Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Selasa, 02 November 2010

Mengkhianati Matahari


Oleh: Rofianisa

Tahukah kamu, matahari menjadi saksi saat kita berjanji untuk saling mencintai sampai mati?
Kamu mungkin tidak sadar, tetapi aku selalu memperhatikan betapa matahari malu-malu menyinari jalan di samping rumahmu ketika kita keluar untuk bermain sepeda atau sekedar mengumpulkan dedaunan untuk aku ‘masak’ di ‘dapur’ kita. Hingga sepuluh tahun kemudian pun begitu, si kemuning ini kerap mengumpulkan teman-temannya para gegumpalan awan putih untuk berkumpul menutupi dirinya, sambil tetap mengintip sedikit-sedikit menyaksikan kita berfoto bersama untuk terakhir kalinya. Ia malu, sepertinya, karena kilau kasih kita melebihi silaunya. Ia malu, sepertinya, karena cinta kita (saat itu) dapat seabadi usianya.
Tapi sekarang aku malu, aku sudah tidak mampu menatapnya. Wajahnya kecewa. Ketika aku menyebrangi jembatan di jalan sudirman bersama seorang ‘kawan’ setahun setelah kau pergi ia menyengat dengan hebatnya. Marah, kukira. Katanya aku berkhianat denganmu. Katanya aku tak pantas dinaungi awan jika tanpamu.
Bagaimana dengan matahari di sana? Sepenuhnya tertutup awan kelabu dan badai yang bertalu-talu kah? Atau mengiba dengan wajah hampa? Atau mungkin ia berpura-pura ceria, mempercepat musim panas sehingga hangatnya bisa membuatmu kembali tertawa?
Apapun yang terjadi di seberang sana, nikmatilah. Lupakan yang pernah terjadi diantara kita.
Lupakan ...kita.
Maaf, Angga, batinku saat menciumi bibir seorang pria.
*
Foto berdebu seorang gadis berseragam abu-abu ia selipkan diantara tumpukan buku. Ranti tidak akan tahu. Lalu ia beranjak keluar dari apartemen yang ia sewa bersama dua teman dari Indonesia lainnya.Menepati janji kencan dengan seorang gadis yang baru ia kenal selama dua belas hari, dan pada waktu bersamaan mengkhianati janji menjaga hati untuk seorang gadis yang sepuluh tahun ia cintai.
Rachel sudah ada di sana, sangat antusias ketika melihat ia tiba. Tubuh sintal philipinanya ia peluk dengan sangat mesra. Lalu mereka berjalan bergandengan bersama.
“Kenapa matahari akhir-akhir ini panasnya gak kira-kira ya?”
Angga tak tahu apa artinya.
***

2 komentar:

  1. Idenya simpel tapi sukaaaaa deh, unik banget ceritanya. Meski nggak panjang ceritanya tapi ngena dengan tema. Ah sukaaaa deh >_<

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!