by @tommradd
Aku sedang berada di putaran puncak komidi putar ketika tiba tiba dia muncul dihadapanku. Siapa yang tidak kaget coba. Ah tapi dia memang selalu membuat kejutan untukku. Dia menyeringai seolah menertawakanku yang sedang tertawa bersama seorang perempuan yang ada disebelahku. Lalu dengan nada sinis dia bertanya “itu pacarmu sekarang? Cantik juga”. Aku tidak memperdulikannya. Komidi putar itu berjalan.
“Kenapa diam?” tanyanya lagi. “Kau tidak yakin pada perasaanmu ya? Atau..kamu masih mencintai aku?
Dia masih saja sama menggangunya seperti yang dulu. Tapi benar juga pertanyaannya. Apakah aku benar benar sayang pada perempuan disebelahku ini. Perempuan ini cantik sempura baik rupa dan perangainya. Tapi, perempuan ini tidak seperti dia yang bisa membuat aku tergoda. Mencintainya tanpa perlu bercinta. Sebuah cubitannya saja sudah bisa membuatku kehilangan lelah. Tapi..
“Ah kau masih begitu ternyata. Berpikir sangat lama.”
“Jangan berisik” kataku
“Kamu bicara sama siapa?” Perempuan disebelahku ini malah bertanya semakin memperkeruh suasana. Mau jawab apa coba? Sama mantan? Di bagian paling puncak komidi putar? Bisa bisa dia bilang aku gila.
“Ah nggak apa apa kok..” Aku berusaha berdalih. Semoga berhasil karena dia memang bukan orang yang banyak tanya.
“hahahha…jinak sekali perempuan itu” katanya. Aku tak mengacuhkannya. “Hen nik, kau tau. Aku merindukanmu. Aku rindu masa masa kita bercinta hanya dengan tawa. Aku rindu kau menggodaku hanya dengan matamu. Aku sepi disini.”
“Aku tak mungkin menemanimu” Aku hanya menjawab dalam hati.
“Kau bisa nik.” Ternyata dia bisa membaca hatiku. Dan kamu melanjutkan komunikasi yang tampak seperti telepati ini.
“Bagaimana”
“Mau kutunjukkan?”
“Tidak usah. Kita tidak mungkin bisa van. Kau tau kita hidup dimana? Indonesia.”
“Aku tidak di Indonesia lagi”
“Ya aku tau. Maaf”
“Aku ingin kamu”
“Ah..sudahlah. Aku tak mau berdebat. Terserahmu saja” Jawabku. Komidi putar sebentar lagi berhenti.
“Baiklah kalau begitu”
Dan komidi putar itu pun berhenti. Aku dan perempuan yang duduk disebelahku pun turun. Baru sedetik, terdengar suara orang berteriak. Awasssss… Aku tak mengerti maksudnya. Aku hanya merasa sebuah benda menghantam kepalaku. Salah satu dari kursi komidi putar. Jatuh. Dan semua orang lalu ramai mengelilingku. Perempuan yang duduk disebelahku tadi hanya bisa menangis memanggil nama Niko. Namaku. Dan dari sela sela mereka muncul Evan. Mantan kekasihku yang paling hebat. Dia memang selalu tau bagaimana memberi kejutan indah untuk hubungan kami. Dan kami kembali bersama. Kali ini untuk selamanya. Di sebuah dunia yang tak memerlukan raga dan surga. Hanya jiwa. Dan cinta.
. . . Glekk. . . no comment
BalasHapus