Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 08 September 2010

Trotoar Dansa

Interpretasi lagu Shaggy Dog – Kembali berdansa
Oleh: @Mistchegeo

Trotoar ini bukan sembarangan trotoar kau tahu?
Dia menggeleng, tentu saja. Entahlah, mungkin dia hanya kedinginan, bukan menggeleng karena tidak tahu.
Yah, ini trotoar paling penting yang pernah ada dalam hidupku. Mungkin selamanya. Setiap tahun pada hari ini aku selalu kembali ke sini, tak peduli di belahan dunia mana aku berada hari sebelumnya. Hanya hari ini. Mungkin aneh bagimu bagaimana sejumput trotoar bisa menjadi begitu penting dalam hidup seseorang. Sebuah kegilaan, begitu kata orang lain. Bagaimana seseorang bisa begitu memuja sebuah trotoar, dan kenapa yang ini? Bukankah banyak trotoar yang kita injak selama ini? Atau mungkin hampir tak ada? Orang jaman ini lebih banyak menggunakan kendaraan alih-alih trotoar. Itu yang membuat dulu aku berpikir bahwa trotoar mungkin tempat paling aman. Dan kenapa di sini? Sebuah lagu berdendang dengan penuh hikmat. Aku terperanjat menikmati nada yang menghentak, namun begitu lembut. Nada yang menghentak namun begitu lembut, kau mungkin sedang bercanda. Tidak, aku tidak sedang bercanda, lagipula untuk apa aku bercanda di depanmu.
Berdansa. Apa? Yah, berdansa. Itulah yang terjadi di trotoar ini. Dansa, suatu perayaan terhadap sebuah kemenangan. Setiap orang berhak merayakan, bahkan bila tidak menang sekalipun, bahkan bila seseorang kehilangan sekalipun, bahkan ketika seseorang tiba-tiba menjadi orang paling melarat di dunia. Kita semua berhak berdansa. Berdansalah denganku? Aku tidak mau.
Dansa itu sebuah perayaan setan. Dalam agama kita tidak diajarkan berdansa. Oh, baiklah, kau sekarang mulai membawa agama? Katakan, apa yang diajarkan agama ketika kita merayakan sesuatu. Bersyukur? Kau sedang memberitahuku atau bertanya? Tergantung, kau melihatnya. Peduli setan dengan agama. Mahluk bernama agama itu tak pernah terlihat! Tak pernah membantuku, tak pernah membelaku. Agama itu seperti tai, kau bisa melihatnya tapi tak bisa menikmatinya!
Kau yang menjadikan dirimu sebagai tai. Tanpa guna. Kembali ke trotoar ini setiap tahun hanya untuk berdansa. Orang menatapmu seperti orang gila. Terserah, aku gila tapi kau tak mengerti kulakukan ini. Tentu saja, kau tak pernah memberitahuku.
Aku tidak gila. Merayakan hari kematian kekasih yang tertabrak pengemudi tolol sepertimu saat kami berdansa sungguh bukanlah perbuatan gila! Anjing lo!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!