Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Jumat, 02 September 2011

Aku Suka Rambutku!

Oleh: tiara nabila zein
@thyrnabila


Hitam, panjang, lembut, wangi dan sedikit bergelombang di ujungnya.
Dulu aku benci ini.
Aku menatap pantulan diriku di dalam cermin sambil menyisir rambutku.
Dulu aku meyukai kegiatan ini.
Sekarang, aku menyisir rambutku hanya untuk merapikan diri. Bahkan aku tak suka menatap rambutku lagi di cermin.
Aku merindukanmu.
Aku juga tak lagi berkeinginan untuk meluruskan rambutku.
Aku hanya ingin bersamamu.
Selalu saja merasa seperti ini setiap menyisir rambut sambil menatap cermin.
Aku melemparkan sisir ke meja riasku asal.
Kuhempaskan tubuhku ke kasur. Mataku menerawang.

***

“Nabila, bangun. Udah bel.”katanya lembut sambil mengusap rambutku pelan.
Aku terbangun. Badanku terasa pegal. Ternyata aku tertidur selama jam istirahat tadi.
“Makasih udah dibangunin.”kataku lembut sambil menatap sosok lelaki di hadapanku.
Ia tersenyum lalu mengacak rambutku
“Tidur jam berapa semalam? Kok sampe ketiduran ?”tanyanya sambil tersenyum.
“Lupa.”jawabku
“Selamat siang anak-anak!”
“Bu Guru dateng. Aku balik ke bangkuku ya.”katanya sambil sekali lagi mengacak rambutku.
Aku sedikit cemberut sambil merapikan rambutku.

***
Kenapa kejadian itu berputar lagi di otakku?
Aku merindukanmu..
Ku pejamkan mataku, berharap segera tertidur.
“Aku suka rambut kamu. Lembut. Wangi.”
Suara itu lagi. Aku selalu merasa mendengarmu mengucapkan itu sambil mengecup pucuk kepalaku.

***

“Dit, aku dateng. Maaf. Udah lama banget aku ga maen kasini.”
Mataku kebas.

***

“Halo. Kamu masih di salon kan?“suara dari seberang
“Iya. Ini lagi mulai. Kamu mau kesini?”
“Iya dong. Ini lagi di jalan.”
“Emm..sayang, aku potong rambut ya. Bolah kan?”
“Kenapa mesti dipotong sih? rambut kamu kan bagus. Aku suka rambut kamu yang panjang agak bergelombang.”
“Kalo gitu aku catok ya, biar agak lurusan dikit.”
“Engga boleh!”
“Kenapa ga boleh sih?”
“Rambut kamu udah bagus kaya gitu! Kamu creambath aja.”
“Pokoknya aku mau catok rambut aku! Aku pengen punya rambut lurus.”
“Engga boleh!!”

Klik.. Ditya menutup sambungan telepon.

Aku benci seperti ini. Ditya aneh. Ia tak pernah mengijinkanku memotong rambutku. Apalagi mencatok rambut. Ia bilang catok rambut bikin rambut gak sehat. Iya aku tahu. Tapi aku pengen rambutku lurus. Bukan bergelombang seperti ini. Ditya bilang ia lebih suka rambutku yang seperti ini. Asalkan selalu lembut dan wangi. Ia selalu menungguiku di salon hanya untuk memastikan aku tak aneh-aneh dengan rambutku.

***
Aku benci mengingat kejadian itu.
Sekarang aku menyesal pernah berfikiran seperti itu. Aku menyesal berdebat dengannya hanya soal catok. Aku menyesal dengan sambungan telepon terakhir itu. Gak seharusnya aku bertengkar dengannya di telepon hanya untuk meributkan soal rambut. Iya. Itu terakhir kalinya aku bisa ngobrol dengannya. Aku menyesali itu. Bahkan kata “love u” yang selalu ia ucapkan di ujung percakapan kamipun tak terucap lagi.
Aku kembali menatap rumah baru Ditya. Tempatnya beristirahat.
Aku mengusap pelan nisan bertuliskan ADITYA WAJAYA SAPUTRA.
“Dit, liat nih. Rambutku udah tambah panjang. Makin panjang makin bagus deh. Jadi lucu. Keriting-keriting di ujungnya. “kataku sambil tertawa sumbang.
“Janji deh aku ga bakal nyatok rambut lagi. Aku udah ga pengen punya rambut lurus lagi. Aku suka kaya gini aja.”

“Aku kangen sama kamu.” ucapku lirih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!