah bangsa yang besar dan tidak suka membalas dendam. Kita tidak membalas apa yang dilakukan supporter Malaysia kepada pemain TimNas kita sewaktu di leg pertama. Sungguh membanggakan.
 Meski banyak yang pesimis dan meremehkan TimNas Indonesia, seluruh pemain TimNas Indonesia berhasil membuktikan bahwa mereka tidak pernah menyerah. Selama sembilan puluh menit mereka bertahan, bermain sekuat tenaga, dan memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Para supporter pun tidak bisa berhenti meneteskan air mata dan menebar senyum saat melihat semangat seluruh pemain TimNas Indonesia bermain dengan begitu cantiknya. Spirit yang luar biasa dipersembahkan demi Tanah Air Indonesia.
Inilah yang harus selalu kita bawa sebagai bangsa, semangat persatuan dan semangat pantang menyerah. Tanggal 29 Desember 2010 akan selalu kukenang. Kenangan akan semangat para pemain TimNas yang harus diwariskan oleh kita, Bangsa Indonesia. Berhentilah mencemooh. Lihatlah TimNas kita, kita telah menang di leg kedua, menang dengan fair. Meskipun kita tidak menang agregat, kita telah menang sebagai bangsa yang berjiwa besar. Kita menang sebagai bangsa yang bersatu dan tertib. Kita telah menang sebagai bangsa yang tidak pernah menyerah dan selalu optimis. Kenangan inilah yang akan selalu kubawa. Sebuah kenangan yang sangat patut untuk diwariskan. 

SMS


Oleh Gisha Prathita (@geeshaa)
kamukayakuya.tumblr.com


From: Kamu
+628122306575
09.32 PM 29.12.08
Pengumuman aja sih,gw kangen lo.

To: Kamu
+628122306575
09.33 PM 29.12.08
Ampun, bkannya baru ketemu tdi siang yakk?

From: Kamu
+628122306575
09.33 PM 29.12.08
Iya, tpi siapa sih yg bisa ngerencanain yg namanya kangen?

To: Kamu
+628122306575
09.35 PM 29.12.08
Hahaha, gombal. Kok bisa kangen sama gw scepet itu? canggih.

From: Kamu
+628122306575
09.36 PM 29.12.08
Knapa ya?Mgkin karena sgala sesuatu yg ada di lo, ga bsa gw temuin di org lain. Karena crita2 lo, cma lo yg punya.itu mngkin yg bikin canggih.

To: Kamu
+628122306575
09.36 PM 29.12.08
:)
Masih rapat di himpunan ya?besok jadi tanding bola jam berapa, kapten?

From: Kamu
+628122306575
09.36 PM 29.12.08
Masih nih, lagi bahas parameter kegiatan. Bsk jam3 sore. Deer, lo nonton ya, jgn sampe tim kita kalah gara2 striker-nya sakit kangen akut sampe ubun-ubun dan kejang2 gak bisa nendang bola.

To: Kamu
+628122306575
09.38 PM 29.12.08
Hidih! Iya, iya rusaaa. Pasti gue nonton kok, ada kuliah sih, tapi bisalah titip absen :P

From: Kamu
+628122306575
09.41 PM 29.12.08
Tar malem gue telepon lo deh ya, gue mesti ngelarin rapat dulu. C u tomorrow deer. Hehe.

To: Kamu
+628122306575
09.42 PM 29.12.08
Take care, you there. :)

Soren tersenyum membaca semua SMS lama yang ada di folder ‘Kamu’, di HP-nya, dan di HP-kekasihnya. Lucu rasanya, mereka sama-sama memiliki folder SMS yang sama namanya, hanya berbeda pengirim. Milik Soren berisi SMS dari kekasihnya dan milik kekasihnya berisi SMS darinya. Meskipun nama foldernya ‘Kamu’, namun mereka berdua bukanlah pasangan yang berubah haluan jadi aku-kamu setelah jadian, mereka tetap jadi diri mereka sendiri. Sudah 2 tahun berlalu semenjak sms-sms itu diterima, semenjak semua hal-hal indah yang indah bagi Soren. Dua tahun yang lalu, kekasihnya masih menjabat sebagai ketua himpunan di jurusannya, juga pemain tim inti sepak bola kampusnya. Orang yang sibuk, tapi selalu bisa membagi perhatiannya dengan Soren. Sepertinya, laki-laki itu tidak pernah punya rasa lelah dan selalu bisa membagi waktu.

