Aku bosan dengan kejutan darinya.
Tidak, tidak, jangan salah paham dulu. Bukannya aku tidak suka kejutan. Justru aku suka sekali. Itulah yang membuatku tertarik pada Arya. Itu pula yang membuat Arya menyukaiku. Ia senang melihat ekspresiku saat aku menerima kejutan darinya. Tapi menurutku frekuensi kejutannya terlalu sering sekarang.
Dia pernah memberiku sekuntum mawar putih, yang ketika ia usap perlahan, berubah menjadi mawar merah.
Dia pernah memindahkan koin dari tangan kanan ke tangan kirinya, padahal kedua tangannya tidak ia gerakkan sama sekali.
Dia juga pernah memutar-mutar dadu di udara, di atas telapak tangannya.
Awalnya aku takjub dan bertanya bagaimana dia bisa melakukan itu. Tapi dia hanya menjawab dengan senyuman. Huh, sombong sekali!
Semakin lama aku semakin bosan melihat sulapnya itu. Dulu mungkin aku tertarik. Tapi kini tidak lagi. Bagiku dia hanya seorang tukang pamer.
Sepertinya Arya mulai menyadari kebosananku setelah aku terang-terangan menguap ketika ia menghilangkan semut yang sedang berjalan-jalan di lenganku.
Arya tidak suka melihatku bosan. Ia bilang akan menunjukkan sesuatu yang benar-benar akan membuatku terkejut. Aku pun menantangnya.
"Aku penyihir," ucap Arya, lalu berubah wujud jadi kucing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!