Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Jumat, 14 Oktober 2011

Ku Masukkan “Agamaku adalah Cinta” dalam kamus Hidupku

Oleh: @maunentia


“Aku ingin, bila nanti ada orang yang bertanya pada ku, apa agamaku?? Aku bisa menjawab : agamaku adalah cinta, dan aku ingin memasukkan itu dalam kamus hidupku.”

------------*****

Tepatnya aku tak ingat lagi sudah berapa jam, sudah berapa kilometer, waktu yang kuhabiskan bersamanya, di sini, didalam mobil mu yang berderum lembut menyusuri jalan-jalan Jakarta… dan akhirnya aku menyadari bahwa yang kita lakukan ini hanya akan menghabiskan bensin… betapa, sudah berapa jam ku lalui, sudah berapa kilo meter ku tempuh di dalam mobil ini hanya untuk duduk, diam mengamatimu yang duduk manis di sebelahku, memegang kemudi mobil, dan kau hanya diam…

Aku diam, kamu diam….

-----------*****

Kita selalu seperti ini, berlari dengan mobil menyusuri jalanan Jakarta berjam-jam lamanya… dan selama lima tahun terakhir ini, masalah kita selalu sama, aku adalah wanita dengan Jilbab di kepalaku dan kamu adalah lelaki dengan kalung salib di lehermu…

Mungkin dulu hanya ada kau dan aku, tapi lewat sebuah senyuman, kemudian kau dan aku menjelma menjadi kita…

kita tertawa dan mencoba berbagi asa, saling memandang dan berbagi perasaan nyaman…. beberapa keadaan mengikat kaki kita untuk melangkah di jalan yang sama, dan ketika setelah beberapa waktu berlalu, kita masing-masing benar-benar menjerat diri kita satu sama lain…

aku tak bisa pergi darimu, kau tak mau pergi dariku… namun tetap saja kita tak kan pernah menjadi sepasang kekasih…

kita saling mencintai, namun kita bertahan untuk tidak saling memiliki….

------------*****

Lima tahun bukan waktu yang singkat, dan kita tetap menjadi kita yang saling mencintai, namun bertahan untuk tidak saling memiliki…

-----------*****

Kembali lagi pada malam itu dan di mobil itu, entah sudah berapa jam berlalu sejak kau menjemputku di tempat kontrakanku, memaksaku masuk ke mobilmu, dan menemaniku menyusuri jalan Jakarta yang telah sepi di tengah malam, kau hanya berkata tentang Ibu mu yang ingin kau menikah. Pastinya bukan dengan aku. Kemudian kau diam, diam sepanjang jalan. Aku juga diam, namun otakku berfikir keras, bagaimana, mengapa, apa yang harus ku lakukan.

----------*****

Di Jalan MH. Thamrin, jalan yang mungkin sudah kita lewati lebih dari 3 kali malam ini, di depan Sarinah, tiba-tiba kau menginjak rem, dan mobil berdecit kencang, aku terbangun dari lamunanku, kemudian menengok jam di tangan ku 02.45 am. Kau hentikan mobil mu dan kemudian menoleh melihatku…

Dan kau menutup kebisuan malam itu dengan berkata :

“Aku ingin, bila nanti ada orang yang bertanya pada ku, apa agamaku?? Aku bisa menjawab : agamaku adalah cinta, dan aku ingin memasukkan itu dalam kamus hidupku.”

Aku tertegun, aku tersenyum, kemudian tak terasa ku rasakan air membanjiri mataku, terasa panas meleleh di pipi ku… sesaat kemudian aku sudah menangis dengan gilanya… suara tangisanku memenuhi keheningan malam di dalam mobil itu… dan kau merengkuh kepalaku, aku membanjiri bahumu dengan air mataku…

“… Tuhan memang satu, kita yang tak sama….”

1 komentar:

  1. Cukup berani karena menyinggung tema Ketuhanan. Tidak ada masalah berarti dengan teknik penulisan sejauh ini, kecuali 'didalam' yang seharusnya dituliskan 'di dalam'. Tapi memang tidak ada masalah :)


    @maunentia silahkan berikan komentar di tulisan sebelah karya Khairunnisa Putri, ya :)

    Hidupkan #rantaikomentar :)

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!