Ia sangat sempurna di mata Soren. Tidak tergantikan, sampai sekarang.

Soren membaca lagi SMS-SMS lainnya yang isinya senada. Nyaris semua isi sms-nya membuatnya geli, kalau tidak konyol, pasti gombal. Ini adalah salah satu SMS favoritnya:

From: Kamu
+628122306575
01.12 AM 28.12.08
Kenapa gw ga pnah capek bwt nyempetin ktemu lo?Hmm, jwbnnya simpel aja sih, lo slalu bsa bkin gw jdi gw. Tnpa label apapun, tnpa tanggungjwb apapun. Gw brasa jdi anak SMA lg klo sama lo.gw brasa jdi pmain snetron Senandung Masa Puber, klo lo inget, mskipun gw yakin gw jauh lbih ganteng drpd Raffi Ahmad. Hahaha. Makasih udh jdi lo, ya. Lo yg ada bwt gue, kahim yang ga tahu diri ini.Sampe bsk, g’nite deer.

Dasar orator, pandai sekali kamu berbicara, langsung maupun via SMS. Semua kata-katamu dengan mudah membuatku jatuh hati. Sampai sekarang.

Ini adalah hal yang selalu dilakukan Soren setiap akan beranjak tidur. Karena ini membuatnya bisa melupakan kesedihan yang terjadi di hari-harinya, semenjak kekasihnya itu meninggal 2 tahun yang lalu.
***

Abang, Aku Benci Kenangan


Oleh : Lintang

BRUKK!! Sebuah buku ukuran A5 jatuh dari tumpukan buku di tanganku. Kutaruh tumpukan itu di atas meja kecil dan kulangkahkan kakiku mendekati buku mungil itu. Oh, itu buku catatan harianku saat SD.

Di halaman pertama terlihat tulisan tegak bersambung dengan tinta ungu. Isinya biodataku. Lucu sekali. Di sana tertulis kata mutiara yang kubuat sendiri.

"Kenapa ada pelangi? Agar aku dan kamu tau Tuhan Maha Adil."

Aneh, tapi menarik, menurutku tentunya. Halaman-halaman berikutnya tidak menarik perhatianku sampai aku bertemu pada satu halaman dengan tulisan besar-besar: SELAMAT, SEKARANG KAMU 9 TAHUN! Kubuka lagi, halaman berikutnya tertempel fotoku bersama sahabat-sahabatku, Intan, Putri, Anggi, dan... ada Icak. Halaman ini lebih kusam dan keriting dari yang lain. Hatiku berdesir. Sudah 10 tahun terlewati, tetapi aku masih sering menangis mengingatnya. Ia telah pergi. Apa kau tahu rasanya kehilangan sahabatmu? Perih sekali apalagi saat kutahu ia melepaskan nafas terakhirnya karena aku.

Aku merindukanmu, sahabat sekaligus abangku. Mama bilang, kamu akan selalu ada menjagaku di hatiku bersama kenangan kita selama 9 tahun. Boleh aku menolak saja? Aku tidak ingin mengenang, aku ingin kamu disini.

Abang, aku benci kenangan.

Kenangan Kelabu


Oleh : Jenny Thalia Faurine

Kenangan. Semua orang punya kenangan. 
Baik yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal.

Kenangan, aku tak suka membicarakannya.
Apalagi, jika kenangan itu tentang dia.
Dia yang ku cintai.
Dia yang aku rindukan.
Dia adalah dirinya.

