Oleh Pramesti Laksmi Haksari (@estipilami)
Aku merasakan dekapan hangat dari arah belakang. Kedua tangannya perlahan meraba bagian pinggang, kemudian memeluk erat sebagian ragaku. Wangi parfumnya... aku merindukan itu.
"Garry.." Kedua mata yang terpejam menikmati, seketika terbuka secara tiba-tiba. Pelukan itu merenggang. Aku tercengang. Tanpa menoleh, aku berlari sekencang-kencangnya, hingga angin saja tak mampu mendahului.
Nafasku terengah-engah. Aku telah sampai.
Disini namanya berdiri tegak, layaknya sajak-sajak tanpa lelah saling bergenggaman.
"Ini sudah hampir tahun yang ketiga, dan aku masih belum bisa." Suaraku tenggelam dalam isak tangis.
Ku raba nisan itu perlahan, halus, dengan janji tidak akan menyakitkan.
Garry Bintoro, 15 April 1991- 17 April 2009.
Judul:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!