Oleh : Khoirunnisa Aulia Noor Haryopranoto
(http://ullydancoretan.blogspot.com/)
@auliaully
21 oktober
Jam menunjuk ke angka 1, suara bentakkan ayah terdengar jelas. Walau tampaknya ia sudah menahan agar suaranya kecil tak terdengar. Aku mendengar dengan baik, apa saja yang ayah katakan pada bunda. Mereka bertengkar hebat. Baiknya tak keberitahu kalian apa saja yang mereka ucapkan. Terlalu kasap jika di umbar. Setengah jam kemudian pertengkaran mereda. Diakhiri dengan gebrakan pintu dan tangisan bunda.
Mungkin ayah keluar, fikirku. Kuberanikan diri turun kebawah. Kudapati bunda sedang terisak walau tak kencang. Aku mendatanginya. Bunda langsung memelukku. Setelah tangisnya reda, dengan terbata bunda bicara
“bunda akan pisah dengan ayah”
Aku terdiam, tak dapat berkata apapun. Kepalaku bagai dipukul benda keras, mata ku gelap sementara waktu. Aku berlari ke atas masuk kamar dan bangun seakan tidak ada yang terjadi di keesokkan harinya.
24 oktober
Pagi itu bunda kedatangan tamu spesial. Sahabat lamanya datang kerumah. Aku masih diatas detik itu. bermain dengan boneka kesayanganku.
Samar kudengar bunda menagis lagi, disusul kata-kata yang kembali membuatku tersentak. Bunda benar-benar akan bercerai. Detik ini ia sedang bercerita kepada sahabatnya. Aku tak sanggup mendengarnya. Kuraih i-phone lalu aku medengarkan musik dengan headset sekencang-kencangnya. Salah langkah, playlist pertamaku malah membuat air mataku meleleh. Lagu mocca-hanya satu ini membuat aku benar-benar tak kuasa menahan tangis.
Dan kini tiap malam aku menangis mendengar ayah dan bunda bertengkar
17 desember
Ini sudah kali ketiga aku di undang ke pengadilan, hak asuh ku masih diperebutkan. Aku tak ingin tinggal dengan ayah, ayah jahat. Ayah selalu membentak. Ayah sering memarahiku. Ayah.. yaaaa, walau aku suka belanja dengan ayah. Tapi ayah tak pernah puas bahkan dengan nilai 90 ku. Ayah selalu memaksakumenjadi pintar, bagus memang. Namun aku tak suka paksaan. Dan satu yang paling aku tak suka dari ayah, ayah selalu memukul saat aku salah. Namun anak perempuan seharusnya ikut pihak lelaki. Dan anak laki-lakiikut pihak perempuan. Begitu ketentuan dari pengadilan. Tapi aku menolak. Sangat menolak. Namun keputusan sudah diambil, aku tetap harus ikut ayah.
7 januari
Aku tidak betah, ayah benar-benar menekanku. Ini belum genap 1 bulan aku tinggal dengan ayah. Tau apa saja yang ayah lakukan padaku? Ia memberikan homeschooling padaku. Jam 7 sampai jam 10 jadwal sekolah. Setelah itu aku langsung diantar les aritmatika. Sesudahnya ada les bahasa inggris, juga dilanjutan dengan les-les berhitung yang memuakkan. Les gitar piano biola dan menggambarku dhentikan. Aku dilarang menyentuh tv selain hari minggu pukul 8-10 pagi. Setelah itu aku privat berenang. Aku tak lagi merasa keindahan bermain untuk umur ku, teman-teman seumuranku kini sedang asik bermain di taman kanak-kanak berlarian dengan bebasnya. Aku iri pada mereka. Aku juga dilarang bertemu bunda. Selain pada tanggal tanggal yang sudah ditentukan oleh ayah. Bahkan saat ini aku sedang bersembunyi dalam gudang untuk menulis diary-ku. Ayah melarang itu juga.
Blog untuk memajang hasil karya partisipan #WritingSession yang diadakan setiap jam 9 malam di @writingsession. Karena tidak ada yang bisa menghentikan kita untuk berkarya, bahkan waktu dan tempat.
Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!
wahh ini asli curhat?, nikmatilah kesedihan dan menjadi tangguh,
BalasHapus