Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 12 Oktober 2011

Kuselipkan Seribu Rupiah di Bawah Pintumu #3


Oleh Gabby Laupa (@GabbyLaupa)

Kuselipkan seribu di bawah pintumu, ketika senja jatuh perlahan dalam jangkauan pandang. Seribu itu tak berarti untuk orang lain, tapi sangat berarti untukku dan untukmu—untuk kita. Tidak terlihat seberkas cahayapun dari kamarmu. Entah kamu yang tidur atau memang menyendiri dalam kegelapan seperti biasa. Seribu itu kuselipkan, untukmu.
Teringat percakapan siang hari yang lalu. Seribu itu menjadi masalah. Hanya candaan yang berujung murka. Seandainya tidak kupermasalahkan seribu itu, mungkin aku tidak akan berada di depan pintumu mematung seperti ini.
“Cintaku padamu seperti seribu rupiah ini,” ujarmu waktu itu. Aku mengernyit terdiam. Bisu tak bisa berkata. “Iya seribu ini, lihat deh baik-baik,” terangnya lagi padaku. Maksudnya belum kuterima, intinya belum kutangkap. Kuperhatikan serbu rupiah yang ada di tangannya. Kumal dan lecek, ujungnya sedikit sobek dan ada coretan nomor telepon di bagian yang seharusnya berwarna putih gading.
“Cinta kamu ke aku berarti kumal dan lecek? Atau aku bisa dibeli dengan seribu rupiah?” balasku sekenanya. Giliran wajahnya yang mengernyit heran. Mata elangnya menatapku nanar.
“Ah udah deh, padahal biasanya kamu yang sok-sok puitis romantis. Giliran aku yang sok-sok puitis malah kamunya kayak gini,” balasnya—sekenanya juga. Aku kaget. Dan yang kutahu setelah itu acara jalan-jalan kita gagal. Tidak ada kecupan perpisahan ketika kamu mengantarku pulang.
Aku berpikir keras sambil melihat selembar seribuan seharian ini. Menelitinya hingga ke detail terkecil. Melihat nomor seri yang tercantum, berusaha menyingkap misteri yang ada dalam si seribu ini. Hingga akhirnya aku tersadar akan sesuatu.
Satu juta tidak akan menjadi satu juta jika tidak ada seribu. Satu milyar juga. Uang seribu ini yang paling banyak dipegang oleh orang—lihat bentuknya yang kumal dan lecek. Seribu ini terkesan sepele, tapi bermakna. Mungkin itu maksudmu padaku kemarin.
Dan aku berakhir disini, masih menebak-nebak sebetulnya makna dari seribu rupiah kumal ini. Tapi satu yang aku yakin, cintaku padamu seribu kali lebih besar daripada cinta Brisseis kepada Achilles ataupun Kate Middleton kepada Pangeran William.

2 komentar:

  1. ini tulisannya berseri yah? sama dua yang lainnya? kalau tokohnya ada 3 masing" org d kejadian yg sama tp tiap tokoh nyeritain sudut pandang msing" kynya lbh bagus hehehehe
    soalnya kalau judulnya sama ada tulisan serinya lagi tapi ceritanya beda jadi ky ad yg kurang gtu..

    ceritanya simpel sih tp kalau kata saya kurang ada klimaks atau kejutannya, soalnya kalau gara" uang seribu pacarnya ngambek kaya di paragraf 5, rasanya kaya kurang real

    just my opinion. masih sama" belajar hehehe, keep writing :))

    BalasHapus
  2. Sebetulnya ada sejarah panjang tentang cerita ini, kenapa judulnya seperti itu dan kenapa kok beda-beda. Hehehe, ceritain aja deh. Jadi tulisannya tuh udah dibikin lama sebelum tema, kebetulan temanya 'Seribu' jadinya dipikir-pikir lagi, masukin aja deh gitu. Sebelum dimasukin ke WS, kita bertiga (penulisnya) bikin tantangan : Bikin cerita yang hanya sepanjang layar laptop dengan tema "Kuselipkan Seribu Rupiah di Bawah Pintumu" gituuu :D Kenapa harus kata-kata itu? Panjang ceritanya hehehe (uhukkalomauuhukbacatumblrsayaajauhuk) jadi kita bikin deh tantangan itu, ceritanya hanya sepanjang layar laptop, jadi emang gak ada pengembangan lain dan gak bisa dikemana-manain :D


    Makasih ya komennya, bikin cerita ini cuma sekitar 10 menitan, karena saya lupa dan telat bikin dibanding teman-teman saya yang lain :D hehe.

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!