Oleh: @mailida
“ Tak usah memperkenalkan diri, aku sudah tahu siapa diri mu.” Aku menahan nya untuk melanjutkan pembicaraan.
“ Darimana kau tau?” Aku sudah menerkanya. Pasti dia akan bertanya seperti itu. Aku hanya diam memandangi nya misterius. Ku biarkan dia menerka-nerka.
Dahinya menyerngit kebingungan. Raut curiga mulai tampak di wajahnya. Sedikit demi sedikit kulihat dia melangkahkan kakinya mundur dan menjauh dari ku. Tapi aku berhasil menahannya.
“ Jangan takut, Sadira “ Kuraih tangan nya agar lebih dekat kepada ku.
“ Ternyata bekas jahitan itu belum hilang. Masih ada di tangan mu. “
“ Haha, kau masih mengenakan nya. Gelang platinum yang ku beli di Pasar Loak. ” Aku memandangi benda tersebut sembari tersenyum penuh arti.
Keringat dingin mulai menetes di dahi nya. Bibirnya memucat. Tangan nya menggenggam erat tas Louis Vuiton yang di jinjing nya. Dia terlihat risau, pandangan nya skeptis seakan-akan aku adalah orang jahat yang akan membunuhnya.
“ Sekarang kau tahu namaku. Lalu bekas jahitan di tangan ku. Dan tunggu dulu, gelang platinum itu dari ibu ku! Dia membelinya dari Tibet. Jaga mulut mu. “
“ Tibet? Jika aku berbohong kau boleh cek ada ukiran R&S di belakang nya” Segera dia membuka gelang yang sedang dipakai nya. Untuk memastikan bahwa kata-kata ku salah besar.
Pandangan nya mengarah kepada gelang itu. Lalu kepada ku. Dan kembali kepada gelang tersebut. Seakan-akan tak percaya apa yang telah dilihatnya.
“Oke, kau gila. Kau pasti penguntit ku. Padahal aku baru saja melihat mu hari ini. Kurasa kita tak pernah bertemu sebelumnya! “ Kata nya sedikit membentak ku.
“ Tapi aku sudah lama melihat mu dan kita pernah bertemu sebelumnya. Bahkan lebih dari itu. “
Dia mengambil sesuatu dari tas nya. Ternyata dua lembar uang seratus ribu.
“ Ini ! “ Dia melempar kan uang tersebut kepada ku.
“ Terimakasih kau telah menolong ku tadi. Sekarang mobil ku sudah bisa dijalankan. Kita sudah tak memiliki urusan. Pergi jauh-jauh dari ku. ”
Dia berlari ke mobil dan pergi meninggalkan ku. Aku tak menahan nya. Aku masih berada disini. Melihat mobil nya pergi hingga sampai di titik tak terlihat.
Selamat tinggal, semoga suatu saat nanti ada keajaiban yang membuat ingatan mu pulih kembali. Agar kau ingat kenangan yang telah kita alami di masa lalu.
“Fiuhh tidak enak juga ya ternyata dilupakan selamanya” Kata ku sembari menghela napas panjang. Ku lanjutkan perjalanan sembari menenteng gerobak cuanki ku.
Jarak terjauh bukan lah dimana dia berada dan aku berada sekarang. Jarak terjauh adalah ketika dia berada sangat dekat dengan mu tapi tak mengenalmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!