Oleh: Lauren Joanna
Gadis mungil dan berambut panjang itu menyenandungkan lagu favoritnya perlahan, dan ia membasahi bunga anggrek itu sekali lagi. Lalu, ia memandangi bunga-bunga di rumah kaca yang tengah mekar itu sekali lagi dengan perasaan puas, lega, campur senang.
Akhirnya, ia bisa menjual bunga-bunga yang indah dan segar untuk banyak orang! Ya, begitulah pekerjaannya sebagai perangkai bunga. Ia harus rajin merawat bunga-bunganya agar tampak segar, indah, dan menarik.
“Hana!” panggil Clover, kakaknya. “Ada pengunjung tuh!”
Dengan sigap, Hana pun keluar dari rumah kaca dan menuju ke toko bunganya.
“Permisi,” sahut si pengunjung.
Jantung Hana berdegup kencang dan berusaha menangkap nafasnya lagi ketika ia melihat pengunjung yang satu ini. Seorang laki-laki, tampak gagah meskipun tubuhnya kelihatan sangat kurus. Tampan.
Dan satu hal yang pasti, Hana tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena cowok itu mengenakan topi.
“Ada buket bunga mawar?” tanya laki-laki itu. Ah, kelihatan… Matanya berwarna hitam dan sangat indah bagi Hana. Dan mata itu tampak familiar bagi Hana. Entah kenapa…
“Ah, ada. Tunggu sebentar ya…” jawab Hana lalu mengambil buket bunga mawar yang menawan di rak bunga.
“Trims.” Laki-laki itu tersenyum puas sambil menerima buket bunganya. Entah Hana yang berhalusinasi atau laki-laki itu memang melakukannya, Hana sempat melihat laki-laki tampan itu berkedip padanya.
“What the…?! Did he flirt me…?” gumam Hana dalam hati.
Setelah membayar buket bunganya, laki-laki itu pun pergi dengan mobil Mercedes Benz-nya.
Sepertinya, sejak kedatangan pengunjung tampan itu, Hana mengalami keajaiban. Nggak ada angin, nggak ada hujan… Ia menemukan sekuntum bunga mawar berwarna violet dan bunga camellia putih di meja kasir.
Kedua bunga itu terikat oleh sebuah surat yang terselip di tangkai bunga. Bertuliskan, “Apa kamu Hana? –K. D.-”
Hana mendengus sebal dengan tebak-tebakan begini. “Siapa sih...? Kurang kerjaan banget… Namanya dibikin sok misterius gitu.” gerutunya sambil meletakkan kedua tangkai bunga itu di vas bunga dengan asal-asalan.
Seharian itu, Hana terus berdiam diri di dalam rumah kaca. Dan menyuruh Clover untuk menggantikan jam kerjanya. Yah… Untung toko bunga Hanamari ini milik keluarganya sendiri. Jadi, lebih santai lah…
Mood Hana hancur seharian akibat bunga dari si pengirim misterius tersebut. Dan bukan cuma karena bunga itu saja. Tapi juga pengunjung bule tadi. Sikapnya aneh… Dia paling tidak suka main tebak-tebakan begini.
Kalau kemarin Hana menemukan bunga mawar violet dan camellia putih di meja kasir, kini, Hana menemukan bunga gardenia putih di meja kasirnya. Dan surat yang menempel di tangkai bunga tersebut. “Sudah kuduga, namamu Hana… Nama yang cantik. Sama seperti orangnya. ;-) –K. D.-”
Hana hanya menggelengkan kepala acuh tak acuh dan meletakkan bunga gardenia putih itu ke vas bunga yang sama dengan bunga mawar dan camellia.
Esoknya, bunga daisy mendarat di meja kasir. Lagi??? Dengan sebuah surat juga tentunya, “Hana… Aku ingin sekali ngobrol sama kamu. Sekali aja. Lewat surat serta bunga juga ya, tentunya. :-) Oh ya, surat+bunganya, kamu letakkan di depan pintu tokomu saja. Nanti aku ambil, ok? Trims. –K. D.-“
Bulu kuduk Hana meremang. Beberapa puzzle di benaknya pun terjawab. Dan ide cemerlang pun muncul di kepalanya untuk membalas si misterius satu ini.