Aku ingat senyumnya yang lebih miring ke sudut kiri.
Aku ingat akan matanya yang menatapku terus-menerus, seakan aku akan menghilang jika ia berkedip kurang dari sedetik.
Namun ia salah, dia-lah yang hilang.

Aku menopang daguku dengan tangan kananku, memandangi jendela yang basah terkena percikan air hujan.
Hujan itu penuh dengan... kenangan yang kelabu.
Kelabu seperti mendung, seperti saat sebelum hujan.

Aku benci kenangan.
Aku benci hujan.
Aku benci warna kelabu.

Aku benci saat harus terbayang dengan kenangan-kenangan bersamanya di saat terakhir hidupnya.
Aku benci hujan, karena saat hujanlah aku kehilangan dia.
Aku benci kelabu, karena itu adalah warna dari gumpalan-gumpalan awan sebelum hujan.
Aku benci karena harus kehilangan dia di saat kami sadar, bahwa hati kami telah bertaut.
Tertawan satu sama lain dengan jalinan perasaan yang rumit, yang tak bisa ku ungkapkan.

Kepergiannya begitu kelabu di hidupku.
Kepergiannya telah membuat hatiku terkunci untuk... selamanya.
Aku tak tau kata "selamanya" itu tepat atau tidak.
Yang ku tau, aku hanya ingin ia disini, duduk di sampingku.
Menggenggam erat tanganku, dan menenangkanku.

Mungkin, aku tidak membenci ini semua.
Masih ada rindu terselip untuk melihat dan memutar kenangan bersamanya di benakku.
Bukan diiringi dengan tangis seperti dulu atau kemarin, tapi diiringi dengan senyum. Senyum ikhlas akan kepergian dia.

Aku ingat, sebelum kamu pergi, saat terakhir kali dia mengenggam tanganku, dia berkata, "Kamu tak boleh membenci hujan. Hujan itu ciptaan Tuhan, mahakarya Tuhan yang indah. Setelah hujan, selalu ada pelangi yang indah. Setelah kesedihan, selalu ada kebahagiaan. Begitu seterusnya, selalu berputar. Karena memang begitulah hukum alamnya. Dan kamu, harus menjadi pelangi yang sangat indah. Untukku, untukmu, dan untuk semua orang."

Begitulah, dia menjadi yang selalu ku ingat dimanapun aku. 
Dia yang tak terlupakan.
Dia yang ku cintai.
Dia, yang membuat aku tersenyum saat hujan turun dan selalu menunggu munculnya lengkungan indah yang mempunyai 7 garis warna.

Tangga Harapan dan Kenangan


Oleh : Riyan Raditya (@exewriyan)

Tangga untuk naik tampak di depan mata
Kali ini aku berhasil untuk melihatnya
Selama ini aku sudah berandai mencapai di puncaknya
Aku mencoba

Di tengah anak tangga aku melihat ke bawah
Sudah berapa jauh aku menaiki tangga ini
Aah  sudah sangat jauh
Aku tidak bisa melihat dasar

Aku tetap fokus ke arah depan
Tidak mempedulikan apa yang ada di bawah
Aku tetap berusaha
Tanpa menyerah

Hingga tinggal beberapa langkah lagi
Tetapi aku penasaran untuk melihat ke bawah
Aah tidak aku kehilangan fokus keseimbangan
Aku jatuh terguling ke bawah

Aku bangkit kembali
Entah aku sekarang di anak tangga berapa
Aku berusaha kembali mencapai puncak
Berusaha tanpa kenal lelah dan menyerah
Kali ini aku tak ingin melihat ke bawah
Aku hanya fokus ke arah depan

Akhirnya tercapai juga
Puncak yang selama ini diharapkan
Sekarang aku melihat ke bawah
Mensyukuri apa yang telah dilakukan

Tak Sebatas Kenangan



Oleh Laurentia Kartika



Waktu bergulir cepat menuju penghujung tahun, menggulirkan kenangan pelan-pelan. Tak hanya satu, tapi ribuan hal yang terlewat dalam ratusan hari yang terlalui. Banyak relief tergambar di perut ibu pertiwi. 

