Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 02 November 2011

Kanker

Oleh: @misusatriyo
misusatriyo.blogspot.com
misusatriyo.tumblr.com





Aku terbangun di tengah derasnya hujan yang menerpa wajahku. Terdengar sayup suara anak - anak yang kegirangan. Aku berusaha memusatkan pendengaranku pada mereka. Kudengar dentingan piano mengalun merdu di kejauhan. Terkadang lembut, namun sesekali menghentak kencang. Sungguh indah.



Aku mencoba berdiri dan berjalan menyusuri jalan setapak di halaman. Tanganku membeku dan kaku. Tubuhku terasa remuk. Langkah kakiku sangat sulit kukendalikan. Aku terus berjalan dipayungi langit berbintang yang teduh. Kulihat kedua anak laki - laki itu sedang bermain hujan. Wajah mereka terlihat sangat riang. Aku ingin sekali ikut bermain, namun wajahku tak segirang mereka. Sebaiknya aku urungkan saja niatanku itu. Aku tidak mau menghancurkan kesenangan mereka berdua. Aku berjalan melewati mereka.



Aku sampai tak jauh dari sebuah rumah tua yang terlihat sangat cantik. Alunan musik terdengar semakin jelas. Nada - nada penuh irama mengalun di kepalaku. Aku terus berjalan menuju rumah tua itu. Pintunya sedikit terbuka. Gelap. Kemudian aku melangkah masuk. Kali ini sudah tak kehujanan lagi.



Aku terus berjalan dituntun alunan piano. Di depanku terlihat sebuah pintu. Disana terdapat cahaya merembes keluar dari celah – celah pintu. Remang. Aku memberanikan diri untuk membuka pintu. Sampailah aku pada seorang gadis kecil yang sangat manis. Sang pemain piano. Gadis itupun terus memainkan pianonya tanpa menghiraukan aku. Sungguh pemandangan yang sangat indah. seperti malaikat kecil yang bersinar. Akhirnya aku dapat tersenyum kembali.



Di sini terasa sangat hangat. Tubuhku sudah tidak kaku lagi. Dan gadis itupun terus memainkan pianonya. Sangat merdu. Terkadang nadanya menjadi sangat tinggi dan beberapa saat kemudian kembali merendah dalam sekejap. Sesekali gadis itu menengadahkan kepalanya ke atas, seakan berbicara dengan Tuhan. Aku duduk disebelah gadis itu. Namun perhatiannya terus tertuju pada jari jemari lentiknya, memainkan nada - nada surga.



Aku melihat ke altar di balik pianonya. Terlihat foto seseorang yang dibingkai amat sangat indah. Dikelilingi bunga - bunga yang berwarna - warni. Diterangi cahaya lilin remang - remang, aku mengenali foto orang itu. Tidak salah lagi, itu aku. Siapa anak ini? Dimana aku? Dan kulihat di bawah fotoku itu terdapat karangan bunga yang membentuk sebuah kalimat. aku dapat membacanya dengan sangat jelas:



"Istirahatlah dengan tenang, ayah."

1 komentar:

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!