Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Kamis, 22 September 2011

Sekolah Di Luar Negeri

Oleh: ^B^


Di depan kaca wastafel.
Busa di mulut menumpuk. Mataku berkedip-kedip bingung. Harusnya aku mengingatnya. Tapi apa? Saat tak ada satupun bayangan merangkak setelah dua menit berkedip-kedip, aku menyerah. Lebih baik melanjutkan menggosok gigi.



Di hadapan rice cooker.
Sesuatu yang berhubungan dengan nasi? Apakah aku makan? Apa tentang ikan? Pikirku saat menengok ke atas meja makan. Apa? Kuraih centong nasi dan kembali mencangkul nasi dari dalam panci penanak nasi itu. Sudahlah, sarapan lebih penting.



Di depan bak sampah.
Sampah organik, hijau. Sampah plastik, kuning. Sampah kemasan dan kertas, merah. Benar kan? Ah, aku harus cepat kembali. Ada yang harus kulakukan, pikirku tergesa, melemparkan kantong-kantong montok di tanganku seasal mungkin.



Di depan komputer.
Jadi grafiknya acak, artinya apa? Ah, di luar jendela langitnya biru sekali, aku jadi ingat… Apa? Kubiarkan tulisanku merana.



Di supermarket, di depan stok daging.
Aku ingat! Ya Tuhan!



Di bangku taman, matahari sudah tenggelam.
Bagaimana aku bisa melupakannya?! Ini Hari Lebaran! Kenapa aku lupa bahwa orang tuaku di Indonesia menunggu telepon minta maafku sedari pagi?! Tak kuasa mencegah, tangisku dipandangi anjing putih besar yang kebingungan. Sang pemilik berusaha menariknya dengan rikuh.

Aku terus menangis rindu.

3 komentar:

  1. Cukup lucu, sebab cerita ini--meski pendek--bisa membuat pembaca tersenyum sendiri begitu sampai di akhirnya. Namun seharusnya berikan petunjuk yang lebih samar dari tengah jalan cerita, atau mungkin buat agar cerpennya lebih panjang. Dengan begitu, suspense dan rasa penasaran pembaca pun akan lebih tertumpuk.


    Terus menulis! :)

    BalasHapus
  2. Pertama, waktu membaca judulnya aku lumayan tertarik, dengan harapan akan ada setting yang mengarah ke sebuah negara selain Indonesia. Ternyata pemakaian judul mengarah ke maksud di akhir cerita.
    paragraf pertama bagus, berisi, tapi di akhir terlihat kosong dan, yah, lumayan bikin bingung (dan penasaran).
    Sarannya, tambahi jumlah kalimat, konsisten di tiap paragraf? x_x

    BalasHapus
  3. Hahaha... menarik menarik.
    Bener-bener menjelaskan bahwa orang yang bersangkutan berusaha mengingat.
    Simple tapi mengena.
    :)

    -Risa-

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!