Oleh: @nia_nurdiansyah
Hidup ini adalah siklus, teman. Saat seseorang dilahirkan, aku percaya kelak ia pun akan melahirkan sesuatu. Dan sesuatu itu, bisa jadi apa saja.
Di suatu malam di Hungaria, sekitar tahun 1983, seorang wanita berjuang keras agar bayi mungilnya, yang kelak ia namai Laszo Biro, dapat dilahirkan dengan selamat. Saat itu, ia tidak memedulikan cairan merah yang terus merembesi seprai biru mudanya, juga badai topan rasa sakit yang berputar-putar melumat isi perutnya. Ia terus berjuang. Dilupakannya topan badai yang mencoba menghempaskan kesadarannya ke kiri dan ke kanan. Sementara, bibirnya komat-kamit, merapalkan mantra. “Keluarlah, Nak! Dunia membutuhkanmu.”
Wanita itu berkeyakinan, sebelum pergi setidaknya ia harus meninggalkan sesuatu yang berarti untuk semesta. Ia percaya bayinya adalah suvenir paling berharga untuk semesta. Kelak bayi kecilnya akan tumbuh dewasa dan kembali mengitari siklus yang sama yang pernah dilaluinya. Laszo Biro akan melahirkan sesuatu. Mungkin bukan dari dalam rahimnya, tapi itu sesuatu yang penting bagi dunia.
Insting seorang ibu tidak bisa diremehkan. Laszo Biro dewasa berprofesi sebagai seorang jurnalis. Saat itu ia telah melahirkan cukup banyak tulisan. Namun, ia merasa tulisan saja tidak cukup. Sama seperti ibunya, Biro percaya setidaknya ia harus meninggalkan sesuatu yang berarti untuk semesta. Maka ia pun memilih untuk melahirkan sesuatu. Memang bukan dari dalam rahimnya karena yang ia jadikan suvenir untuk semesta adalah sebuah pulpen.
Hanya sebuah pulpen? Yang benar saja.
Tapi, jangan kau remehkan bagaimana pikiran Biro mampu bekerja untuk menemukan bahwa sebuah bola logam kecil yang ditambahkan di bagian ujung pena dapat menarik tinta dari bagian atas ketika penanya digerakkan untuk menulis di atas kertas. Itu sebuah ide brilian. Tanyakan saja pada para penulis masa lampau yang setiap kali harus mencelupkan ujung pena bulunya ke mangkok tinta.
Beberapa orang di masa ini mungkin akan berpikir betapa remehnya benda itu. Ada mesin tik juga tuts keyboard. Semuanya lebih mudah dan praktis. Namun, pulpen bukan hanya untuk menulis. Di tangan yang ahli, sebuah pulpen dapat menjadi alat untuk membunuh.
Hidup ini adalah siklus, teman. Saat seseorang dilahirkan, aku percaya kelak ia pun akan melahirkan sesuatu. Dan sesuatu itu, bisa jadi apa saja.
Lalu, apa yang kira-kira akan dilahirkan oleh pulpen-pulpen yang dilahirkan Laszo Biro dan pabrik-pabrik bermanufaktur canggih itu, kawan?
Di tangan yang ahli, pulpen-pulpen itu akan menjadi senjata mematikan.
Ketika campur tangan seseorang telah berhasil membuatnya bercumbu dengan kertas-kertas. Ketika pigmen-pigmen tinta memasuki serat-serta kertas dan terperangkap di dalamnya. Ketika huruf-huruf bergandengan tangan penuh cinta dan makna-makna tersimpan di dalam liukan huruf yang saling berpilin. Ketika kalimat-kalimat berbaris, merangkai kota, pulau, dan nirwana yang tak terbayang imaji. Lalu muncul peperangan, pemenggalan kepala, manusia-manusia yang dimabuk asmara, perjalanan ke luar angkasa, anak-anak petualang, serigala, musik-musik, dilema-dilema, kematian, kelahiran, kecupan, perpisahan, pesta-pesta, karnaval, peri-peri, penyihir. Oh, betapa banyak kiranya yang dapat dimunculkan ketika pulpen dan kertas bercumbu?
Saat itulah pulpen-pulpen mulai meninggalkan suvenir yang indah untuk semesta. Namun, mereka tidak melakukannya sendirian. Para pulpen itu butuh mak comblang agar mereka dapat bertemu dengan belahan jiwanya, kertas. Lalu berkenalan, pendekatan, kencan, berdansa bersama., bercumbu, dan bercinta.
Maka semesta pun melahirkan lebih banyak lagi ibu-ibu yang tidak peduli pada noda merah pekat di seprai dan selangkanganya. Ibu-ibu yang dilahirkan semesta itu sama-sama memiliki keyakinan bahwa sebelum pergi setidaknya mereka harus meninggalkan sesuatu yang berarti untuk semesta. Maka mereka pun melahirkan bayi-bayi yang kelak memiliki tangan yang cekatan dan kepala yang isinya harus ditumpahkan setiap kali penuh.
Bayi-bayi itu lalu tumbuh dewasa. Melupakan pulpen yang pernah dilahirkan oleh Biro dan mulai memencet-mencet tombol untuk menyalurkan isi kepalanya. Banyak dari mereka yang dilahirkan dengan bakat alamiah untuk menawan orang dan membunuhnya dengan tusukan tepat di jantung. Orang-orang yang berhasil ditawannya, biasanya akan menangis terlebih dahulu atau tertawa-tertawa seperti orang gila. Ada juga yang jadi merasa tak tahu apa-apa dan berubah gila. Lalu, yang sebagian lagi percaya bahwa sebelum pergi dari dunia setidaknya mereka harus meninggalkan sesuatu yang berarti untuk semesta.
Mereka percaya. Menulis, menjadi novelis, dan melahirkan buku-buku adalah suvenir istimewa yang akan dikenang lama oleh semesta. Dan buku-buku yang dilahirkannya akan dengan sendirinya melahirkan sesuatu yang lain. Dan sesuatu itu, bisa jadi apa saja.
Blog untuk memajang hasil karya partisipan #WritingSession yang diadakan setiap jam 9 malam di @writingsession. Karena tidak ada yang bisa menghentikan kita untuk berkarya, bahkan waktu dan tempat.
Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!
Hidup mati 100 tahun...
BalasHapusPengetahuan menembus ribuan tahun