Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 01 September 2010

Deja Vu

Oleh: Dhanis
http://sotyasari-dhanisworo.blogspot.com/
http://twitter.com/dear_dhanis



Aku sering mengalami deja vu. Apa yang aku lihat di mimpi, aku pun mengalaminya di dunia nyata. Awalnya, aku tak seberapa menghiraukannya. Aku pikir itu hanya mimpi biasa yang kebetulan menjadi kenyataan. Ternyata, tak hanya sekali-duakali aku mengalaminya, melainkan berkali-kali. Sampai terkadang aku takut untuk tertidur lagi. Tanpa sengaja aku membaca sebuah artikel berkaitan dengan apa yang aku alami. Itulah deja vu, dan aku tengah mengalami deja vu.

Deja vu yang aku ingat sampai sekarang adalah ketika aku duduk di bangku kuliah dan saat itu aku tengah ujian semester. Aku tak pernah berharap esok hari saat aku ujian aku bisa mendapat contekan atau sistem open book yang biasa digunakan oleh tim dosen untuk mempermudah mahasiswa dalam menggunakan rumus, terutama untuk mata kuliah Matematika atau Statistika. Yang aku tahu malam itu hanyalah belajar dan belajar sampai aku benar-benar mengerti tentang bab demi bab yang akan diujikan.

Saat malam aku tertidur, miliaran mimpi berloncatan dalam kepalaku. Kebanyakan adalah rekaman-rekaman kejadian yang aku alami beberapa hari sebelumnya dan beberapa kejadian yang tidak masuk akal yang hanya ada di alam bawah sadar. Namun, ada satu mimpi yang belum pernah aku alami yang terlihat sangat nyata dan seolah aku terhubung langsung dengan mimpi itu.

Di dalam mimpi itu, aku duduk di sebuah kursi di sebuah ruangan mirip ruang kelas perkuliahan. Aku mengenakan blouse warna pink dan celana jins biru gelap. Di hadapanku berserakan alat tulis, penggaris 30 cm, dan kalkulator. Di samping kiri dan kananku duduk teman-temanku, namun aku tak bisa melihat wajah mereka dengan jelas. Tak berapa lama, seorang wanita datang memasuki ruangan tempat dimana aku berada untuk kemudian membagikan secarik kertas warna putih dan lembar folio bergaris yang menurut pengamatanku adalah kertas lembar jawaban. Sadarlah aku bahwa aku berada di sebuah ruang ujian dan aku tengah mengikuti ujian untuk mata kuliah Statistika 1. Aku tak tahu bagaimana kelanjutannya karena mimpiku tiba-tiba terputus sampai disitu. Aku juga tak tahu apakah aku lancar dalam mengerjakan ujian itu atau tidak. Yang aku tahu, aku ingin melanjutkan tidurku dan mengisi tenaga untuk keesokan harinya.

Beberapa hari kemudian, tiba saatnya aku harus menghadapi ujian Statistika 1. Malam sebelum ujian, aku tak lagi mengalami deja vu atau mimpi-mimpi aneh semacamnya. Hanya mimpi-mimpi biasa yang biasa disebut dengan bunga tidur.

Namun, betapa aku terperangah melihat peristiwa serupa dengan yang pernah aku alami di dalam mimpiku sebelumnya. Aku berada di dalam ruangan kelas dengan posisi yang sama, lokasi tempat duduk yang sama, dan bahkan corak meja atau kursi yang tiada berbeda. Dan, aku pun tahu bahwa itulah yang dinamakan deja vu. Mengalami sebuah peristiwa sebelum peristiwa itu benar-benar terjadi. Semacam penglihatan akan masa depan, namun tidak sesempurna kalau kita memang mempunyai bakat paranormal yang bisa meramalkan masa depan. Deja vu bisa dialami oleh siapa saja dan deja vu merupakan penglihatan masa depan yang tidak bisa dikatakan sempurna. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!