Oleh: Tiarni Putri Fau (@TiarniPutri)
Kota saya memiliki banyak warna. Banyak bendera-bendera yang terpasang hampir di setiap sudut jalan. Spanduk, poster juga tak kalah rame. Tapi ya di nikmati saja. Toh hanya terjadi 5 tahun sekali.
Selain "fisik" kota, kegiatan di kota saya juga tak kalah rame! Dan membuat keluarga saya mendadak jadi kaya! Bagaimana tidak? Seminggu yang lalu, saya mendapat banyak kaos gratis dengan warna yang berbeda-beda. Dulu saya yang hanya punya 6 kaos, sekarang punya 10 kaos di lemari aku. Kalau setiap hari saya harus mikirin mau makan apa hari ini, sekarang saya punya persediaan sembako cukup sampai minggu depan. Tak hanya itu! Saya juga dapet becak baru dari orang yang engga aku kenal! Mendadak saya merasa jadi kaya raya.
Yah kalau di pikir-pikir, siapa sih saya ini sampai bisa di kasih barang sebegitu banyaknya? Saya kan cuma tukang becak, walaupun becak saya cukup menyediakan makanan untuk aku, bapak, dan ibu.
Ternyata, engga semua orang kaya itu pelit.
***
Pilih kami! Nomer 3!
Suara itu terdengar kencang hari ini. Mulai dari petani, mahasiswa pada turun ke jalan melakukan kampanye pasangan nomer 3 ini. Banyak perempuan-perempuan cantik yang menghampiri saya dan memberikan selebaran.
"Mas, contreng nomer 3 yaa untuk Indonesia lebih baik!", kata salah satu perempuan yang memberikan selebaran. Jujur, saya tidak memperhatikan selebaran sama sekali. Saya terpaku pada kecantikan perempuan yang memberikannya. Cantik bener! Coba bisa jadi bini! Ya udah deh, saya pilih nomer 3 aja!
***
Hari ini kota saya di banjiri warna cokelat dari calon nomer 1. Banyak orang demo ke jalan untuk mempromosikan calon nomer 1. Gara-gara mereka, sedikit orang yang mau naik becak saya. Kemacetan yang di sebabkan orang-orang ini membuat banyak orang lebih memilih untuk naik ojek karena lebih cepat. Apes aku hari ini. Yasudahlah, pulang saja ke rumah.
***
"Desa kita bisa bertahan karena Bapak Mulyono bu. Tanpa Bapak Mulyono, desa tidak mendapat uang lagi untuk membantu ibu", kata Pak Kepala Desa menjelaskan kepada saya, ibu, dan bapak.
"Karena itu, pada saat pemilihan umum nanti, kami harapkan kesediaan ibu untuk mencontreng nomer 1. Demi kesejahteraan kita berama bu!", lanjut Bapak Kades menjelaskan.
Ibu dan bapak saya hanya lulusan SD. Sejak lulus SD, bapak langsung berprofesi menjadi tukang becak. Makanya aku bisa punya becak dari bapak. Warisan turun-temurun. Tapi sekarang sudah ada yang baru sih. Namun becak bapak tetap aku rawat dan simpan.
Karena bapak daridulu memang tukang becak, jadi bapak hanya mengerti kalau di ajak ngomong soal becak! Kalau soal yang di omongin pak kades sekarang, palingan sama kayak saya, kagak ngerti!
"Tentu kami tidak dengan tangan kosong. Kami membawa sedikit sembako buat bapak dan ibu", lanjut pak kades sambil menyodorkan sembakonya.
Saya melihat isi dalam sembakonya.
Waaah! Lengkap! Beras, minyak, telor, bahkan ada sayur juga!
"Tak hanya itu, kami juga ada sedikit rejeki buat bapak", kata pak kades sambil menyalami tangan bapak.
Isinya amplop. Bapak membuka amplop itu. Astaga! Ada uang Rp 200.00 di dalamnya!
Durian runtuh ini mah namanya!
"Ini baru permulaan! Kalau bapak dan ibu bersedia memilih nomer 1, kami yakin ibu dan bapak akan mendapatkan sembako gratis rutin! Seperti slogannya kan "Kesejahteraan rakyat adalah segala-galanya" . Dan ini demi desa kita juga pak!", kata kades sambil menunjukkan tulisan slogan nomer 1 kepada aku.
"Tidak hanya makanan, Bapak Mulyono juga sudah siap membuat program pengobatan gratis di desa ini. Jadi bapak dan ibu tenang saja. Ada jaminan kesehatan di desa ini kalau bapak dan ibu sakit!", lanjut pak kades dengan bersemangat.
Wah! Dapet sembako gratis rutin dan pengobatan gratis? Siapa yang engga mau? Ya pasti mau lah! Udah lah! Engga usah pikir panjang! Saya pilih nomer 1 !
* 3 tahun kemudian *
Matahari sangat terik. Panas yang membakar kulit. Akhir-akhir ini hidup makin susah.
Sudah 2 hari saya tidak makan.
Harga sembako naik. Penghasilan saya sebagai tukang becak menurun. Jarang orang naik becak lagi sejak ada bus-bus ber-AC baru berkeliaran. Sembako gratis yang di janjikan tidak pernah kunjung datang. Jangankan sembako, pengobatan saja naik 2 kali lipat harganya!
Saya engga paham. Ini yang salah siapa ya? Padahal saya sudah memilih nomer 1 lho! Apa jangan-jangan sembakonya kejebak macet ya jadi engga pernah sampai-sampai di desa saya? Atau jangan-jangan ibu dan bapak salah pilih yaak pas contreng kemaren?
Aah! Seandainya saja saya kekeuh memilih perempuan cantik itu! Mungkin nasib saya engga susah kayak gini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!