Oleh : Hana Arintya
Setiap orang memiliki “sakit jiwa” di dalam dirinya. Mungkin ‘sakit’ itu sedang tertidur tanpa pernah kau tau kapan ‘sakit’ itu akan terbangun tanpa pernah kau harapkan.
Di sebuah rumah, tempat yang seharusnya begitu damai begitu ramah. Tapi, bagaimana kalau ternyata rumah itu tak demikian? Masih pantaskah kata “rumah” itu disandarkan dengan tempat itu.
Jadi sebutan apakah yang pantas diberikan untuk sebuah tempat, dimana disitu terdapat seorang pria tampaknya 25-an yang memperlakukan istrinya dengan sesuka hatinya, seakan-akan hanya sisi “iblis” yang dia sisakan untuk wanita yang pernah ia perlakukan selayaknya “ ratu” dalam singgasana hatinya. Sepertinya dia telah menemukan “selir” yang jauh lebih menarik daripada “ratunya”. Tetapi, mungkin juga ini karena pengaruh “kawan barunya” sebuah minuman yang seharusnya tak pernah ia kenal. Namun, ini juga tak akan pernah terjadi bila dia tak pernah tersakiti dengan pengkhianatan dari teman terbaiknya. Setelah puas bertindak sesuka hatinya, Pria tersebut pergi lagi dari tempat tersebut entah kemana. Sang Istri hanya bisa menangis menahan pedih dan segala bentuk rasa sakit yang hanya bisa dia lampiaskan lewat suara tangisan. Sang anak sesosok anak perempuan mungil hanya bisa ikut dibuat menangis.
Laki-laki itu sejak saat itu sudah sebulan lebih tak pernah muncul lagi, Sosok sang Ibu itu masih tidak habis pikir entah kesalahan apa yang barangkali ada dalam dirinya sehingga dia harus begini? Padahal dia baru saja berpikir ingin memulai hidup baru. Maka kembalilah dia ke dalam kehidupan lamanya berkenalan dengan rokok dan alkohol dengan harapan sebagai pelarian dari sakit hatinya. Tapi, siapa sangka kalau sakit hati itu telah merambah menjadi “sakit jiwa” ketika dia dengan tega menyakiti putri semata wayangnya dengan menyudutkan rokok pada sosok anak kecil tersebut.
Beberapa minggu kemudian, akhirnya anak tersebut diputuskan agar diadopsi saja oleh orang lain ketika ada kunjungan ke tiap-tiap rumah. Anak kecil tersebut saat ditemukan kondisinya sungguh memprihatinkan. Sepertinya karena tekanan rasa sakit baik secara fisik maupun psikis yang dialaminya. Di keluarga barunya ia sungguh beruntung, keluarga barunya tergolong dalam hal mendalami agama sungguh terlihat jauh lebih lumayan daripada keluarga sebelumnya. Hmm, tapi seenak apapun ditempat orang lain seenggak enak-nggak enaknya ato sesakit apapun itu di rumah sendiri sungguh hal yang rasanya Si anak perempuan itu rindukan.
Dan disetiap malam, di setiap waktunya “Tuhan, tolonglah mama. Tolong selamatkan mama. Tuhan tolonglah papa. Tuhan tolong selamatkan mereka. Sembuhkan rasa sakit mereka. Aku percaya padamu Kaulah pemegang kunci kesembuhan mereka. Terima kasih Tuhan”
Dan Tuhan menjawabnya doa seseorang yang teraniaya, Walaupun tidak seketika tetapi bila memang sudah waktunya Tuhan pasti kan mewujudkannya. Mama asli gadis tersebut saat itu terketuk untuk ikut pengajian. Papa dari gadis tersebut mulai lebih bisa menyetabilkan emosinya yang sebelumnya labil dia telah kembali ke jalan yang seharusnya dia kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!