Dari berbagai sudut terlukis kasih menjadi perih, luka menjadi suka, rahasia menjadi fakta. Gelegar kemenangan serta pilu kekalahan. Dari canda hingga duka. Semakin menghias sejarah negri ini. Jelas.

Mengawali hingga mengakhiri. Mulai melihat dunia hingga menutup mata. Seluruhnya berjalan tak singkat. 

Satu buku yang sebentar lagi mencapai halaman terakhir. Bukti tak ada yang bisa dikekalkan. Segala awal pasti berakhir. Keadilan Tuhan.
Jika langkah telah mencapai ujung, tutuplah buku baik-baik. Biarkan kenangan didalamnya berkumpul saling sapa agar semarak dan semakin lengkap. Simpan dan abadikan dalam memori otak, agar tak mudah usang. Suatu saat mungkin berguna, mengingatnya bukan kesalahan, kelak guna untuk perbaikan hari esok. Tak sebatas kenangan.

Kami Memanggilnya si Ganteng

Oleh : Khoirunnisa Aulia Noor Haryopranoto
http://hotcoldchocolate.blogspot.com

-kenangan-
A memorable momment in the memorable night. Hari ini sekolah aku ngadain pensi. Judulnya “Triplex Reborn 2010”. Jujur banget awalnya agak males dateng apalagi pagi-pagi, tapi karena udah beli tiketnya,yaudah aku dateng. Jam 1 sampe sana. Langsung disambut sama TRIVELLY, nama cheerleader sekolah aku. Selanjutnya diisi sama band-band metal yang aku yakin kalo pas tes listening aku pake lagu itu, nilai aku dijamin 100% NOL. Itu aliran band ga beres-beres dari jam 2 sampe jam 6 pemirsa sekalian. Bayangkanlah, kuping aku udah dehidrasi butuh udara segar yang memberikan lagu-lagu klasik penyejuk hati. Rasanya jadi pengen pindah ke acara salah satu merek motor yang ada di bagian beda tapi satu wilayah itu (hahaha gabanget yang ini boong).
TAPI TAPI TAPI masuk jam 6 kita solat nih istirahat dulu, beriman bangetkan ada waktu solatnya. Jam setengah 7 ada bintang tamu yang namanya DEADSQUAD ,ya “pasukan mati” edan edan edan, emang sih masih band metal yang liriknya ga jelas itu. Tapi yang ini TOP bangetngetnget. Bikin aku pengen turun moshing bareng mereka (masa deadsquad bogor yang disebut pasukan mati bogor) tapi aku sadar diri kalo aku pake kerudung dan gamungkin juga aku mau nge headbang bareng mereka-mereka itu. alhasil aku cuma goyang-goyang ditempat bareng temen-temen tapi itu udah lebih dari cukup deh. Setelah itu acara di isi sama ROJALIE POM POM BOYS. Tadinyaaa aku fikir itu dance yang isinya cowo-cowo gitu aja, tapi kalian harus tau ternyata itu bukan dance sembarang dance. Dance yang beranggotakan 6 orang itu semua berjenis kelamin tidak jelas, alias BANCI, be a ba en ce i ci. Shock lah aku liatnya. Boooooo lo tau gas seeeeeh? Jujur aku akui, aku kalah banget sama tu banci. Dari betis,  pinggang, badan kecilan dia, apalagi apalagi? Oh iya! Satu hal yang bikin aku envy (edan envy ke banci hahaha) dia bisa nge dance lincah cepet bagus. Bukan ngedancenya yang bikin aku iri tapi dia ngedance pake higheels 10cm! SE-PU-LU-H CM! Aku pake 5 cm buat jalan aja masih gabisa. Oiya, perlu diketahui ini dance ngena banget dihati dan pikiran. Kocaknya to the maks deh! Pengen sih sebenernya foto sama mereka tapi gasempet L
Naah ini dia mommet yang memorable banget bagi aku. Abis si pompomboys beres, aku kira tadinya langsung RAN jadi aku sama temen aku nanda turun kebawah buat ikutan joget-joget bareng. Taunyaaaa yang tampil itu topi jerami. Posisi aku sama nanda udah ada di tengah kerumunan orang. sebenernya aku sempet liat ada masa berbaju hitam-hitam turun ke bawah. Tapi aku gapeduli karna setau aku topi jerami tuh bukan band metal asli 100% gitu. Gak lama mereka mulai main. Awalnya sih selow terus ada si putih tinggi ganteng soleh itu disebelah aku bilang gini
“ati ati ly,ati ati”
Aku timpain aja “ya lo jagain gue laaaah”
