Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Selasa, 21 September 2010

Ulang Tahun Keira


Oleh : 17thstarlight


27th Birthday
Tangan Keira bergetar memegang kotak seukuran wadah pena berwarna salem. Huruf-huruf cantik berwarna emas di sudut kanan bawah kotak itu membentuk kata ‘Arundo’. Keira membuka tutup kotak itu dan melihat sebuah kalung dengan liontin kristal berbentuk piramid. Dia mengambil kalung itu, mendekatkan ke arah matanya untuk melihat pahatan kecil yang terukir di dalamnya.
Sesuatu di dalam rongga dada kirinya tiba-tiba terasa nyeri. Itu biola, bentuk pahatan dalam liontin kristal piramid itu.
Kenapa kau harus memberi kejutan seperti ini di hari ulang tahunku?” bisik Keira pada dirinya sendiri, tak percaya. Tiba-tiba tubuhnya limbung..barang-barang dalam kamar itu serasa berputar, & ia tertarik dalam sesuatu yang gelap.

17th Birthday
BYUR!!
Keira jatuh ke dalam air danau yang dingin. Ia menjejak-jejakkan kakinya, berusaha naik ke permukaan.
Huah! Akhirnya Keira merasakan oksigen segar menyusup ke lubang hidung, tenggorokan dan paru-parunya lagi.
Keira memandang sekeliling, melihat tepi danau terdekat lalu berenang ke arah sana. Ia menggerakkan kedua lengannya bergantian membelah air danau, dan beberapa rontokan tanaman rambat tersangkut di jemarinya.
Keira menginjak beberapa kerikil yang melukai telapak kakinya, tapi ia justru mempercepat langkahnya. Pakaiannya basah dan angin pegunungan membuatnya semakin menggigil.
Kei!” teriak seseorang di antara bayangan pepohonan, sekitar 500 meter di sebelah kiri Keira.
Keira berhenti, membalik tubuh ke arah suara dan mengamati sosok yang berlari perlahan ke arahnya. Lelaki itu sedikit lebih tinggi darinya, berkulit agak coklat dan mengenakan jaket yang lapisan luarnya berbahan parasit.
Ya ampun Kei, kamu basah kuyup begitu! Ini, pakai jaketku.” kata lelaki itu sembari melepaskan jaketnya dan menyodorkannya pada Keira.
Keira mengambil jaket itu dari tangan Arundo. Mengenakannya dengan satu gerakan kilat lalu kembali berjalan. Keira menyilangkan kedua lengannya di depan dada, merasa lebih hangat. Arundo berjalan menjajari langkah Keira dalam diam.
Mereka sampai di tepi lapangan rumput, sinar matahari membuat mata keduanya sedikit menyipit. Keira melihat semua teman-teman dekatnya berkumpul di tengah lapangan, duduk santai di atas tikar berwarna kuning cerah, bersenda gurau dan saling berbagi makanan.
Ulang tahun yang agak nyleneh dengan berpiknik,” pikir Keira. “tapi toh mereka sudah meluangkan waktu menyiapkan surprise ini.” Keira tidak suka merayakan ulang tahun, tapi ia menarik bibirnya membentuk garis senyum, lalu bergabung dalam keceriaan sahabat-sahabat serta tentu saja kekasihnya, Arundo.      

7th Birthday
Keira meniup ketujuh lilin mungil di atas kue tart berwarna pink di hadapannya. Kilatan blitz kamera dan riuh tepukan tangan seolah menyerbunya. Mata Keira mengerling senang ke arah tumpukan kado di seberang ruangan, menerka-nerka tumpukan hadiah barunya.
DOR!!!
Keira melonjak kaget, suara itu tidak mirip dengan balon yang meletus. Keira menoleh ke arah orangtuanya, ingin bertanya. Tapi lumuran darah di bagian depan jas yang dikenakan ayahnya sudah menjawab semuanya. Sontak Keira menjerit histeris, disusul dengan jeritan tamu-tamu wanita dalam ruangan itu. Beberapa anak—yang merupakan teman sekelas Keira mulai menangis, sementara yang lainnya memeluk kencang ibu atau ayah mereka. Beberapa pria di sekitar ayah Keira berusaha menolong ayah Keira agar tidak jatuh membentur lantai, dan yang lain mulai menelepon kesana-sini sambil melihat keluar rumah dengan panik.
Sekilas Keira melihat sosok pria berkelebat di balik jendela yang menghubungkan ruangan tempatnya berada dengan halaman samping rumahnya, tetapi ia hanya tertegun.
=20 menit kemudian=
Ayah Keira sudah dinaikkan ke dalam ambulans, dan ibu Keira—tidak berhenti menangis—ikut dalam ambulans itu menuju rumah sakit, yang untungnya tidak terletak terlalu jauh dari situ. Beberapa tamu mengiringi dengan mobil di belakang ambulans itu, dan sisanya satu-persatu beranjak pulang. Sepertinya seluruh tamu sangat shock dengan insiden di hari ulang tahun Keira ini, sampai hampir-hampir tidak ada yang mempedulikan Keira. Hanya tante Keira yang mengambil selimut, menyampirkannya di bahu Keira, lalu memangku gadis kecil itu dan memeluknya erat-erat.
Sang violis lagi.” suara polisi yang berbicara dengan rekannya di kejauhan, sayup-sayup terdengar oleh Keira.

Keira’s born day
Suatu sore, dalam ruangan tertutup di salah satu gedung perkantoran, yang berjarak sekitar 1 km dari rumah sakit bersalin—tempat ibu Keira sedang berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan bayi pertamanya.
Semua yang berkumpul hari ini di tempat ini, harus bersumpah menaati tiap butir kesepakatan, yang terjabarkan jelas dalam kertas di hadapan anda masing-masing. Konsekuensi dari pelanggaran seperti yang sudah sangat kita pahami bersama.” ujar pemimpin rapat, seorang pria bersetelan socialite, nada suaranya tegas dan sorot matanya sarat makna. Di lehernya tergantung kalung berliontin piramid kristal, dengan bentuk biola terpahat sempurna di dalamnya.
Pria itu melihat satu-persatu anggota kartel yang duduk mengelilingi meja bundar bersamanya, puas melihat mereka mengangguk mantap tanpa ekspresi menanggapi ucapannya, termasuk ayah Keira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!