Malamnya, ketika toko sudah tutup, Hana meletakkan sebuah bunga striped carnation di depan pintu toko. Dengan sebuah surat yang tertempel di tangkai bunga,
“K. D… Kamu curang! Kamu tahu aku, tapi aku nggak tahu kamu. Apa kita pernah ketemu? –H. N-“
Esok paginya, toko kembali dibuka. Dan pengunjung toko pada hari ini, lumayan banyak. Sehingga Hana dan Clover harus nguber sana sini untuk melayani para pengunjung. Sehingga, mereka berdua tidak sadar, bahwa salah satu pengunjung itulah secret admirer-nya Hana.
Hari ini, bunga bellflower berwarna putih. Dengan surat, “Kita memang pernah bertemu sebelumnya. Jauh sebelum kamu buka toko bunga dengan kakakmu, Clover. Selain itu… Kenapa kamu kasi’ aku bunga striped carnation? You rejected me… :-( -K. D.-“
Hana dan Clover semakin tak percaya dengan si misterius satu ini. Dia memberikan bunga-bunga yang berbeda tiap harinya pada Hana karena memang ia tahu apa arti dari bunga yang ia beri itu!
Hari pertama, si misterius memberikan bunga mawar violet yang berarti, love at first sight. Camellia putih, you’re adorable. Gardenia putih, I love you in secret. Lalu, bunga daisy, immortal love. Dan sekarang, bellflower yang berarti, I’m thinking of you.
Rasa penasaran Hana tak terbendung lagi. Ia pun meletakkan bunga hyacinth warna ungu yang berarti permintaan maaf. Disertai surat, “Bisa nggak, kamu dateng ke tokoku besok? –H. N-“
Di hari esok, Hana terus mencari pengunjung yang sekaligus menjadi secret admirer-nya. Ia bertanya-tanya dalam hati. Siapa dia? Dan seperti apa rupanya? Semoga aja bukan bapak-bapak atau kakek-kakek… Masa’ iya, dia mau pacaran sama bapak-bapak atau kakek-kakek? Dia kan baru lulus kuliah… Umur 24 tahun…
“Permisi,” sahut seorang pengunjung membuyarkan lamunan Hana.
Wow… my unexpected guest come again…, pikir Hana dengan perasaan gugup. Dengan topi lagi yang menutupi wajah si pengunjung gagah itu.
“Ada buket bunga tulip merah?” tanyanya sambil tersenyum.
“Ah, ada. Tunggu sebentar ya…” kata Hana bergegas ke rumah kacanya.
“Ini… Bunganya…” Hana terbata ketika melihat pelanggan bule itu memegang bunga hyacinth ungu yang seharusnya terletak di depan pintu toko. Dan di meja kasir sudah terdapat setangkai bunga tulip merah.
Hana memandang buket bunga tulip merah yang ia pegang lalu ke bunga tulip merah yang terletak di meja kasir. Matanya terpaku pada pelanggan bule yang sedang mencium bunga hyacinth ungu. Bunga hyacinth ungu yang terdapat surat yang menempel di tangkainya. Sekilas, Hana bisa melihat tulisan di surat itu. Tulisan tangannya sendiri.
“Nih… Aku sudah datang ke tokomu. Hana.” ucap si pelanggan bule itu dengan suara yang ringan. Tenang. Membuat hati Hana terasa hangat sesaat.
“Kamu… Yang sering kasi’ aku bunga? K. D…?”
“Kenneth Dinarta. Masih ingat aku kan, Hana?.” jawab Kenneth sambil membuka topinya. Memperlihatkan rambutnya yang tipis. Wajahnya yang pucat. Dan tubuhnya kelihatan sangat kurus. Namun matanya yang berwarna hitam itu tetap indah bagi Hana.
Hana membelalakan matanya tak percaya melihat teman SMP-nya yang tengah berdiri di depannya ini.
Kenneth Dinarta… Seorang pesulap Indonesia yang handal. Yang siapa sangka, dia jatuh cinta pada si perangkai bunga yang sekaligus teman SMP-nya dulu, Hana?
