Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Sabtu, 08 Oktober 2011

Monokromatik

Oleh: misusatriyo


Buku itu berjudul 'Monokromatik'.
Terpapar jelas pada sampul buku tersebut, lengkap dengan tampilan bernuansa hitam dan putih.

Jelas hal itu sungguh menarik perhatianku, seolah menggelitik jemariku untuk membuka halaman demi halaman pada buku itu.
Segera kuraih buku misterius tersebut dari atas meja, kemudian mencari tempat yang nyaman untuk mulai membacanya.

'Monokromatik'. Tanpa nama pengarang. "Buku yang aneh" Pikirku.
Aku sudah tidak sabar lagi untuk membaca isi buku itu.
Dengan semangat, aku membuka halaman pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.

Buku itu mengisahkan tentang seorang pria yang sedang tetsesat di tengah kebingungan.
Entah apa yang sedang terjadi padanya, bahkan ia sendiri tidak tahu sedikitpun mengenai situasi yang sedang ia alami.
Pria dalam cerita itu sedang berada di sebuah ruangan bernuansa serba hitam putih. Kemudian pria itu mulai mempertanyakan banyak hal. Dimulai dari sebuah pertanyaan sederhana yang menyadarkannya bahwa ada sesuatu yang salah sedang terjadi.

"Siapa aku?"
Pertanyaan itu diikuti oleh sederetan pertanyaan - pertanyaan lainnya yang semakin membuatnya takut dan bingung.
"Dimana aku?"
"Mengapa aku disini?"
"Bagaimana aku bisa sampai disini?"
"Hari apa ini? Tanggal berapa? Jam berapa?!"
Dan terlintaslah sebuah pertanyaan yang paling mengerikan baginya: "aku ini apa?"

Dia berpikir. Setidaknya ia berusaha untuk berpikir. Berpikir logis. Rasional. Namun apa daya, seolah - olah ia memang batu dilahirkan disana pada saat itu juga. Ia pun panik. Sangat panik.

Ditengah kepanikannya, ia mendengar sebuah suara aneh yang memecah keheningan di dalam ruangan. Suara - suara gesekan kertas. Seperti seseorang sedang membolak - balik halaman buku. Namun ia tidak berhasil menemukan sumber suara tersebut. Dan seketika suara itu berhenti diakhiri oleh suara dentuman. "Sepertinya 'orang itu' sudah menutup bukunya." Begitu pikirnya.

Sejenak ia melupakan kebingungan dan kepanikannya. Ia melihat sebuah buku yang tergeletak di atas meja. Entah mengapa buku itu terlihat amat sangat menarik baginya. Buku itu berjudul 'Monokromatik'.
Terpapar jelas pada sampul buku tersebut, lengkap dengan tampilan bernuansa hitam dan putih.

Jelas hal itu sungguh menarik perhatiannya, seolah menggelitik jemarinya untuk membuka halaman demi halaman pada buku itu.
Segera ia raih buku misterius tersebut dari atas meja, kemudian mencari tempat yang nyaman untuk mulai membacanya.

'Monokromatik'. Tanpa nama pengarang. "Buku yang aneh" Pikirnya.
Dia sudah tidak sabar lagi untuk membaca isi buku itu.
Dengan semangat, dia membuka halaman pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.

"Hei! Apa - apaan ini?!" Aku segera tersadar bahwa ada yang aneh dengan cerita dalam buku itu. Bagaimana mungkin buku itu bisa menceritakan hal yang persis sekarang sedang kulakukan?

Namun kemudian, aku berusaha mengingat apa yang sebenarnya sedang kulakukan disini. Hmm.. Tunggu dulu, dimana aku? Tempat apa ini? Mengapa aku ada disini?? Apa yang sebenarnya sedang terjadi?!?

Aku menangis. Entah apa alasannya, aku hanya menangis begitu saja. Terlintas di benakku bahwa aku hanyalah sekedar tokoh dalam sebuah cerita. Dan sekarang ada seseorang yang sedang membaca ceritaku.

Aku ini siapa??

5 komentar:

  1. Hmm.... cara penulisannya bagus yah.. mengalir ceritanya. tapi klo boleh kasih komentar, tulisan ini lebih bercerita tentang buku yang berjudul monokromatik dan si "Aku" itu ya. saya masih belum dapat garis merah cerita yang menghubungkan dengan tema "TEMA" di tulisan ini. tapi secara keseluruhan tulisan ini udah bagus, mungkin bisa berlanjut jadi novel? hehe

    BalasHapus
  2. Saya juga sempat bingung ketika tema yang harus disampaikan adalah 'Tema'. Menurut saya tema adalah sebuah benang merah tersirat yang akan disampaikan. Biasanya, kita lah yang membaca sebuah tema tersirat, namun disini saya berusaha untuk mengubah sudut pandang bahwa tema tersirat tersebut adalah sebuah 'tema' lainnya yang pada akhirnya menciptakan sebuah ilusi ruang paradoks tanpa akhir.

    Tapi semua balik lagi pada interpretasi masing2 pembaca :P

    Btw, terima kasih lho komentarnya :)

    BalasHapus
  3. bagus su. awalnya saya mikir kalo saya deja vu.

    BalasHapus
  4. Tema di dalam temanya adalah kebingungan. Dan efeknya mungkin membuat bingung juga :D

    BalasHapus
  5. wah misu jago nulis yah ternyata hehe nice sob! ;)
    gue masih newbie hihi mohon panduannya yaa :D

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!