Aku dan mataku itu bersahabat. Kita sudah saling mengenal dan melengkapi saat aku masih dalam kandungan Mama hingga aku sebesar ini. Dia, mengajarkan aku tentang berbagai warna dunia, memberitahukan akan sebuah rasa, entah itu bahagia atau bahkan duka, menemaniku saat menangis dan mengajariku untuk peduli dengan mereka-mereka yang kurang beruntung di sekitarku.
Hai sepasang mata cokelatku, bagaimana perasaanmu saat menemaniku? Apalagi sudah beberapa tahun ini, kamu bukanlah menjadi mata yang “mandiri”, kamu perlu sepasang alat bantu untuk memperjelas penglihatanku. Ya, apalagi kalau bukan kacamata yang saat ini entah sudah minus dan silinder berapa. Apalagi beberapa hari kemarin karena kecerebohanku hingga mematahkan salah satu lensamu, yang mengakibatkan dirimu menjadi susah untuk melihat. MAAF YA…. J
Tuhan, bagaimana aku mencoba untuk mewawancarai mataku, boleh nggak? Nah, terima kasih Tuhan, akhirnya kamu memberikan aku kesempatan untuk mewawancarai kedua mataku,
“Hai mataku….” Sapaku kepada keduanya.
“Hai Al….” jawab mereka sambil berkedip. Ih, centil sekali mereka.
Aku jadi deg-degan sendiri meng-interview mereka. “Hm… Bagaimana perasaan kalian telah menjadi pendampingku selama ini? Pasti ada kesan-kesan gitu kan? Ayo ngaku….”
“Apa ya?” Mereka diam sejenak. “Kamu itu unik… Beda dari orang-orang yang ada di sekitarmu. Kamu mempunyai sudut pandang tersendiri, dan karena sudut pandangmu yang terkadang ‘berbeda’ itulah orang-orang sering memandangmu aneh.”
“…” Aku diam, mereka kembali melanjutkan.
“Kami tau sebenernya di balik keceriaanmu itu tersimpan rasa haru, kamu hanya ingin orang-orang tidak ada yang tau apa yang kamu rasakan bukan? Harusnya kamu tidak perlu seperti itu. Biarkan orang lain tau dan mereka akan menghapus air matamu yang jatuh. Biarkan mereka tau, supaya kamu tidak terbebani dengan beban hidupmu… Yakin sajalah, kalau Tuhan tidak pernah menciptakan apa yang sia-sia, semua yang tercipta pasti ada manfaat yang bisa dirasakan atau tidak, Bersyukur lha Al, dengan hidup yang kamu punya. Bukannya kita sudah melihat bersama bahwa banyak yang berada di bawah kita?”
“….” Aku kembali diam. Betapa benar yang dikatakan oleh sepasang mataku. “Lalu apakah kalian punya saran untuk diriku?”
“Cintailah kami, karena bukankah tanpa kami duniamu akan menjadi gelap? Cintailah kami dengan mengkonsumsi sayuran, jangan membaca sambil tiduran, jangan menonton TV kedeketan, dan yang paling penting jangan terlalu lama menatap layar monitor. Apalagi karena hobinya yang suka Online dan nulis itu.”
Aku tertawa dalam hati, betapa bawelnya sepasang mataku ini melebihi Mamaku yang cerewet, dan berakhirlah interview dengan mataku ini. Aku jadi menyadari bahwa betapa pentingnya penglihatan dan anggota tubuh lainnya ini. Terima kasih Tuhan karena aku sempat mewawancarai mataku…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!