Oleh: Jonathan Manullang
Tanggal : 3 November 2010
Waktu : Saat kesenyapan paling berkuasa
Narasumber : 1 keluarga muda yang sukses lahir (suami, istri, & anak semata wayang mereka)
Pewawancara membuka sesi wawancara dengan si suami terlebih dulu. Berikut petikannya.
Q: Apa sebenarnya rahasia anda sehingga bisa membangun sebuah keluarga yang kokoh, penuh pengertian, berkecukupan secara lahir dan batin, serta dapat menjadi teladan dalam usia pernikahan yang masih terbilang muda ini?
A: Well, sejujurnya tidak ada sebab khusus yang menonjol, mbak. Saya dan istri hanya berusaha untuk konsisten dalam menerapkan komitmen awal pernikahan yang sudah disepakati dalam perjanjian pra-nikah. Selain itu, kami juga saling menghargai prinsip dan kebebasan pribadi masing-masing.
Q: Kenapa perjanjian pra-nikah itu penting bagi anda? Apa manfaatnya yang terutama, yang mungkin bisa berguna bagi pasangan-pasangan lainnya?
A: Perjanjian pra-nikah menurut saya lebih menyoroti persamaan hak dalam rumah tangga, kesetaraan gender, saling menghormati antara suami-istri, ya kira-kira begitulah. Kalo mau lebih jelas bisa tanya istri saya, karena efek perjanjian itu lebih terasa buat dia.
Q : OK. Selanjutnya, visi apa yang ingin anda bagikan seputar pembentukan keluarga yang utuh dan harmonis untuk para pembaca?
A: Bicara soal visi tentang keluarga, saya hanya kepikiran 1 kata : KEBETULAN. Saya tidak punya visi yang muluk-muluk, sebab semua hal telah mengalir dengan sendirinya tanpa bisa saya prediksi. Pertama kali ketemu istri saya secara kebetulan, jatuh cinta juga murni gara-gara kebetulan, ngomongin pernikahan apalagi, sangat tidak sengaja, sampai punya anak dan sukses, semuanya diatur oleh yang namanya KEBETULAN.
Q: Kok bisa seperti itu, pak?
A: Mungkin sebaiknya anda bertanya pada istri saya secara langsung. Dia lebih mengerti soal ini dibanding saya.
Pewawancara memanggil si istri masuk dan mulai mewawancarainya. Berikut petikannya.
Q: Ibu, tadi suami anda berkata secara umum bahwa yang mengatur aliran kehidupan keluarga anda sehari-hari adalah kata “KEBETULAN”. Apa benar begitu?
A: Ya, itu tepat sekali.
Q: Kenapa anda setuju dengan pendapat suami anda? Apa alasan utamanya?
A: Ya, pertama-tama saya merasa bahwa ini benar-benar sesuatu yang unik. Pengalaman yang belum tentu pernah dirasakan juga oleh sebagian besar pasutri di Indonesia, jadi saya cukup bangga akan itu. Bukan berarti kami sekeluarga tidak beriman, tapi memang KEBETULAN telah menjadi semacam penuntun hidup yang memberi tujuan hakiki untuk apa sebenarnya kami harus berkeluarga. Dan kami tinggal mengikuti tuntunan itu, just like reading a text book.
Q: Apakah anda bersama suami anda menurunkan pemahaman ini kepada anak semata wayang kalian, sebagai anggota keluarga penerus?
A: Oh ya, tentu saja. Walau ia masih kecil, tapi kemampuan berpikirnya sudah melebihi orang-orang seumurannya. Malah kalo boleh saya jujur, karunianya itu persis dengan anda.
Pewawancara makin bingung serta mulai ketakutan. Ia memanggil si anak masuk. Umurnya baru 7 tahun, tapi pembawaannya terlihat seperti orang dewasa. Berikut petikannya.
Q: Ardi, kamu kan anak yang cukup berprestasi, bagaimana kamu melihat pengaruh orang tua dalam proses keseharian dan pembentukan karaktermu?
A: Orang tua saya memang punya pengaruh, tapi mereka bukanlah yang terbesar. Saya mendapatkan pengaruh paling besar dari KEBETULAN, dan orang tua saya hanya mengulangi sembari mengingatkan betapa pentingnya peran KEBETULAN dalam kehidupan keluarga kami.
Q: Hmm.. Menarik.. Kalo boleh tahu, apa saja yang sudah kamu pelajari dari KEBETULAN?
A: KEBETULAN itu gak banyak omong, mbak. Dia cuma pernah ngajarin 1 hal selama saya kenal dengannya, yaitu bahwa saya, papa saya, serta mama saya, kebetulan jadi alter ego mbak.
END!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!