Dan DUARRR! Ga lama dari aku ngomong gitu, ada dorongan besar dari arah belakang yang bikin aku bener-bener mau jatuh (aku gatau kalo aku beneran jatuh apa yang terjadi). Dan ternyata itu amukan masa topi jerami yang lagi moshing. Edan aku langsung shock dan jujur takut banget. Anak-anak kaya gini kalo udah moshing gapeduli cewe perkasa ato cewe feminim semua dihantem. Tibatibaaaa ada tangan ngelingker di badan aku dari pundak-ke-pundak (Cuma 1 tangan loh) terus aku diikutin para amukan masa itu. Aku sempet mikir “ini tangan siapa sih? Kurang ajar amat meluk-meluk aku!emang aku cewe apaan. Please jangan bilang dia ngira aku itu temennya yang lagi moshing juga sampe-sampe aku dipeluk biar ikutan goyang” terus abis mikir gitu aku nengok. Dan ternyata! Jeng jeng jeng jeeeeeng! Itu tangan si ganteng soleh tinggi putih! Woooow!aku langsung bengong diem sesaat. Aku dipeluk si ganteng loh (si ganteng itu sebutan dia buat aku sama nanda). Dan OMG! Aku baru inget aku bareng nanda! Mana nanda?!?! Aku langsung nengok nyari nanda, nanda masih disamping aku sih, tapi ga dalam lindungan tangan si ganteng. Aku langsung megang tangan nanda biar dia ikut arus aku. Jujur aku gatau apa yang harus aku lakuin. Kalo aku lawan arus pasti aku jatuh ngelawan 1000 amukan masa itu. Tapi-oh-ternyata si ganteng kuat loh ngedorong aku sambil meluk aku erat banget dan ngegiring aku ke luar amukan masa itu. aduuuh rasanya pengen deh itu amukan masa panjang banget biar aku lama dipeluk dia (mupeng). Aku terus megang tangan nanda. Dan si ganteng terus meluk aku dengan satu tangan, aku udah galiat jalan, jalan aku dituntun 100% sama si ganteng. Semua amukan masa yang ngarah ke aku-pun ditangkis sama dia (how sweeeet :3). Dan VOILA! Aku keluar dari amukan masa, langsung menuju tempat sepi. Do you knooow? Si ganteng malah ketawa liat muka aku yang kayanya masih tegang itu.
“hahahahaha, lucu lo. Ini kerjaan gue nih” kata si ganteng
Aku cuma bales sama senyum kecil jujur masih seneng campur takut bangetngetnget gapake boong!
“masuk ly!” kata dia sambil kembali masuk ke amukan masa tadi. Gak lama dia keluar terus bilang,
“aduh cape ah”
“yaudah istirahat dulu sih” jawab aku.
“bentar lagi ah”terus dia masuk lagi.
Oke-oke obrolan yang tadi itu emang gapenting. Yang pentingnya itu gimana aku keluar dari amukan masa tadi. Uuuh unforgetable momment! Seriously. (puter lagu RAN-mencuri hati)
Nah ngomong2 RAN, abis si topi jerami tampil, aku masih-tetep-stay-di-tempat mau liat band Sunday yang ada 2 alumni sekolah aku yang gantengnya gapake boong! Yaaa yang ini berjalan biasalah, joget-joget loncat-loncat. Udah gitu RAN tampil, awalnya sama aja kaya konser-konser biasanya. Joget-loncat-nyanyi-teriak. Hal yang biasa juga kan kalo si artis ngelempar stiker atau botol minum ke penonton? Naaah itu yang dilakukan Rayi. Dia ngelempar botol minum, 2 kali. Yang pertama dilempar ga ke arah aku. Padahal jujur ya aku bukan mau botol minum dari-tangan-rayi itu. tapi aku pengen MINUM! Aku udah pusing dan dehidrasi abis ditengah kerumunan orang orang itu. botol kedua dilempar ke arah aku. Otomatis aku lompat dooong, namanya juga haus hahaha. Tangan aku berhasil nyentuh itu-botol-minum. Tapi gacuma tangan ternyata KEPALA aku juga kena. Benjolah kepala aku sampe sekarang.
RAN FINISHED! Daaaan acara triplex reborn 2010 ini di akhiri dengan clubbing bareng DJ FIRZY! Aku yang dasarnya udah kecapean Cuma duduk-duduk aja dipinggir. Oiya!ngomong2 kecapean, pas beres nonton RAN aku bener-bener pusing pengen muntah butuh minum. Temen aku nyaranin buat ngambil minum dia dipintu masuk yaudah tuh aku ikut. Terus pas sampe sana ada panitia nanya
“mau ngapain teh?”
“ngambil minum”kata aku dan kalian tau ga jawaban si panitia apa?
“nanti aja sih!” dengan nada ngeremehin. Aku yang udah bener-bener pusing dan sakit agak emosi digituin, maaf yaa panitianya aku bentak “kalo gue pingsan mau tanggung jawab lo?!” dan panitia itu pun bungkam. Jadi tolong ya tolong, kalo mau nyegah irang diliat dulu keadaannya, kalo tu orang sekarat harus minum obat terus lo bilang nanti aja, apa ceritanya coba? Yaa baiknya lu tanya dululah ada-apa-kenapa nya. Oke? Ini Cuma sedikit kritik aja ko.
But TRIPLEX REBORN 2010 TOTALLY PERFECT ! semuanya ada disini! LOVE YOU SMANTI LOVE YOU TRIPLEXREBORN, can we replay this momment,right here right now?paling engga bagian si hero itutuuuh hahaha. LOVE YOU ALL, and i love you too, ganteng :p

