Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 08 September 2010

Satria

Oleh: Rofianisa
www.blabbermouthdisease.tumblr.com

"Bayiku lahir sempurna! Laki-laki!" aku mengabarkan teman-teman yang ikut menunggu di depan ruang bersalin, kegirangan.

"Siapa namanya?"

Aku terdiam sebentar, sebelum menjawab dengan mantap,

"Satria."

...

"Saya terima nikahnya Pandji Putra Laksana dengan mas kawin seperangkat alat solat, dibayar tunai," di sampingku, Alena Tiarannisa mengucap janji sambil mengusap airmata yang tak kunjung berhenti mengalir. Suasana masjid tempat akad nikah kami dilaksanakan diselubungi haru yang mendalam. Kelam.

Semoga hatinya ikhlas, Tuhan.

...

Langit menangis. Mewakili suasana hati sebagian besar pelayat yang menghadiri pemakaman.

Aku lihat Alena di sana, menaburi bunga. Awan hitam di atasnya lebih gelap dari yang lainnya.

Setelah menimbang-nimbang, aku memberanikan diri menghampiri.

"Satria pasti gak mau kamu nangis terus, Len. Dia mau kamu move on."

"Yang Satria mau belum tentu yang aku mau, Dji. Gak usah sok tau. Kamu mending pulang aja," ia berkata begitu, seolah hatinya hanya dirinya yang tahu.

Tidak begitu. Aku tahu. Aku selalu tahu.

Aku merangkul bahunya. Dalam dekapanku, aku tahu ia sedang menangis sejadi-jadinya.

...

"Alena, Dji. Buat lo. Jagain," itu kata-kata terakhir Satria sebelum ia memejamkan mata untuk terakhir kali.

Alena ada di hadapanku, duduk terdiam, seolah tak mau tahu.

Di sekeliling kami, para pejuang reformasi yang menjadi saksi penembakan Satria oleh aparat menyanyikan Gugur Bunga.

Untuk Satria: pemimpin, sahabat, saudara, dan kekasih kami.

...

Di sudut kampus, aku dengar Satria sedang berbicara.

"Alena?"

"Ya?"

"Minggu depan aku ikut demo. Ini yang terakhir sebelum aku lulus. Terus kita nikah bulan depan. Gimana?"

Lalu hening. Tak ada suara. Aku berbalik, tak jadi menghampiri mereka.

...
Ibu dan Bapak pasti selalu bangga memiliki anak seperti kami. Si kembar yang luhur budi dan selalu berbakti. Aku yang lahir lima menit lebih awal, tumbuh sebagai si jenius matematika yang lulus dua tahun lebih awal dari adik kembarku, Satria Putra Prakasa, yang mengabdikan dirinya pada dinamika kampus yang kala itu sedang bergejolak mengumandangkan reformasi negara.

Kedua perbedaan itu menyatukan kami. Melalui janji saling setia dan menjaga apapun milik kami yang berharga. Tak terkecuali Alena, mantan pacarku saat SMA yang kini menjadi tunangannya.

Sahabat, saudara, selamanya.

...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!