Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 02 November 2011

Dia Menertawakanku

oleh; @faizalegi

Dengan mendongakkan dagu aku datangi rumah itu, rumah dimana 2 bulan ini aku mendapatkan ribuan cambukan, ratusan tusukan, dan jutaan siksaan yang lain. Mungkin seharusnya aku sudah mati dengan menerima semua itu, tapi entah mengapa aku masih berdiri disini, di dunia ini, dan tetap merasakan sakit duniawi. Ku busungkan dadaku, ku dongakkan kepalaku, dan ku hirup sebanyak mungkin oksigen untuk mendukungku sebelum aku melangkahkan kaki ke rumah itu. Aku yakin, kali ini aku kuat, aku tidak akan tersakiti dengan apapun yang bersemayam di dalam rumah itu. IYA! AKU YAKIN TENTANG INI! TIDAK ADA SESUATU ATAU SEORANGPUN YANG DAPAT MENYAKITIKU! TIDAK LAGI SEKARANG!



Kulangkahkan kaki di pelatarannya, aku tersenyum, pelataran gersang yang hanya terhampar bara panas ini tak lagi menyakitiku meskipun kaki telanjangku berpijak padanya. Perkiraanku benar, aku sekarang kuat! Kuhampiri satu - satunya pintu untuk memasuki rumah itu. Pintu berwarna merah darah, pintu yang sebelumnya setiap aku melihatnya air mataku otomatis langsung menetes. Tapi kali ini beda, mataku tetap kering. Aku semakin yakin bahwa aku benar - benar kuat untuk menghadapinya! Kumantapkan hati dan kupegang pegangan pintu itu, kuputar, kemudian kudorong perlahan ke dalam.



Sesuatu berhembus dari dalam, bukan angin! Aku tau pasti ini bukan angin, ini kebalikan dari angin. Jika angin membelai dengan kesegarannya, maka hal ini menawarkan kesengsaraan, kesengsaraan yang menyentuh setiap mili dari apapun yang dilewatinya. Aku kehabisan nafas, dadaku sesak, oksigen yang tadi kusimpan sebanyak mungkin dalam rongga paru - paruku mendadak lenyap. Kakilu lemas, setiap tulang di tubuhku seperti dicabut secara paksa. Otakku ngilu serasa diremas - remas dan dicabik - cabik tangan raksasa. Entah malaikat atau iblis mana yang tega melakukan ini padaku. Sakiiiitttttttttttttttt...!!!!!



Aku tersungkur tak berdaya, perlahan tubuhku terseret ke dalam rumah itu. Tubuhku bergesekan dengan lantainya yang terbuat dari berbagai bentuk dan ukuran pecahan kaca."Selesai...", pikirku. Sekali lagi aku terperangkap di dalam rumah ini. Seperti yang lalu, aku disambut dengan teriakan dan cemoohan orang - orang yang lebih kuat dariku, lebih kuat sehingga mampu mengalahkan perasaannya dan sanggup membunuh apa yang disebut "CINTA".



Lalu, dari kerumunan itu seseorang mendekat padaku. Seseorang dengan wajah bersinar yang menyiratkan betapa bahagianya dia sekarang, kemudian dia berkata padaku "Lihatlah padaku, aku meninggalkanmu jauh di belakangku. Kamu tidak pernah berhasil menyamai langkahku dalam hal apapun, KARENA KAMU LEMAH!". Lalu dia kembali ke dalam kerumunan itu dan tertawa bersama mereka. Sakit rasanya dikatai seperti itu, terlebih jika yang mengucapkannya adalah orang yang 5 tahun belakangan hidup bersamaku di dalam rumah ini sebelum rumah ini berubah seperti sekarang, seseorang yang karena dia aku rela menjadi lemah dan bodoh.

3 komentar:

  1. Nice!! Dapet banget penggambaran rasa sakitnya. Aplagi sumber rasa sakitnya dijelaskan gamblang.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!