By. Riezky Oktorawaty (@riezkylibra80)
Hari ini aku masih setia menjadi tumpuan kaki-kaki mungil mereka. Tatapan mata kosong, tanpa harap adalah lukisan duka. Wajah kotor, pakaian lusuh, dan kulit hitam berdaki adalah perhiasan malaikatku ini.
"Seribu!" seraya telunjuk menunjuk menawarkan koran lokal lusuh edisi hari ini.
Tatapan iba, jijik, bahkan takut, menusuk pun mencekik mata bening malaikatku.
Tanpa ragu malaikatku menghindar.
Tak satu pun koran lokal terjual. Hidung malaikatku tiba-tiba mendongak, ayam goreng. Setiap hari, itulah penciuman penghibur mereka. Hanya membaui tanpa kemampuan mengecap.
Ah! Andai aku mampu mengajak mereka masuk ke gerai ayam goreng ini, pastilah perut mereka terhibur.
Aku adalah lorong Mall di Surabaya. Aku setia menjadi tumpuan kaki-kaki mungil malaikatku. Setia menjadi penonton malaikatku yang membuang masa indah mereka.
Pekerjaan mereka sepertinya mudah, hanya menjual koran lokal seharga seribu. Mereka bukan pengemis.
Tapi, mengapa mata malaikatku seakan-akan menjadi ladang pencurigaan.
"Seribu!"
(belilah koran malaikatku)
(belilah koran malaikatku)
*****
Inspirasi: AnJal di salah satu Mall Surabaya.
SELAMAT HARI ANAK.
SELAMAT HARI ANAK.
Selamatkan Anak Bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!