Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 15 September 2010

Aku rindu (ke) rumahmu, Eyang..

Oleh: Mbak Dan
http://cinnamome37.blogspot.com/2010/09/aku-rindu-ke-rumahmu-eyang.html

Perjalanan kala lebaran adalah perjalanan menuju dua rumah ke arah timur, dua kali perjalanan  tujuh delapan jam dengan mobil. Supaya lebih mudah, tidak pernah kami ke sana dengan kendaraan lain, karena setelah dari rumah Eyang dari ibuku di Semarang, kami melanjutkan perjalanan ke Malang, ke saudara dari bapak.

Selama tujuh jam itu bapak menyetir, sendiri, membawa keluarganya pulang. Mobil berbahan bakar bensin, sementara bapak mengendarai mobil berbahan bakar rindu akan kampung halaman. Rindu ibu bapak membawa kami  ke tempat di mana mereka meninggalkan di mana separuh hatinya terikat oleh tali darah. Pulang ke tempat di mana ada banyak cinta berkumpul, dan saling memaafkan.

Perjalanan kala lebaran adalah perjalanan panjang dengan membawa rantang, perbekalan, koper-koper, oleh-oleh juga pesanan sanak saudara, tak lupa bantal dan selimut. Satu dua kali perjalanan lebaran adalah perjalanan dengan memangku pot-pot tanaman pesanan Eyang, yang harus dijaga baik-baik supaya selamat sampai tujuan. Tidak peduli kaki tangan pegal menahan pot supaya tidak jatuh.

Di perjalanan kami belajar ilmu bumi, di mana setiap sungai yang kami lalui di sepanjang Pantura mengalir. Di setiap jembatan di atas sungai, ibu selalu menyebutkan nama sungainya, dan tahun-tahun berikutnya ia ganti menanyakan sungai apa itu. Perjalanan adalah mengingat kota-kota yang terlintas, menghafal setiap slogan di kota itu.

Perjalanan kala lebaran adalah kunjungan yang disambut dengan hangat oleh wangi kue-kue lebaran yang masih juga dibuat Eyang hingga pagi menjelang. Bertoples-toples, berloyang-loyang kue penuh cinta dibuat, lezatnya mengendap hingga membuat jatuh hati dan membuat slogan 'tidak ada kue seenak buatan Eyang' menempel di dinding hati. Perjalanan kala lebaran adalah perjalanan dengan titik singgah wangi rempah untuk opor dan asem-asem khas keluarga, lengkap dengan sambel goreng ati dan petai yang nikmatnya menempel pada tiap sel lidah, terekam dengan baik di otak. Perjalanan kala lebaran adalah perjalanan untuk singgah satu dua hari, dan tidur bertumpuk dengan hangat cerita dan rindu sanak.

Puncak perjalanan dibuka dengan takbir dan tahmid yang bersahut-sahutan, lalu berjalan ke tanah lapang untuk sholat ied, tangis haru sungkeman, peluk cium penuh maaf,  kemudian memenuhi perut dengan makanan aneka macam. Baju baru? Hanya jika Eyang atau Bude menyempatkan diri untuk membuatkannya untukku dan mbakku.

Penutup perjalanan adalah tangis haru Eyang saat melepas kami pulang. Mungkin ada kecemasan lebaran kali itu adalah lebaran terakhir kita berkumpul. Penutup perjalanan adalah membawa kue-kue lebaran untuk dibawa ke Bandung, dan ada rindu yang belumlah habis mengisi celah-celahnya. Toples-toples yang ditumpangi kehangatan peluk cium sanak supaya tidak hilang rasa rindu kami hingga sampai di Bandung.

...

Hingga beberapa tahun terakhir, perjalanan yang menjadi ritual tahunan itu berhenti. Satu demi satu Eyang berpulang. Hingga kemudian ibu sakit enam tahun lalu dan kemudian berpulang tahun kemarin, membuat kami memilih untuk berlebaran di Bandung saja. Kadang karena sebelumnya kami berlebaran bersama puluhan keluarga, kesepian yang menemani kami berlebaran. Tidak jarang kerinduan sanak di timur yang ikut berkumandang, memanggil kami saat takbir bersahut-sahutan.

Kini, takbir Idul Fitri kembali berkumandang. Satu lebaran lagi bisa dirasakan, dan lagi-lagi ia membawa panggilan rindu dari ratusan kilometer di timur. Ah, panggilan yang tak terwujud itu hanya bisa menitikkan haru. Panggilan yang kembali menayangkan sederet kenangan hangatnya berlebaran di rumah Eyang.

Ah, aku rindu ke rumahmu, Eyang, di saat wangi harum kue dan masakan lebaran menyambut kedatangan kami dari balik jeruji dapurmu. Sekarang, biarlah takbir yang bersahutan ini menjadi obat penawar rindu untuk kenangan manis perjalanan itu, karena perjalanan lain yang terlewati saat ini, satu saat akan menjadi kenangan manis untuk tahun-tahun nanti.

Allahu Akbar, selamat lebaran Eyang.
Allahu Akbar, selamat lebaran ibu.
Mari kita berlebaran bersama dalam kehangatan sebuah kerinduan.

...

-Lebaran 1431 H-

1 komentar:

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!