*ini merupakan penggalan cerita dari cerpen bersambung milik aku, ini cerita ke 3 yang aku buat. Bagi yang penasaran cerita awal dan lanjutannya harap bersabar, aku niat mau ngirim cerpen ini ke majalah secara bertahap. Makasih. Minta saran dan kritiknya yaa J

Tema 29 Desember 2010

Tema untuk tanggal 29 Desember 2010 adalah : KENANGAN!

Masih nggak jauh-jauh dari suasana akhir tahun. Tahun 2010 segera berakhir dan kadang pikiran kita tebawa pada hal-hal telah kita lakukan di sepanjang tahun. Kenangan itu kadang manis, kadang pahit. Yuk kenapa tidak kita masukan saja kenangan tersebut dalam tulisan kita? :) Atau mungkin teman-teman Writing Session punya kenangan yang unik, lucu, sedih, kenapa tidak dituangkan dalam sebuah tulisan saja :)

Untuk yang terlambat mengirim/melihat tema/menulis, jangan khawatir, WS masih menerimanya kok hanya saja tidak dipublish dengan tag tema 'Kenangan' tapi nanti akan dikumpulkan jadi satu pada 'Best of the Late'

Jangan lupa untuk mengirimkan tulisannya ke writingsession@hotmail.com, batas waktunya sekarang sampai jam 11 malam!

