Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Kamis, 30 Desember 2010

Anita dan Sebuah Kenangan Terakhir

Oleh Rikardo Pardede


Anita sedang terduduk diam di atas tempat tidurnya. Baru saja satu jam yang lalu dia bersama dengan teman-temannya selesai berkaraoke ria di tempat favorit mereka. Sekarang yang ada di pikirannya cuma satu hal: Mama.
Sepulangnya Anita dari karaoke, dia langsung menuju kamarnya. Yang ada di pikirannya saat itu adalah segera mandi dan berdandan karena pacarnya, Erik, akan datang menjemputnya untuk makan malam di rumahnya. Dia pun segera mandi saat itu dan berpakaian. Tak lupa juga dia mengenakan make up untuk semakin memperindah paras wajahnya yang manis itu. Saat dia membuka laci meja riasnya, tak sengaja dia melihat sebuah foto kecil di pojok bagian dalam dari meja riasnya. Itu adalah fotonya bersama dengan mamanya di hari kelulusannya dari SMA. Seketika itu air matanya mengalir deras membasahi pipinya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Segalanya indah bagi keluarga Anita. Papanya bekerja sebagai direktur suatu perusahaan lokal terkemuka sedangkan mamanya adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit negeri di Jakarta. Papanya memang sering pergi ke luar kota tetapi masih rutin pulang ke rumah. Intinya, keluarga mereka adalah keluarga yang sangat hangat dan penuh kasih sayang. Sampai suatu saat mamanya divonis terkena leukimia.
Segala cara telah dicoba untuk pengobatan mamanya. Mulai dari pengobatan tradisional hingga ke rumah sakit paling terkemuka di luar negeri. Namun, kondisi mama Anita semakin memburuk. Hingga akhirnya sebulan setelah acara kelulusan Anita dari SMA, mamanya pun dipanggil Tuhan. Anita dan keluarganya sangat sedih pada saat itu tetapi papa Anita selalu menguatkan dia untuk selalu semangat dan berjuang.
Sebulan sebelum kepergian mamanya, Anita lulus dari SMA. Acara perpisahan dilaksanakan di sekolah Anita yang dihadiri juga oleh orang tua dari seluruh siswa. Mama Anita sedang tidak berada di rumah sakit pada saat itu, hanya saja Anita melarangnya ikut karena kondisinya tidak fit. Setelah melalui perdebatan singkat, akhirnya diputuskan bahwa mamanya ikut menghadiri acara tersebut.
Anita berkata kepada mamanya,”Ma, kan sama aja kalo mama datang atau enggak. Anita tetap lulus dan mama senang. Anita gak mau mama kecapean dan sakit. Kenapa sih mama ngotot banget mau ikut?”
”Nanti mama akan kasih tahu disana, yang penting sekarang kamu beres-beres dulu ya,” jawab mama Anita sambil tersenyum.
Sesampainya mereka di tempat acara, mereka disambut dengan dekorasi yang meriah. Acara berlangsung dengan sangat meriah dengan diselipi bagian-bagian mengharukan yang bisa membuat sesama teman menangis mengingat hal-hal yang telah dilalui bersama dan juga keharusan untuk berpisah. Pada akhir acara, dilakukan foto-foto baik sesama siswa maupun dengan orang tuanya.
Saat Anita berpose bersama dengan mamanya, Anita melihat mamanya tersenyum sangat lebar. Anita pun menjadi ikut bahagia dan tersenyum lebar. Setelah mereka berdua difoto, akibat papanya yang saat itu sedang ke toilet, Anita pun bertanya kepada mamanya,”mama sepertinya senang sekali ya?”
“Iya dong, mama senang karena kamu senang juga.”
“Terus mama kan janji tadi mau jawab pertanyaan Anita tadi. Kenapa mama ngotot buat ikut?”
“Iya, memang akan sama aja bagi mama atau bagi kamu kalaupun mama gak datang disini. Tapi, masak mama gak datang liat anak mama yang lagi senang. Mama jadi senang sekali berada disini melihat kamu sukses seperti ini.”
“Terus, kenapa sekarang mama malah nangis?”
“Mama sangat senang sekarang bisa ngeliat kamu kayak gini. Mama sedih karena takut sebentar lagi enggak akan bisa melihat kesuksesan-kesuksesan kamu selanjutnya. Tapi, kamu janji ya sama mama, kalau kamu bakal semangat terus?”
Anita menangis dan memeluk mamanya sambil berkata,”mama gak boleh ngomong kayak gitu. Iya ma, Anita janji akan terus semangat.”
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Anita. Anita. Ini Erik sudah datang,” panggil papa Anita.
Anita tersentak dari lamunannya. Air mata sudah membasahi pipinya. Diselipkannya foto itu dalam dompetnya, sebuah kenangan terakhir yang dimilikinya dengan mamanya yang sangat dicintainya. Dia bangkit dan mencuci mukanya di wastafel. Dia melihat ke cermin dan dia melihat bayangan papanya di cermin yang sedang menunggunya. Dia pun tersenyum dan mengikuti langkah papanya ke luar kamar dan menuruni tangga ke ruang tamu. Di bawah, terlihat Erik yang sedang tersenyum menunggu kedatangannya. Dia pun menyadari betapa orang-orang peduli kepadanya dan ikut senang ketika dia senang. Sempat terbersit kembali kenangan terakhirnya bersama mamanya yang membuatnya hampir menangis lagi, tetapi dia tahan tangisnya sambil tersenyum tegar.
“Iya Ma, Anita janji,” serunya dalam hati sembari menuruni tangga dan memeluk papanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!