Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Kamis, 21 Juli 2011

Nice to Know You!

Oleh: by Nadya Permadi (@nadyapermadi)

Dia melangkah ke depan ruang kelas itu dengan langkah percaya
diri. Merasa seperti dia lah yang mengendalikan segalanya. Dengan
suara beratnya dia pun berkata tanpa ada ekspresi bersahabat seperti
layaknya senior kepada juniornya, “Perkenalkan, saya Arestio Sefri.
Memegang jabatan sekretaris di ekskul ini.”

Aku memandanginya dalam diam. Memperhatikannya. Melihat
detil-detil wajahnya. Sombong banget kakak kelas ini! Hal inilah yang
pertama terlintas dalam otakku saat melihat lelaki dengan postur
tinggi, tegap, berhidung mancung, dan putih itu. Well, mungkin saja
dia menjadi idola di sekolah ini, tapi menurutku, tidak ada yang
pantas diidolakan dari lelaki sombong dihadapanku ini.

“Nestya, giliran kamu,” salah seorang senior perempuan yang ku
kenali sebagai ketua ekskul fotografi itu memanggilku maju untuk
memperkenalkan diri.
“Hai, saya Nestya, kelas X-2. Mau ikut ekskul ini karena....” Aku
berpikir sejenak. Apa tujuanku ikut ekskul ini? Sebenarnya kan aku
hanya disuruh Fay—sahabatku—yang kebetulan mengikuti ekskul ini. “...
saya suka memotret.” Ya, di hari pertama aku sudah sukses berbohong.
Bagus Nes!

Satu persatu anggota dan pengurus ekskul fotografi pun
akhirnya selesai melakukan acara perkenalan dan mulai menjelaskan
beberapa hal yang diperlukan dalam hal fotografi. Sepanjang penjelasan
itu pikiranku tidak bisa fokus sama sekali. Pandanganku masih
tertancap pada sosok senior sombong itu. Disaat semua teman-temannya
sedang asik menjelaskan dan melakukan ramah-tamah dengan anggota baru,
Arestio—aku tidak ingin memanggilnya ‘kak’—malah duduk di pojok
ruangan sambil asik memainkan handphone ditangannya. Apa-apaan!

Lalu tiba-tiba saja subjek yang sedang ku perhatikan itu
menengok ke arahku dan balik memandangiku. Dengan waktu sepersekian
detik aku berusaha mengalihkan pandangan dan mencoba menghindari
tatapan herannya padaku.

“Kenapa tadi ngeliatin?” tanya Ares begitu pertemuan ekskul selesai.
“Hah? Nggak kok.”
“Junior nggak usah sok sama senior,” ucap Ares lagi sukses mengejutkanku.

Apa dia bilang tadi? Menyebalkan sekali lelaki satu ini. Aku
pun hanya bisa terdiam dan tidak membalas ucapannnya, hanya bisa
memandangi sosoknya menjauh dan menghilang dari hadapanku dengan
perasaan dongkol. Aku bersumpah, sejak hari yang menyebalkan itu, aku
tidak akan mau terlibat dengan hal apapun yang berhubungan dengan
lelaki sombong itu.
***
Sejak tragedi enam kata menyebalkan yang diucapkan oleh Ares, aku
benar-benar tidak pernah mau berdekatan dengannya. Melirik pun malas.
Semua terus berjalan seperti itu sampai tiba saat dimana seseorang
menghancurkan semua prinsip ku tersebut.

“Gue naksir kak Ares! Lo harus bantu gue, Nes! Bentar lagi dia
kan lulus, gue nggak rela kalau dia pergi dan gue belum ngasih tau dia
tentang rasa suka gue,” ucap Fay.

Aku hanya bisa mendelik malas padanya. Apa urusannya kalau
dia suka sama Ares. None of my business.

“Bantu gue ngasih surat ini. Please...”

Mataku ingin melompat keluar rasanya saat Fay menyerahkan
satu amplop pink yang berisikan surat cintanya. “Nggak mau!” Aku
menolak dengan tegas.

“Nestyaaaa... bantuin gue... Please....” Fay merengek dengan
wajah memelas yang benar-benar membuatku tidak tahan. Hanya memberikan
surat ini kan? Yah, mungkin bisa ku coba.

Aku pun mengambil surat dengan amplop pink itu yang rasanya
seperti kutukan untukku. Fay selalu mengerti kelemahanku adalah saat
dia memasang wajah memelasnya itu. Keterlaluan.

Dengan langkah cepat aku berjalan menyusuri koridor lantai
tiga, tempat dimana para senior biasa berkeliaran. Aku mengedarkan
pandangan ke seluruh penjuru koridor dan akhirnya menemukan Ares yang
sedang duduk sendiri sambil membaca komik di pinggir koridor.

Aku berjalan mendekatinya. Dia pun menoleh saat merasa ada
seseorang yang berdiri di hadapannya.

“Ini, surat dari salah satu temen gue,” ucapku singkat dan langsung
beranjak pergi, tidak ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan
lelaki sombong itu dan tidak ingin jantungku melompat keluar karena
saking cepatnya berdetak saat berhdapan dengannya. Astaga!
***
Satu surat aneh sampai di hadapanku esok harinya. Fay menatapku
dengan tatapan aneh. Ada apa sih?
“Surat itu dari Kak Ares. Buat lo,” ucapnya berhasil membuatku terkejut.

Dengan cepat aku pun membukanya dan segera membacanya.



Junior nggak usah sok sama senior.
Inget kan dengan kata-kata ini? Tau apa maksudnya?
Sok disini berarti, jangan sok bikin senior penasaran dan akhirnya
jatuh cinta sama kamu. Nestya, senang berkenalan denganmu.

-Ares

Sebuah senyum kecil perlahan merekah di bibirku. Ternyata
penilaianku selama ini salah. Aku kira aku sudah mengenalnya, namun
ternyata aku salah. Arestio Sefri, senang juga berkenalan denganmu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!