“Ken…” panggil Hana dengan hangat. Terdengar rasa kangen dari panggilan Hana barusan. “Kamu bener-bener hebat ya. Kanker bukan masalah buat kamu… Bahkan, kamu masih bisa main sulap…”
“Cuma itu yang bisa aku lakuin sebelum ajalku, Hana…” kata Kenneth lirih sambil tersenyum lemah. Lalu ia menatap Hana dengan dalam. “Maaf, waktu perpisahan SMP dulu itu… Aku nggak bisa nemuin kamu. Aku harus pergi ke Amerika buat pengobatan kanker-ku ini.”
Dada Hana terasa sesak. Dan ia ingin menangis melihat teman semasa kecilnya itu sudah putus harapan dengan hidupnya. Padahal, ia baru saja menjadi pesulap yang hebat. Memberikan bunga-bunga yang indah untuk Hana di meja kasirnya tanpa sepengetahuan Hana maupun Clover… Tapi, kenapa?
“Jangan nangis, Hana.” kata Kenneth sambil menghapus air mata Hana dengan lembut. “Ketemu sama kamu dan mengutarakan perasaanku… Itu sudah cukup buat aku. Thank you so much, Hana. And one more thing that you have to know, I love you… Like the red tulip I gave to you… My love for you will never die…”
Dan dengan lembut, Kenneth memberikan kecupan lembut pada Hana. Yang menjadi ciuman pertama mereka sekaligus ciuman selamat tinggal mereka. Selamanya……
TamaT
Blog untuk memajang hasil karya partisipan #WritingSession yang diadakan setiap jam 9 malam di @writingsession. Karena tidak ada yang bisa menghentikan kita untuk berkarya, bahkan waktu dan tempat.
Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!
suka sama macam - macam bunganya, jd tanbah pengetahuan tentang bunga :)
BalasHapuswuaooo..keren ren..^^
BalasHapussedih juga..w juga suka bunga2 nya...dpt info bunga2 drimana ren?
hahha.. keren"
BalasHapusBagiku cerpen ini hanya lumayan. Maaf yah...
BalasHapusAku boleh kasih saran?
1. Tertulis:
"Jantung Hana berdegup kencang dan berusaha menangkap nafasnya lagi ketika ia melihat pengunjung yang satu ini. Seorang laki-laki, tampak gagah meskipun tubuhnya kelihatan sangat kurus. Tampan.
Dan satu hal yang pasti, Hana tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena cowok itu mengenakan topi."
-->menurutku kalau wajahnya tak kelihatan karena topi kita nggak bisa bener2 yakin kalo orang itu tampan. Lagipula cowok kurus itu nggak gagah sedikit pun (aku contohnya, hehehe).
2. Lebih baik kalau setelah menemukan bunga dari Kenneth, si Hana langsung memikirkan apa arti bunga itu dan bilang ke pembaca. Bukan di gabung di bagian bawah. Biar perasaannya langsung tergambar saat menerima bunga.
3. Bagaimana mungkin di kasir bisa kecolongan terus seseorang meletakkan bunga. Kasir terlalu penting untuk di jaga. sebaiknya pilih tempat lain seperti di rumah kaca tempat Hana menyiram bunga.
Maaf kalo ada kata yang salah. Ini biar kita sama-sama mengingatkan apa yang perlu dipelajari.
makasih banyak atas komentar, krtik&sarannya all :)
BalasHapus@gee; nyari di internet, gabb..
@jason abd; iya, makasih atas kritik+sarannya.
Waw, udah banyak juga yang komen nih Lauren :) Kalau menurut aku, udah mengalir penyampaiannya. Bisa dikirim ke majalah remaja. Tapi sarannya, mungkin aku berharap endingnya tidak tiba-tiba. Tidak tiba2 muncul Kenneth si teman SMP. Inginnya sudah disebut dari awal, apapun itu, memori tentang mereka atau semacamnya. Karena kemunculan tiba-tiba tokoh random sebaiknya dihindari di cerita.
BalasHapusAnyway, ini saran aja. Bukan buat menjatuhkan, biar lebih baik dan lebih keren aja :) Semangat nulis terus! Aku juga masih sama-sama belajar
BalasHapus@kak Farida Susanty; makasih banyak ya kak atas kritik&sarannya :D kakak juga semangat nulis terus yaa! ditunggu novel/kumcer kakak selanjutnya :)
BalasHapus