Oleh: Azka Shabrina
“Barangnya udah ada di gue. Nanti malem, ya.”
Aku mengangguk, merasa bersemangat meski tidak yakin hal ini membuatku senang. Sayangnya, hanya hal ini yang bisa membebaskanku dari pikiran-pikiran menyedihkan. Dari fakta bahwa kuliahku berantakan, bahwa aku adalah laki-laki yang baru diselingkuhi oleh kekasihnya.
“Dimana?” tanyaku.
“Kontrakan gue. Rame kok anak-anak. Be there.”
Lagi, aku mengangguk. Tentu saja, aku akan berada disana.
*
“Nih, bakar.”
Kuambil gulungan tersebut dari tangan Arsya, kemudian kuselipkan di bibir. Korek api di tangan kanan.
Terdengar bunyi api menyentuh kertas dan dedaunan kering yang begitu akrab di telingaku. Asap berhamburan dari pertemuan mereka berdua. Masuk kedalam mulutku, tenggorokanku, kemudian otakku.
“Puterin dong, puterin,” pinta Dimas. Aku memberi isyarat ‘tunggu sebentar’ dengan tangan kiri. Kuisap lagi gulungan terbakar tersebut, kali ini dari hidung.
Satu gulung.
Dua gulung.
Tiga gulung...
Satu jam.
Satu jam yang terdistorsi. Rasanya seperti satu hari penuh.
Biar kujelaskan. Mariyuana memang ilegal. Banyak alasannya; merusak otak, membuat orang terdorong untuk melakukan hal-hal kriminal. Pada diri sendiri, maupun pada orang lain. Jangan, jangan pernah menyentuhnya. Jangan merantai diri sendiri.
Dan lihatlah kami sekarang. Tertawa. Mentertawakan apa, kami sendiri tidak tahu. Barangkali mentertawakan diri sendiri yang terkunci dalam fantasi masing-masing. Terkunci pada waktu yang seperti berdetak seratus kali lebih lambat dan pada warna yang berpendar lebih cerah. Pada suara-suara yang seperti bermil-mil jauhnya. Pada konsentrasi yang mendadak buyar dan tidak terkontrol.
Aku tidak lagi memikirkan IPK. Tidak juga memikirkan Nadja yang barangkali sedang bersama laki-laki lain. Tidak ada apa-apa di kepalaku kecuali Oasis si britpop band.
Hold up... hold on... don't be scared
You'll never change what's been and gone
May your smile... Shine on... Don't be scared
Your destiny may keep you warm.
Aku terbebas dari segala hal yang menyakitkan, setidaknya untuk empat jam. Sekaligus terkunci dalam kebohongan, setidaknya untuk empat jam.
Terkunci, dan kuncinya sudah melebur didalam sel otakku.
Tidak ada yang bisa membukanya. Tidak ada yang cukup kuat untuk menggedornya.
Menyedihkan? Ya. Berdosa? Ya. Bodoh? Ya, ya, ya. Tapi aku tertawa.
Terkunci. Aku terkunci!
Cos all of the stars are fading away
Just try not to worry you'll see them some day
Take what you need and be on your way
And stop crying your heart out...
Maaf kalau saya agak lancang; tapi sepertinya penulis kurang menggambarkan jelas tentang mariyuana ini. Entah sang penulis pernah merasakan atau riset lewat artikel semata. Saya akui efek tertawa itu memang sering terjadi. Hal-hal bodoh seperti permainan kartu salah dilihat saja bisa menimbulkan ngakak tak henti-hentinya.
BalasHapusSaya kurang setuju dengan tindakan kriminal. Dari pengalaman saya pribadi dan yang pernah saya lihat, pengguna mariyuana adalah orang-orang paling damai sedunia. Efek-efek lain seperti tenggorakan kering luar biasa dan rasa lapar yang membuncah tidak ditampilkan. Saya ada lagu yang cocok untuk ditelaah lebih lanjut; No Rain oleh Blind Melon. Siapa yang mendengar pasti mengerti lagu itu.
Tulisan sendiri menurut saya bagus. Deskripsi simple dan ngena.
Terus menulis, salam
Annunaki