oleh Noerazhka (@noerazhka)
Mendadak saya terhenyak, langkah saya terhenti sejenak. Saya merasakan sesuatu, lagi, setelah beberapa kali teralami. Ada yang berdesir lembut di dalam dada. Atau entahlah dimana. Lembut. Ya, lembut sekali. Namun cukup membuat saya terperanjat dalam diam. Merasakan jantung yang kemudian berdegup sealun desiran itu ..
Saya memeriksa sekeliling. Keramaian di sekitar saya masih sama saja. Saya terperangkap di dalamnya. Tidak ada siapa-siapa yang saya rasa cukup sanggup membuat desiran lembut di dalam dada saya. Tidak ada seorang pun yang saya kenal. Tidak ada seorang pun yang melakukan hal-hal mencurigakan ..
Semakin mengherankan, karena ini bukan yang pertama atau sekali dua kalinya ..
Sering. Dan muaranya selalu saja seperti ini, buntu, tanpa titik temu. Saya hanya mampu meredam desiran. Menikmatinya baik-baik, sambil sedikit khawatir apakah kali lain desir lembut ini masih mau bertamu di relung dada saya. Meski begitu, saya selalu membungkus tanya tentang bagaimana sepotong hati, nun jauh di reung dada, bisa seperti tersentuh tanpa ada seorang pun yang terlihat hendak menyentuh ..
Setelah memastikan sekali, tidak ada apa-apa atau siapa-siapa, saya melanjutkan langkah, lagi ..
***
Aku mengikutinya. Selisih sekian langkah dari langkahnya ..
Ku hayati sosok indahnya, melenggang elegan, dimana seluruh makhluk tunduk membukakan jalan bagi pesonanya. Ku hirupi aroma parfum khas yang melingkupi raganya, yang tertinggal di setiap udara membeku sesaat setelah dia meninggalkan jejaknya. Ku jelajahi bahu bidangnya, hingga betapa ingin aku mendaratkan seluruh gundah disana. Ku curi-curi tawa bahananya, yang merasuki setiap inchi indera pendengaran dan membuatku tuli seketika. Ku manjai sepotong lara tentang mimpi menjadi kening yang terkecup oleh pagutnya di setiap pagi, dimana embun pun masih malu-malu menjatuhkan diri ..
Ku rasai bahwa aku jatuh cinta ..
***
Lagi. Saya merasakannya lagi ..
Desiran lembut itu. Kini, untuk pertama kali, tak hanya di relung dada, tapi menyebar di seluruh permukaan raga. Saya menggigil penasaran, dibalut butir-butir hujan yang turun dari langit yang tak mendung ..
***
Aku selalu di belakangnya. Menatap punggungnya ..
Atau, sesekali di depan, samping kiri atau kanannya. Menikmati momen singkat, mendapati pesonanya mengerjap seperti mukjizat. Menghentikan waktu saat seluruh auranya terekam hangat dalam ingat ..
Di sela saat-saat berharga itu, aku bungkus satu demi satu isyarat. Kemudian aku kirimkan, tentu saja tanpa nama terang. Kadang aku alirkan lewat air PAM yang mengguyur tubuhnya setiap pagi dan senja. Kadang aku kabarkan bersamaan dengan infotainment tentang keperawanan Arumi, seksinya Ashanty atau pernikahan Krisdayanti. Kadang aku biaskan pada bulan muda yang kupaksa menjadi purnama. Kadang aku jejalkan paksa dalam sesendok gado-gado yang dia santap begitu nikmat ..
Namun kadang aku hanya menyentuhnya lewat doa. Doa singkat yang aku harap dapat mendesirlembutkan dadanya ..
***
Saya berbalik cepat ..
Berharap dapat menangkap basah sosok, yang lama kelamaan saya sebut sebagai penguntit, sekaligus pengirim isyarat. Dan, FUSHHH !! Ada yang seperti mendadak meledak lenyap. Keberadaannya digantikan segumpal asap ..
Saya semakin tidak mengerti ..
***
” Tak perlu tatapkan mata, karena aku akan hilang di bawah pandang .. ”
” Cukup rasakan saja. Rasakan, sebisa mungkin yang bisa kamu rasa. Memang hanya sekejap. Namun coba rasakan lebih lekat. Aku begitu dekat. Tanpa sentuh, tanpa ucap. Rasakan saja, bahwa aku ada. Bahwa aku mencinta .. ”
***
notes :
- Ditulis dalam rangka mengikuti event Writing Session tema Anonim.
- Terinspirasi dari lagu Hanya Isyarat by Dewi Lestari.
( > o < )" *Shouting very loud* AKU JATUH CINTAAAAAAAAA!!!!!!!!!!
BalasHapusDear Anonim ..
BalasHapusI love you too .. ^_^
Ceritanya kita jadian nih?
BalasHapus> _ < Yuhuuu. . . Asyikkk!!!!!
Mimpi apa gua semalam. . .:P
Waiting for your next lovely writing ;P
Ya ampun, so sweet, ya ampuuuuun!!!!
BalasHapuskeren, sastrawan! =D
BalasHapus