Oleh: Astari Indahingtyas (@astarindah)
astarindah.tumblr.com
Beberapa orang mengakhiri kisahnya dengan tanda titik.
Kemudian berharap akan sebuah awal yang cantik.
Benarkah semudah itu semua berakhir?
Apakah aku dan kamu hanya dua buah kalimat?
Kalimat tunggal yang utuh dan sendiri pun sudah bermakna?
Andaikan kita memang sebuah kalimat tunggal,
Tak pernahkah kamu berharap kelak kita menjadi kalimat majemuk sekali lagi?
Satu per satu kata kurangkai,
Tak jarang kuulang,
Agar kalimatku terbaca indah olehmu.
Saat pertama aku membaca kamu,
Aku menangkap makna tersirat.
Yang cukup membuatku terjerat
Karena ada secercah harap untuk kisah baru tentang kamu dan aku.
Tak sedikit penulis yang berhenti di tengah
Berpikir mengenai kelanjutan kisahnya
Dimana pasti selalu ada konflik,
Namun ia tak pernah menyerah.
Tapi sepertinya itu bukan kamu.
Kamu memilih untuk menyudahi kalimat demi kalimat yang sudah kita tulis bersama
Hanya karena satu kata, yaitu AGAMA.
Bagimu penyelesaiannya hanyalah sebuah tanda titik pada hubungan kita.
Sakit kurasa saat semua ini berakhir,
Aku berharap kita bersama dapat menulis sebuah cerita.
Cerita dengan akhir bahagia
Sampai maut yang memisahkan kita.
Namun aku tak akan berhenti pada titik
Karena aku tahu, aku selalu bisa menulis kalimat baru.
Walau tanpa kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!