Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Kamis, 14 Oktober 2010

The Wrong Thing in The Right Time

Oleh: Dini Yahdini Nurhasanah
also posted here: http://dhynhanarun.posterous.com/the-wrong-thing-in-the-right-time

Ini tengah malam dan aku pengen makan.

Makan apa ya kira-kira?

Aku keluar kamar dan langsung berhadapan dengan kegelapan. Ku turuni tangga, sedikit meraba-raba dan tanpa bersuara sedikitpun. Pelan-pelan membuka pintu dapur. Masuk, menyalakan lampu dan aku tahu apa yang akan aku makan.

Mie Instan.

Tumpukan bungkus mie instan itu tampak berjajar rapi dibalik kaca lemari makanan. Mie instan kuah dengan rasa ayam bawang, ayam special, super pedas, mie kocok khas Bandung, soto, kari ayam, tidak lupa dengan mie gorengnya. Berbagai rasa. Lengkap.
Di tengah malam yang dingin ini, aku memilih mie kuah rasa ayam bawang. Ku siapkan panci, air galon, mangkok dan sendok. Saat sedang menunggu air mendidih, aku melihat botol saus sambal. Ku tambahkan saja pada mangkuk yang sudah terisi bumbu mie.

Mie sudah empuk. Ku tiriskan dan menyimpannya ke dalam mangkok. Ku didihkan air lagi untuk kuahnya. Aku selalu seperti ini. Karena melihat kondisi air sebelumnya yang berwarna kuning. Mamaku bilang itu pasti bahan pengawetnya.

Saat aku mau mengembalikan botol saus sambal, aku melihat plastic kecil berisi cabe rawit segar. Ku ambil beberapa tanpa pikir panjang lagi. Ku cuci, buang beberapa bagian, memotongnya kecil-kecil dan menaburkan ke mangkok yang sudah berisi mie dan bumbu lainnya.

Air sudah mendidih. Ku tuangkan ke dalam mangkok. Jadilah mie kuah rasa ayam bawang, yang sepertinya, super pedas. Saat ku aduk, kuahnya mulai memerah dan potongan cabe rawit mengitari mie berwarna kuning itu.

Mie itu ku lahap sampai tetes terakhir di kamark. Bibir bawahku merah dan agak bengkak. Kringat menetes dari kening dan perut menghangat.

Sekarang aku mengantuk.

***

Dia itu hampir sama seperti mie kuah rasa ayam bawang yang super pedas.

Mienya empuk mengeyangkan sama halnya dengan kehadiran dia yang selalu ada kapanpun aku mau.

Kuahnya menghangatkan seperti bagaimana dia menyemangatiku disaat semua hal tidak berjalan dengan apa yang aku rencanakan.

Rasa pedas dan potongan cabe rawitnya jadi bumbu-bumbu penuh kejutan di hubungan rahasia kecil ini. Menantang, beresiko tapi itulah hal yang paling menarik.

Tapi mie instan bukan makanan yang sehat untuk dikonsumsi secara rutin.

Berhubungan dengan diapun meletuskan berbagai masalah lain yang belum dapat diselesaikan.

Mie instan itu mengeyangkan tapi tidak sehat.

Dia itu menyenangkan tapi beresiko.

***

Ini tengah malam dan aku ingin dia.


Lobby FPBS, UPI
13 Oktober 2010
09.26 WIB

1 komentar:

  1. Deskripsi proses pembuatan mi instan-nya jadi bikin lapar. hehehe.
    Dan analogi bagian keduanya oke juga, sekaligus membuat pembaca bertanya-tanya, sambil mereka-reka apa yang dimaksud penulis. :)
    That's the beauty of it I guess...

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!