Oleh: Jodhi P. Giriarso
Penulis novel Konspirasi Nuklir (Tiga Serangkai)
Penulis buku Rangkuman Kimia SMA (GagasMedia)
Blog ceritajodhi
Facebook Jodhi
Twitter Jodhi
Malam ini akan kuceritakan kisah kodok yang berubah menjadi pangeran. Mungkin kalian menganggapnya sebagai cerita dongeng. Betul kan? Yah, aku bisa lihat kalian mengangguk. Tapi siap-siaplah terkesima, karena aku tahu bahwa cerita yang kalian bilang dongeng itu adalah kisah nyata. Tak percaya? Yah, kini kalian menggeleng. Percayalah. Bukan aku, setidaknya nenek moyangku ada bersama mereka.
Gambaran romantis yang kalian dapat dari cerita-mulut ke mulut sudah bergeser begitu jauh. Percayalah, cerita aslinya tidak seromantis itu, bahkan cenderung … garing? Itu bukan bahasa kalian sekarang ini? Yah, semacam itulah. Sang putri bertemu seekor kodok di tengah hutan. Karena ketakutan dikejar musuh kerajaan, sang putri teringat wejangan kakeknya bahwa di hutan ada kodok beracun. Jangan dekat-dekat dengan kodok itu! Kata kakeknya. Tapi saking paniknya sang putri malah mencium kodok itu. Pingsanlah dia. Kebetulan seorang pangeran dari negeri seberang sedang melintas. Dengan ilmu kanuragan yang dia miliki semua musuh kerajaan tunggang langgang. Saat putri bangun, pangeran itulah yang terlihat. Kodoknya pergi entah kemana. Saking heroiknya perbuatan sang pangeran, cerita bergulir, makin lama cerita makin jauh dari kejadian aslinya. Jadilah dongeng yang kalian dengar.
Itulah sebabnya aku selama hidup berusaha mencari tahu kenapa sang putri bisa pingsan begitu. Ternyata kulit kodok yang sang putri cium itu mengandung racun. Sejenis alkaloid yang dia sita dari berbagai serangga makanannya seperti semut, kelabang dan tungau. Bahan kimia itu punya daya penenang 200 kali kekuatan morfin!!! Bayangkan, orang bisa teler sebegitunya pakai morfin, ini 200 kali lebih kuat!!! Namanya Epibatidin. Yah, ilmu pengetahuan kadang bikin magic jadi sangat biasa, nggak ada istimewa-istimewanya.
Maaf bikin kalian kecewa, tapi aku tak percaya magic!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!