Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Sabtu, 23 Oktober 2010

cerpen

SATU BUTIR NASI
Oleh: Anya Yuthika
yuthikaa.tumblr.com

Satu butir nasi menempel di kerah bajumu, sementara kamu bercakap-cakap dengan semangat tanpa tahu ada 'kesalahan teknis' pada penampilanmu.

Makanan di undangan ini memang enak. Apalagi dengar-dengar, sepupu mempelai wanita dari teman kita yang menikah ini adalah pengusaha catering ternama. Jelas kan sekarang, mengapa ada sebutir nasi menempel di kerahmu? Mungkin kamu terlalu menikmati. Nasi-nasi berebutan tempat di dalam mulutmu, dan kamu yang terlalu asyik tidak sadar salah satunya tersisih dan sekarang nangkring di bajumu.

Aku geli ingin memberitahukanmu hal itu. Tapi aku malu. Hei, kamu sudah sering dengar gosip kan sejak SMA? Bahwa aku menyukaimu?

Malam itu, di undangan teman kita, bukan hanya cerita-ceritamu yang mengalihkan perhatianku. Dan juga bukan hanya wajah menawanmu yang membuat aku dag-dig-dug sejak awal kita bertemu di depan tadi. Tapi juga sebutir nasi yang mengganggu itu. Maaf ya, kehadirannya di kerah kemejamu yang berwarna putih itu memang tidak mencolok. Tapi aku terlanjur melihatnya ketika kamu bercerita tentang hobi barumu mengotak-ngatik kamera analog. Oh ya, dari kapan sih kamu senang memotret? Pake analog lagi. Kalau aku sih sebagai pemula, pasti aku memilih yang digital saja. Analog kan repot, harus hati-hati dalam membidik. Sayang kan kalau film yang sudah dibeli mahal akhirnya tercetak jadi foto jelek tanpa makna.

Tapi katamu tadi, memotret pakai analog itu menegangkan! Dengan kamera analog kita akan lebih menghargai satu film yang kita pakai untuk satu kali jepretan.

Aku tersenyum mendengar jawabanmu. Dan sebutir nasi itu masih saja ada di sana. Ia ikut mendengar ceritamu tentang kamera.

Oh iya, kamu masih suka hunting DVD? Waktu SMA kan kamu maniak.

Aku tertawa mendengar pertanyaanmu. Dan, hei, hei, kenapa kamu ikut tertawa? Ah sialan. Nasi itu lagi, nasi itu lagi. Sepertinya ia senang bisa ikut menertawakanku.

Aku menjawab pertanyaanmu. Tentu saja! Toko DVD jaman sekarang dibanding jaman kita SMA lebih banyak! Mana mungkin aku melepaskan kesempatanku untuk menjadi lebih maniak lagi?

Kamu tertawa keras mendengar leluconku. Tapi sebutir nasi itu tidak tertawa. Ia mencibir, meremehkan candaanku. Mungkin menurutnya tidak lucu. Nasi sialan!

Duuh, aku ingin sekali menunjukkan padamu kalau ada nasi di kerah bajumu. Tapi apakah itu sah? Apakah itu akan memperjelas bahwa aku suka padamu? Ya ampuuun, gimana kalau nasi itu mengering ketika kamu masih ada di undangan? Bisa-bisa kamu jadi bahan tertawaan.

Ah lebih baik aku pamit. Daripada harus mengobrol dengan kamu terus tapi nasi pengganggu itu jadi pihak ketiga. Eh, kapan kita ketemu lagi? Mungkin kamu bisa sharing kamera analog denganku? Atau kamu mau pinjam koleksi DVD-ku?

Kamu tertawa. Kapan-kapan, ya! Kalau ada waktu aku hubungi saja lewat Facebook, gimana?

Aku bersyukur malam ini dipertemukan kembali dengan kamu. Aaah, andai saja kamu tahu apa yang aku pikirkan.

Lalu aku pamit padamu. Namun baru saja aku mengambil satu langkah untuk meninggalkanmu, kamu memanggilku lagi.

"Eh, itu ada nasi tuh di kerah baju kamu! Hahahaha!"

3 komentar:

  1. ceritanya lucu deh...^^
    bisa-bisanya sebutir nasi nempel di kerah baju...

    BalasHapus
  2. hha,,bodor..
    hanya dengan satu butir nasi bisa cukup mengganggu obrolan kita dengan sekilan kita ya..hha

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!