Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Sabtu, 03 Desember 2011

Hey, Kamu...

Oleh: @meiizt


Hey, kamu yang duduk di sana, tetaplah diam, jangan beranjak. Boleh kamu bergerak-gerak, tapi kumohon jangan tinggalkan ruang kosong di bangku itu. Jangan tinggalkan ruang kosong di hatiku… .

Hey, kamu yang tengah membaca buku bersampul merah dan biru, tetaplah membaca, aku menyukai bola matamu yang bergerak sepanjang garis kata, terpikat dalam dunia si penulis yang entah siapa. Aku mengikuti tiap gerakmu membalik halaman, masuk ke dunia itu lebih dalam. Dan aku mencermati tiap ekspresimu, lengkung bibirmu, kerutan di dahimu ataupun matamu yang menyipit, mungkin ketika dunia itu terlalu menyenangkan atau membuatmu heran.

Hey, kamu yang sedang bercengkerama dengan teman sebayamu, tetaplah tertawa, karena mendung enggan mendekat ketika tawamu mulai merebak. Aku berdebar menunggu tiap derai tawamu, nada riang yang keluar dari bibir merahmu dan percakapan-percakapan renyah dengan kawan sepermainanmu. Aku merekam tiap denting nada yang kauceritakan, menjadi lagu dalam pita-pita otakku. Menjadi candu.

Hey, kamu yang dengan merdu menyenandungkan lagu, tahukah kamu bahwa aku cemburu? Aku tahu untuk siapa kamu mengharmonisasi irama, untuk pemuda yang telah mencuri hatimu. Pemuda yang sering kauperhatikan dari jauh, seperti halnya aku yang selalu mengagumimu dari ujung sini. Telah puluhan sketsa kubuat, bergambar dirimu. Telah berbagai mimik gerakmu kurekam di atas kertas, tiap kali kamu duduk di bangku kayu itu. Kamu, telah seberapa penuh perasaanmu pada pemuda itu? Tak sudikah kau menengokku sebentar saja?

Hey, kamu yang bahkan tak mampu kupanggil namamu. Bukan, bukan karena aku tak mau, aku hanya tak tahu. Aku hanya menyebutmu dengan “Kamu”, kamu adalah kamu. Kulihat hari ini kamu disambangi mendung. Awan gelap menggayut di matamu, kabut merayapi wajahmu. Mungkin sebentar lagi hujan akan merasuki matamu. Sedihmu, adalah sedihku. Sedihmu adalah sebab aku.

Hey, kamu yang tengah bersalah karena mencuri hatiku dan tak menyadarinya, salahkah aku yang menyalahkanmu? Tidak, tidak, aku tak menyalahkanmu. Aku menyalahkan dia yang telah mencuri hatimu, yang tak menyadari bahwa keberadaannya telah membuatmu meninggalkan ruang kosong di hatiku. Telah kukirim dia ke langit, pemuda yang bersalah itu, dan kuabadikan darahnya pada sketsa wajahmu di dinding kamarku. Jangan bersedih, kelak kau mungkin berkesempatan melihatnya sendiri.

Hey, kamu yang duduk di sana, tetaplah diam, jangan beranjak. Boleh kamu bersedih, tapi kumohon jangan tinggalkan ruang kosong di bangku itu. Jangan tinggalkan ruang kosong di hatiku, karena hari ini aku akan beranjak mendekatimu, dan menawarkan padamu sepotong cinta yang membara. Kalau kau tampik, mungkin aku terpaksa meminta izin menggunakan darahmu untuk melukis sketsa wajahku di dinding kamarku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!