Oleh: @anojumisa
Pagi ini dunia terasa indah ketika mentari seolah datang tersenyum menyambut awal kehidupan di akhir pekan. Ya, hari ini adalah hari terakhir dalam minggu ini sebelum memulai kembali hari penuh rutinitas keesokan harinya. Genangan air dengan segarnya mengguyur muka ini. Alhasil, imajinasi penjelajahan benua kehidupan hari ini seolah tergambarkan dengan penuh warna kesegaran.
Ditemani dengan sebuah laptop, hari ini pun dimulai. Klik demi klik-an tersentuh dengan sendirinya menemani penjelajahan di dunia maya. Situs jejaring sosial menjadi tujuan pertama untuk melihat perkembangan terkini orang-orang di lingkungan sekitar.
Setelah beberapa saat, kemudian terpikir sejenak untuk melihat keadaan di luar gubuk ini. Sambil menghirup udara segar di pagi hari terlihat di jalanan banyak orang-orang menikmati hari bebasnya dengan berolahraga seperti bersepeda, lari pagi, atau hanya sekedar berbelanja di sebuah pusat keramaian. Namun rasanya udara segar yang menjadi tujuan awal tadi sepertinya hanyalah sebuah angan-angan dikarenakan kondisi alam yang sudah tidak perawan lagi, dicumbui oleh asap-asap knalpot, tak bergairah karena alamnya yang sudah gersang ibarat mesin yang karatan. Tinggal menunggu malaikat israil menjemput jiwanya.
Setelah puas bercinta dengan keindahan pagi yang tak alami lagi, akupun kembali ke gubuk untuk mengistirahatkan sejenak tubuh setelah berjalan cukup jauh. Pikirku pun tak jauh dari laptop tua nan setia menemani hariku. Kunyalakan kembali seperangkat alat elektronik itu, kemudian ku jelajahi dunia hanya dengan meng-klik tombol mouse yang berkedip-kedip.
Tiba-tiba aku terkejut membaca seuntai kalimat. Kalimat-kalimat berikutnya pun muncul dengan maksud yang sama. Huh??? Ada bom bunuh diri di solo! Tak pikir panjang langsung aku cari berita selengkapnya mengenai hal itu. Ternyata memang benar. Ada sebuah bom bunuh diri yang meledak di kota solo, tepatnya di sebuah gereja. Sesaat setelah jemaah gereja tersebut menunakan ibadahnya.
Terpikir olehku sejenak, “Ada apa lagi sebenarnya dengan negeri ini?. Apa tidak cukup melihat penderitaan saudara-saudaraku yang sudah lelah meratapi nasibnya di tengah kesederhanaan hidup?.”
Ditengah kedamaian negeri ini masih saja ada orang-orang yang memiliki niat buruk dengan membawa tetesan darah saudaranya demi kepentingan yang tidak tahu maksud dan tujuannya. Mereka saudara kita kawan, lahir dari leluhur yang sama. Walau kita berbeda satu sama lain, tapi hal itu hanyalah masalah keyakinan dan prinsip hidup yang dimiliki manusia sebagai kaum yang diberi akal oleh sang Kuasa.
Lantas, apakah dengan berbeda kita harus selalu memaksakan kehendak kita agar semua yang ada di dunia ini selaras dengan apa yang menurut akal kita paling benar? Ingat, Tuhan saja menciptakan hamba-hambanya saling berpasangan, berbeda satu sama lainnya. Jadi, jika hal itu terjadi bukankah kita telah mendahului apa yang telah tuhan kita tetapkan sebelumnya?
Damai itu indah, kawan! Seuntai kata-kata yang sering kali terdengar namun susah untuk diaplikasikan. Sebenarnya inti permasalahannya bukan pada kesulitannya melainkan pada hati dari setiap kita yang saling berbeda. Banyak orang yang menjadi kayak arena hatinya juga kaya, tapi juga
banyak yang hatinya miskin namun kaya harta. Begitu juga sebaliknya, banyak orang yang miskin hartanya tapi kaya hatinya, juga ada yang miskin harta tapi juga miskin hatinya. Tuhan menciptakan kaumnya selalu pada titik kehidupan yang ia ciptakan sendiri. Ia hanya akan mendampingimu menjalani hidup ini di jalan yang telah engkau pilih.
Kembali api itu membakar hati seluruh negeri. Berkali-kali api itu jugalah yang menjadi sumber perpecahan negeri. Spekulasi negatif yang muncul tak luput dari serpihan-serpihan tangisan yang menderai seolah mencari akar dari asap kelam yang membumbung tinggi menghalangi terangnya cahaya nurani. Ia kembali membuat negeri ini dirundung masalah. Apa kata dunia, kawan? Ketika saya, anda, dan mereka tak mampu lagi menjadi serdadu pertahanan benteng negeri ini, yang ada adalah peperangan di dalam benteng sendiri. Miris melihatnya.
Akhir cerita ini akan selalu ditutup dengan untaian kalimat bijak yang nantinya diharap mampu meredakan kecamuk api perpecahan dalam lubuk kebohongan. Kita ini hidup di tanah yang sama, di bawah lindungan langit yang sama, di lembar siang dan malam yang sama, bahkan didalam satu naungan kemunafikan jiwa yang sama. Bukankah kesamaan itu pantasnya menjadi sebuah alunan keharmonisan lagu kehidupan di negeri yang diberkahi jutaan intan dan berlian di setiap pelosok lembah surgawi ini? Memang terkadang terasa terlalu memaksakan ketika harus menyamaratakan kehidupan jutaan makhluk itu dalam sebuah gardu nyawa yang selaras, tapi bukankah hal itu memang harus dilakukan agar tercipta keindahan alami dari sebuah kata yang dinamakan HIDUP?
Ano Jumisa
Jatinangor, 25 September 2011
23.03 WIB
Blog untuk memajang hasil karya partisipan #WritingSession yang diadakan setiap jam 9 malam di @writingsession. Karena tidak ada yang bisa menghentikan kita untuk berkarya, bahkan waktu dan tempat.
Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!
Apa ini himbauan? Atau sejenis tulisan argumentatif yang disamarkan dalam bentuk cerita? Sebab tema 'API' yang diminta justru tidak menjadi pusat cerita di sini. APi hanyalah sebagai ornamen terhadap kasus bom bunuh diri yang dilampirkan selayaknya sebuah berita.
BalasHapusSaya sama sekali tidak mengatakan tulisan ini tidak bagus, namun saya merasa perlu menegaskan tujuan dari tulisan ini. Apakah ini tulisan argumentatif, ataukah ini hanyalah cerita, ataukah ini sesuatu yang lain?
Penilaian juga akan berakhir di hasil yang berbeda-beda sesuai dengan klasifikasi dan tujuan dari sebuah tulisan.
...setelah ngomongin seriusnya, mari kita bahas dengan lebih santai! Penulis jelas bisa menyelami kehidupan sehari-hari dengan baik, mungkin bisa lebih dijelajahi lagi pemilihan genre dan jenis tulisannya? ;)
Terakhir, kami dari writing session sama sekali tidak berniat untuk menjadi 'guru' dari pesertanya. Akan lebih baik jika sesama peserta saling mengomentari karya satu sama lain. Bukankah begitu lebih menyenangkan? ;)