Selasa, 28 Desember 2010

Tips Mengirim ke Majalah

Halo,

Untuk kali ini, ada tips singkat untuk partisipan yang berniat untuk mengirim cerpennya yang dibuat di salah satu sesi WritingSession ke majalah. Ya! Kalian tidak hanya bisa mengirim ke sini saja, tapi juga bisa pula mengirim ke majalah. Bagaimana tips dan caranya?

Yang pasti, yang paling penting adalah tentukan ke majalah/koran mana kalian akan kirim cerita kalian. Kenapa? Karena itu menentukan jenis tulisan kalian, panjangnya, dan sebagainya. Ada majalah yang sering memuat cerita remaja, ada yang bisa cerita general, ada yang sering memuat komedi. Kalian juga bisa lihat di kotak khusus di bagian cerpen atau di bawah kolom redaksi, ada syarat-syarat tertentu tentang panjang cerpen (9000 karakter untuk majalah KaWanku misalnya), atau 7 halaman untuk majalah Gadis, dan sebagainya. Poin pentingnya adalah perhatikan konten seperti apa yang diinginkan majalah dan syarat teknisnya.

Misalnya kalian sudah menulis tulisan untuk sesi WritingSession dan belum memenuhi syarat konten atau teknis dari majalah yang kalian tuju. Dalam kasus seperti ini, kalian bisa merevisi tulisannya. Misalnya untuk teknis, misalnya tulisan kalian kurang panjang, kalian bisa mengembangkan cerita atau menambahkan detil-detil untuk cerita itu sampai sesuai dengan majalah. Jika kontennya yang tidak sesuai, kalian bisa merevisi cerita dari ide yang sudah ada, dan mengembangkannya ke arah tertentu yang diinginkan. Misalnya kalau awalnya menulis tentang pembunuhan dari tema itu, kalian bisa memasukkan unsur romance ke dalamnya untuk masuk ke majalah yang menyukai cerita romance.

Tapi sebetulnya, mungkin akan mudah pula untuk merencanakan terlebih dahulu, sebelum mengikuti sesi, kemana kalian akan mengirim tulisan kalian. Untuk sesi, kalian bisa menulis versi pendeknya, kemudian bisa kalian kembangkan untuk majalah atau korannya. Atau jika waktunya mencukupi, bisa menulis sampai habis di sesi itu untuk majalah itu, dibantu dengan tema yang kami berikan.

Semangat ya! Kabar-kabari kami kalau ada tulisan kalian yang diterbitkan! Kami ikut senang!

P.S.: Kalau tulisan kalian dimuat di majalah dan kalian ingin kami menghapus tulisan kalian yang sama itu di blog ini, silakan email saja, akan kami hapus.

Best of The Night 27 Desember 2010

Best of the night kemarin adalah...

"Cermin", oleh @Maharaniezy

Kenapa? Karena penuturannya yang tidak biasa, dengan flashback dan pikiran tokoh yang meluncur turun dengan cepat dan menegangkan--seperti isi ceritanya dimana ada orang yang meloncat jatuh. Selamat ya @maharaniezy!

Ada komentar tentang pemenang kali ini?

