Oleh Reynaldo Siahaan (@reynaldosiahaan)
Namanya Doni. Mahasiswa tingkat akhir yang masih sering berkeliaran di kampus karena masih menyisakan banyak kredit untuk mencapai kelulusan. Salah satunya adalah mata kuliah filsafat, mata kuliah yang biasanya hanya diambil oleh mahasiswa baru. Mata kuliah ini sangat tidak disukai oleh Doni. Satu-satunya yang membuat dia berminat karena keberadaan si mahasiswi baru, Tia.
“Hai, nama gue Doni. Kita sekelas di kelas filsafat. Boleh kenalan?”
“Ah, tidak tidak. Terlalu frontal.”
“Hai, sepertinya kita pernah ketemu di kelas mana gitu. Dimana ya?”
“Apaan sih. Kenapa gue malah nanya nanya kelas? Mikir mikir.”
“Hai. Sori, kemarin pulpennya ketinggalan di bangku. Ini saya kembalikan. Boleh tahu namanya?”
“Yaelah, dia kan ga pernah ngeluarin pulpen di kelas. Ketauan banget bohongnya.”
“Hai. Gue Doni. Lu siapa?”
“Nah gue siapa nanya-nanya begini ama dia. Aaarrgghh, goblok amat gue.”
“Hai. Gue Doni. Senior di sini. Kalau butuh apa-apa, call gue aja ya.”
“Gile aja. Kok gue terkesan seperti preman kampus.”
Lima belas menit berlalu, Doni masih berada di depan kamar kecil menunggu saatnya bisa berpapasan dengan Tia saat keluar. Doni berencana untuk berkenalan dengan Tia. Beberapa saat kemudian, Tia keluar bersama teman-temannya. Doni tersentak dari tempat duduknya dan segera menyampaikan salamnya.
“Hai, gue Do*… .. … ,” ucapan Doni terhenti.
“Halo.” balas Tia dengan sekilas melirik Doni kemudian lanjut berjalan.
Lima belas menit menunggu dan berlatih. Tia bahkan tidak menghiraukannya.
Doni yang masih berada di depan kamar kecil memperlihatkan wajah yang saya sebagai penulis cerita susah mendeskripsikannya. Dua orang teman Doni yang kebetulan lewat segera mendekatinya.
“Napa lu don?” tanya seorang dari mereka.
Sesaat kemudian, Doni berdiri tegak.
“Gilee.. Dia bilang HALO ke gue.” ucap Doni sambil tersenyum simpul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!