oleh @andinandyn
.
Seribu Rupiah adalah harga yang harus saya bayar untuk membeli dua bungkus kecil permen-empuk-kenyel-bentuknya-beruang kesukaan saya. Seribu Rupiah adalah jumlah paling besar yang kamu berikan untuk pengemis yang membuat kamu entah iba atau jengkel di jalanan.
Seribu orang mungkin adalah pengangguran baru yang memakai kebaya-rias tebal-toga-bawa bunga saat wisuda kampus saya. Seribu orang juga adalah paling sedikit saingan kamu saat mengikuti tes BUMN yang sedang giat-giatnya promosi BBM Non-Subsidi.
Seribu bunga mawar mungkin membuat kamu bangkrut tapi bisa membuat saya meleleh, menitikan air mata dan menyeret kamu ke KUA saat itu juga. Seribu buah coklat mungkin membuat kamu terlihat gila saat membelinya tapi membuat saya lebih gila lagi dengan bingung memakannya, bingung habis makan harus fitness dimana dan membuat migrain kepala saya.
Seribu buah boneka Teddy Bear ukuran besar buatan luar negeri mungkin akan membuat kamu kehilangan satu per berapa bagian harta warisan kamu tapi itu cukup membuat saya kaya dengan menjual kembali boneka itu dengan laba masing-masing dua puluh persen. Seribu buah buku cerita yang kamu beli di toku buku dengan tagline selalu diskon itu mungkin membuat kamu harus bekerja keras selama berapa tahun tanpa penghasilan tapi jika saya cukup bijak saya bisa membuat satu perpustakaan komersil yang dari hasil keuntungannya bisa saya buat kembali beberapa perpustakaan kecil di daerah-daerah terpencil.
Cukup.
Kamu tahu?
Itu sama sekali tidak penting. Saya seribu kali tidak perlu semua yang disebutkan tadi.
Kamu. Iya kamu.
Cukup dengan satu cinta dari kamu saya bisa memberikan balasan seribu cinta. Seribu perasaan. Seribu pengertian. Seribu perhatian dan seribu doa dengan nama kamu di dalamnya. Selama seribu malam saya menyimpan perasaan untuk kamu. Kamu tidak pernah sadar. Belum sekalipun saya menyatakan cinta tapi rasanya sudah seribu kali saya ditolak oleh kamu. Mungkin ini adalah saatnya saya harus Move On.
Kamu tidak harus merasa bertanggung jawab kalau saya beli seribu es krim di mini market yang warnanya merah-putih-biru yang saingan tapi lokasinya sebelahan itu gara-gara patah hati. Bukan kamu yang salah kok. Seribu rius deh. Salah saya, yang harusnya seribu kali berpikir lebih dalam buat suka sama kamu.
Hmmmmm..
Penawaran terakhir dari saya.
Satu cinta dari kamu, seribu rayu dari saya. Mau?
'Seribu'nya tuh kerasa banget di dalam cerita :D Ketika membaca cerita ini, entah kenapa rasanya kok ironis yaa? :D Hehe
BalasHapusDari segi penceritaan sih oke, hanya ada beberapa kalimat yang agak janggal. Kayak di paragraf dua, kelimat kedua. "Seribu orang juga adalah paling sedikit..." kayaknya lebih enak kalau "Seribu orang setidaknya paling sedikit saingan kamu.." :D
Tapi overall bagus kok, suka deh sama makna ceritanya <3
tengkyuuu, semoga saya bisa jadi lebih baik lagi yah :))
BalasHapusmau komen tentang kalimat yang tentang beli es krim nih, menurut saya agak membingungkan.Yang saingan tuh siapa sama siapa ya?
BalasHapusTapi overall mantap!! Suka banget sama alur nya, enak banget bacanya.
Trus karakter tokohnya juga konsisten (dari awal sampai akhir pemikiran si tokoh terus-terusan menggelitik pembaca -saya-) :)
-Risa-