(Tidak) Bercermin Diri


Oleh Gisha Prathita

Terakhir kali aku melihat jam sebelum akhirnya semua pandanganku menjadi gelap adalah pukul 23.29.
Dan sekarang, pertama kalinya aku melihat jam setelah semua pandanganku kembali warna-warni, adalah pukul 09.32.
Apa?
Ah ya, aku terbaring di atas—kasur, tentu saja. Dengan badan yang terasa patah semua. Dengan mata yang terasa silau karena cahaya matahari yang menyelinap lewat jendela.
Aku menghela napas, kemudian menegakkan diri di atas tempat tidur. Dan kini aku terduduk di sana, sambil mengusap-ngusap mataku yang terasa perih kesilauan karena pantulan cermin di seberang jendela. Sambil memfokuskan pandangan, aku memperhatikan sepotong bayangan yang terpantul di sana.
Tangan penuh bebat dengan perban di dahi. Nyaris seperti mumi. Akhirnya aku bangkit, untuk melihat pantulan itu di cermin, lebih dekat.
Rambut itu, berantakan. Hitam legam dan tebal. Potongan pendeknya tidak beraturan akibat dipotong oleh si empunya sendiri. Badan itu, kurus—untuk ukuran orang yang tingginya nyaris delapan kaki—akibat menyantap rokok nyaris setiap detiknya. Memar di pipi itu, akibat bentrok—bukan dengan orang lain, tapi dengan marmer, saking seringnya mendadak jatuh terbaring dengan pipi yang mencium lantai. Luka di tangan itu, saksi berapa puluh kali ia dilukai untuk menghentikan jam di hidupnya—namun tak pernah berhasil, karena lukanya terlalu blatant untuk tidak ketahuan oleh orang lain.
Aku mengangkat tangan kananku, dan bayangan di cermin itu ikut mengangkat tangan kanannya. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, dia juga.
Astaga, bayangan itu adalah aku.
Rusak sekali. Rusak sekali bayanganku. Rusak sekali aku.
Apa yang telah kulakukan?
Aku melihat jam lagi, kali ini menunjukkan 09.36.
Kepalaku sakit rasanya saat aku berusaha mengingat apa yang terjadi saat terakhir kali aku melihat jam tadi malam. Yang kuingat aku baru saja bertengkar dengan ayahku dan aku merasa sangat… marah. Dan sekarang, tenggorokanku terasa sangat sakit.
“Raga? Kenapa kamu berdiri di situ sih? Harusnya kamu istirahat. luka di badanmu bisa terbuka lagi kalau kamu banyak gerak.”
Suara seorang perempuan mengagetkanku dari balik bayangan yang ada di cermin itu. Rasanya, aku mengenalnya.
Sukma.
Aku berusaha memanggilnya, tapi tak ada suara yang keluar dari tenggorokanku. Rasanya sakit sekali. Gadis itu terpana melihatku sebentar.
Sukma.
Kupanggil dia sekali lagi. namun hasilnya tetap sama, suaraku tak kunjung keluar. Sambil menahan tangis, dia menempelkan telunjuk di bibirku—supaya aku tidak bicara lagi. “Berhenti bicara, Raga. Kumohon. Berhenti untuk menyakiti dirimu sendiri lagi.”
Aku melihat pantulan diriku di cermin. Begitu berantakan, penuh luka, layaknya seseorang yang pulan dari medan perang. Kupikir akupun begitu, baru pulang dari medan perang—melawan ayahku dan keputusasaanku.
Akhirnya air mata Sukma jatuh.
Aku ingin menenangkannya, tapi suaraku tak kunjung muncul. Kenapa Tuhan? Kenapa?
Aku melihat cermin itu sekali lagi. bibirku begitu keras, nyaris melepuh. Aku terdiam, baru ingat sesuatu. Astaga, aku benar-benar sudah merusak badanku sejauh ini.
Tadi malam, aku tidak sadar setelah minum segelas minuman. Air. Yang kuingat sekarang, air itu biasa kita kenal dengan… racun serangga.
Astaga, apa yang kulakukan?! Seharusnya aku tidak boleh merusak badanku lagi! sudah terlalu parah! Aku mengecam diriku sendiri, setengah mati. Bukankah aku sudah merencanakan untuk tidak merusaknya lagi?
Sial! Harusnya aku tidak menenggak racun serangga itu, karena itu hanya membuatku tidak sadar, sakit tenggorokan lalu bisu, dengan mulut berbusa saat pingsan. Memalukan.
Sial! Harusnya aku ingat nasehat dari temanku bahwa meminum racun serangga itu tidak enak, dan tidak berhasil mengakhiri hidup! Coba kalau aku ingat, pasti saat ini aku tidak akan menyakiti diriku sendiri lagi—dan menatap diriku yang berbaring dari dunia di seberang cermin sana!